Perikanan dan Covid-19, Kajian ini memiliki hubungan yang erat, Tanpa Aktifitas Perikanan, Maka Ikan Tidak Akan Tersaji di Meja Makan.
Prof.Dr.Ir.Sudirman, MPi
Guru Besar Bidang Perikanan Tangkap dan Kepala Laboratorium Teknologi Penangkapan Ikan Unhas
Beritaku.Id, Ilmiah – Semua aktifitas akan menyebabkan efek. Dalam sebuah hubugan sebab Akibat. Akan Dibahas berikut ini Tentang Aktifitas Perikanan dan Corona atau Covid-19. Dalam masa penerapan kebijakan Sosial Distancing dan PSBB (Pembatasan sosial Berskala Besar).
Pendahuluan
WabahPandemi Corona Virus Desease 2019 (Covid-19) yang menggulung seluruh negeri, dengan hempasan ombak serangannya.
Menciptakan gelombang efek yang besar, telah berdampak pada seluruh aktivitas sosial.
Ekonomi dan budaya masyarakat diseluruh dunia, termasuk Indonesia. Semua ingin berlari menjauh meninggalkan Corona, namun harus berlindung dimana. Sementara semua sendi telah di Invasi oleh Virus tersebut.
Salah satu aktivitas yang terpengaruh adalah aktivitas perikanan yang merupakan tulang punggung dalam kegiatan ekonomi masyarakat nelayan di wilayah pesisir.
Penyiapan tenaga kerja, penyediaan pangan protein dan penambah devisa negara untuk jenis-jenis-jenis ikan tertentu.
Apakah covid-19 berpengaruh terhadap aktivitas perikanan..? kalau berpengaruh, lalu apa pengaruhnya..?
Korelasi dari hal diatas akan disajikan dalam sebuah kajian mendalam.
Untuk menjawab pertanyaan ini maka berikut ini, kita akan menyelam beberapa pengaruh. Covid-19 terhadap aktivitas pasang surut yang terjadi dibidang perikanan.
Dari segi aktivitasnya, perikanan dapat digolongkan dalam dua kegiatan, yaitu Perikanan Tangkap dan Perikanan Budidaya.
Perikanan Tangkap adalah kegiatan ekonomi yang memanfaatkan sumberdaya hayati perairan secara bebas. Seperti penangkapan ikan di laut, sungai, danau, dan perairan umum lainnya.
Sedangkan perikanan budidaya adalah pemeliharaan ikan atau biota air lainnya yang dilakukan secara terkontrol.
Biasanya dilakukan di laut dalam bentuk budidaya laut, di kolam, tambak jarring apung dan sebagainya.
Bagaimana pengaruhnya terhadap kedua aktivitas tersebut, dan hubungannya dengan Covid-19 berikut dikemukanan beberapa hal.
Covid-19 dan Aktivitas Perikanan tangkap
Jumlah nelayan yang melakukan penangkapan ikan di Sulawesi Selatan. Menurut data Dinas Kelautan dan Perikanan Sulsel tahun 2018 adalah sebanyak 148.646 orang.
Mereka ini yang beraktifitas diatas gelombang, dengan semilir angin membawa dan menerpa mereka.
Mereka tidak sedang berwisata, tapi Setiap harinya melakukan aktivitas penangkapan ikan.
Menangkap berbagai jenis ikan komoditas penting. Untuk dipersembahkan kepada seluruh warga daratan. Disaji dalam ramuan dan racikan bumbu msakan.
Dan Ikan yang memiliki gizi yang tinggi, seperti ikan tuna, cakalang, kembung, layang, kerapu, cumi-cumi, gurita dan sebagainya.
Baca juga : Ikan Tuna, Emas Merah Dilautan, Seharga Lamborgini
Umumnya mereka berdomisili di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Nusantara. Jangan lupa membayangkan waktu petang di lokasi ini.
Di Sulsel data menunjukkan bahwa di Kepulauan Spermonde Selat Makassar, tidak ada nelayan yang terkena Covic-19.
Begitu pula di sentra-sentra nelayan di Sulawesi Selatan, belum ada yang dilaporkan terkena virus corona.
Oleh sebab itu kegiatan produksi perikanan tangkap di laut tetap berjalan dengan baik sebagaimana biasanya ditengah pandemic corona 2019.
Dengan demikian Covid-19 tidak berpengaruh besar terhadap produksi perikanan tangkap.
Persoalannya ada pada beberapa hal antara lain;
(1) Distribusi Ikan Ke Daerah Konsumen.
