Beritaku.Id, Usaha – Rasulullah Muhammad SAW, pada zaman pemerintahannya, memiliki manajemen keuangan yang hebat apakah ada Bank?
Islam tidak akan sebesar seperti yang ada sekarang. Jika seandainya tidak memiliki manajemen yang hebat dalam pengelolaan keuangan dan logistik.
Dalam menjalan syiar Islam. Mereka dan sahabat, memiliki kemampuan ekonomi yang kuat membangun umat. Di Zaman tersebut, Dimana Rasulullah sebagai pemimpin, Dimana Bank Yang mengurusi keuangan?
Rasulullah pada umur 12 tahun telah menjadi seorang wirausahawan, zaman remaja telah mengelola keuangan sendiri. Dengan mandiri mendapatkan uang. Tidak bergantung dan tidak cengen.
Budaya konsumtif di zaman sekarang dan budaya sedekah dengan manajemen keuangan di zaman Rasulullah.
Apakah Ada Bank Zaman Rasulullah?
Maka jawabannya adalah Tidak Ada Bank Konvensional, yang ada adalah keuangan Syariah.
Sebab dalam pandangan Islam, bunga uang adala riba dan hukumnya haram.
Surat Ali Imran Ayat 130:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَأْكُلُوا الرِّبَا أَضْعَافًا مُضَاعَفَةً وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ |
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.
Keuangan yang sehat, dan diwaktu itu tidak ada bank riba yang berdiri. Bahkan praktik Bank konvensional akan dilawan. Karena bunga Bank adalah Riba.
Rasulullah ditempa dengan berbagai ujian dalam hidupnya. Mulai dari tidak melihat ayahnya, saat masih balita kehilangan ibu. Kakek tercinta pergi. Dan ikut paman untuk berdagang.
Dia sukses dalam menjalankan bisnisnya.
Apa rahasia keuangan Rasulullah
Tahu Kebutuhan
Kebutuhan dan keinginan, adalah dua sisi dalam diri seseorang yang kadang membutakan.
Dari segi kebutuhan, dia mengetahui yang mana yang utama