Karena akses kebeberapa daerah dibatasi maka pada beberapa daerah produksi melimpah namun pembeli berkurang. Akibatnya harga ikan akan turun.
Disamping itu banyak Restoran Seafood dan Hotel yang merupakan pembeli utama ikan dari nelayan kita. Tertutup karena kebijakan pemerintah untuk memberlakukan physical distancing.
Berbeda dengan produk pertanian yang harus segera dipanen, kalau ikan –ikan di laut tidak segera ditangkap. Artinya memberikan kesempatan ikan tersebut untuk tumbuh dan berkembang, yang pada saatnya nanti akan ditangkap.
Dengan demikian aktivitas penangkapan ikan tidak banyak berpengaruh terhadap produksi perikanan tangkap;
(2) Marketing.
Ikan yang mendarat di tempat-tempat pendaratan ikan, biasanya banyak penjual untuk mendistribusikannya. Dengan memperoleh keuntungan melalui rantai tata niaga.
Kegiatan pemasaranlah yang berdampak Covid-19 terhadap aktivitas rantai pasok dan pedagang ikan.
Banyak orang membawa ikan ke pasar-pasar tetapi pasarnya hanya dapat beroperasi beberapa kali dalam seminggu, sehingga keuntungan juga berkurang.
Demikian halnya mobil tranportasi yang membawa ke pasar-pasar sudah sangat berkurang karena aktivitasnya dikurangi.
Oleh sebab itu, penjual ikan hasil tangkapan nelayanlah yang berdampak terhadap Covid-19.
Pendapatan berkurang, bahkan beberapa diantara mereka tidak dapat melakukan penjualan ke daerah lain. Karena akses tranportasi yang sudah kurang
Covid–19 dan Aktivitas Perikanan Budidaya
Perikanan tangkap memberi ruang hidup ikan, ditangkap atau tida, ikannya tidak berefek. Samudera luas untuk berenang.
Berbeda halnya dengan aktivitas budidaya perikanan, pada waktu tertentu, ikan, atau udang atau biota lainnya yang dibudidayakan harus dipanen.
Karena akan menambah biaya kalau terus dipelihara. Tidak ditangkap, akan meningkatkan kebutuhan pakan.
Jumlah pembudidaya ikan di Sulsel cukup banyak. Pada tahun 2019 mencapai 282.508 orang.
Sehingga kalau sektor ini dipengaruhi oleh Covid-19, maka dampaknya akan besar.
Pada beberapa jenis komoditas ekspor seperti udang, rumput laut pernah terhambat karena negara-negara tujuan juga terkena pandemi corona. Seperti Cina dan Negara – Negara Eropa.
Akibatnya harga pada tingkat pembudidaya ikan menjadi turun.
Oleh sebab itu sangat penting usaha pemerintah agar penyebaran Covid-19 dapat diminimalisir. Agar tidak memasuki sentra-sentra nelayan dan pembudidaya ikan, dan covid-19 cepat berlalu.
Pada bulan Maret 2020 beberapa eksportir untuk sementara tidak membeli bahan baku ikan.
Karena pasar luar negeri masih tertutup dan coldstorage penampungan penuh.
Namun demikian informasi menggembirakan, bahwa ekspor ikan terbuka kembali pada bulan April.
Khususnya setelah Negara Tiongkok sudah pulih dari kasus pandemic Covid-2019.
Dengan demikian peran sektor perikanan sebagai penambah devisa Negara dapat berjalan dengan baik.
Ekonomi Masyarakat Perikanan Dan Covid-19
Pada masa sebelum pandemi Covid-19, aktivitas restoran ikan bakar di Sulawesi Selatan.
Menjadi tempat sekaligus yang instagramable, disamping menjadi tempat menemukan ikan segar di meja Resto.
Sangat ramai, industry seafood restoran berjalan dengan baik dan melibatkan banyak tenaga kerja.
Dengan adanya Covid-19, maka restoran-restoran tersebut menjadi lumpuh.
Kegiatan-kegiatan di hotel-hotel yang juga membutuhkan banyak ikan menjadi tidak ada lagi.
Dengan demikian produksi ikan yang dihasilkan oleh nelayan dan pembudidaya ikan sebagian tidak terserap oleh pasar.
Maka berlakulah hukum ekonomi, permintaan berkurang, maka harga akan turun.
Akibatnya pendapat nelayan dan pembudidaya ikan akan turun.
Disisi lain pedagang pengumpul ikan yang biasanya membeli dari nelayan untuk dibawa ke restoran seafood. Tidak bisa berjalan karena hampir semua restoran seafood ditutup sebagai dampak dari physical distancing dan PSBB.
Hal inilah perlu dicarikan solusi dengan melaukan intervensi oleh pemerintah melalui program pengaman social. Agar daya beli masyarakat tetap berjalan dengan baik.
Baca juga : Perairan Laut Dalam Dan Pulau-Pulau Kecil: Potensi Ekonomi Yang Masih Tertidur
Intervensi Pemerintah
Nelayan butuh sentuhan, butuh kebijakan. Mereka membutuhkan alternatif penjualan baru.
Stabilitas ekonomi mereka perlu dikembalikan sebagai rantai ekeonomi penting. Menghubungan, hasil perikanan yang didapat dari samudera yang luas. Untuk Kedaratan.
Dibalik segala musibah dan ujian, selalu terkandung hikmah yang bisa terpetik.
Ujian kesabaran membuat kita merenung bahwa tidak semua yang kita rencanakan akan terjadi.
Banyak hal-hal yang berada diluar kemampuan manusia baik dalam perencanaan maupun dalam implementasi.
Maka ditengah pandemic Covid-19. Beberapa hal yang bisa dilakukan pemerintah dalam meringankan beban para nelayan dan pembudidaya ikan antara lain adalah:
Bantuan social, misalnya nelayan-nelayan yang terkena dampak diberikan kelonggaran untuk tidak membayar listrik dan air selama masa pandemic Covid-19.
Pembebasan dari biaya tersebut, sudah sangat membantu dan meringankan biaya hidup dan nelayan dan petani ikan.
Begitu pula para pedagang ikan kecil yang hidupnya sangat tergantung dari penjualan ikan nelayan ke beberapa pasar. Juga perlu mendapat bantuan.
Pembagian sembako yang telah dilakukan oleh pemerintah bagi masyarakat yang terdampak sudah dilakukan, mudah–mudahan tepat sasaran.
Hal lain yang bisa diberikan adalah bantuan jenis-jenis bibit ikan, bibit rumput laut, benur bagi pembudidaya.
Pemerintah memiliki Balai-Balai yang memproduksi jutaan bibit udang dan bandeng, dapat merupakan hal yang dapat meringankan beban hidup bagi para petani ikan.
Bagi para nelayan, bantuan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) bagi kapal-kapal kecil ukuran kurang dari 5 GT, dianggap sangat membantu.
Dengan demikian maka pemerintah hadir disaat diperlukan oleh rakyat. Khususnya masyarakat yang berkecimpung langsung dibidang perikanan. Sebagai penyanggah pangan dibidang perikanan.
Penutup
Berdamai dengan Civid-19 perlu dilakukan dengan cara meningkatkan daya tahan tubuh.
Daya tahan tubuh dalam menjalani masa pandemic, sangatlah penting. Daya tahan tubuh bisa meningkat jika ditopang oleh gizi yang baik dan seimbang.
Ikan, khususnya merupakan penyedia gizi yang baik yang sangat kita butuhkan dalam masa pandemic Covid-19.
Ikan mengandung protein yang tinggi (16-30%), disamping vitamin dan mineral.
Kandungan protein ikan lebih tinggi dari serealia dan kacang kacangan, setara dengan daging, sedikit dibawah telur.
Protein ikan mudah dicerna, sangat baik bagi balita yang sistem pencernaannya belum sempuna.
Protein ikan mengandung berbagai asam amino (aa) dalam bentuk yang mendekati asam amino didalam tubuh manusia.
Pada masa sekarang, tak seorang pun di dunia ini yang tidak mengenal Omega-3. Sumber diet utama Omega-3 pada manusia adalah ikan.
Oleh sebab itu dalam masa pandemi Covid-19, produksi ikan, baik melalui penangkapan maupun dibidang budidaya perlu dijaga.
Demikian halnya dengan distribusi dan pemasarannya, walau terdapat kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Namun untuk pengiriman dan pemasaran hasil-hasil perikanan perlu dipertahankan. Agar kebutuhan gizi masyarakat khususnya darii kan dapat selalu tersedia.
Sehingga kesehatan masyarakat dapat terjaga. Demikian tulisan yang singkat ini, dengan harapan badai Covid-19 bisa cepat berlalu, dan kehidupan sosial masyarakat dapat normal kembali.
Badai pasti berlalu, namun ikhtiar dan kesabaranlah yang akan diuji Semoga cepat terwujud.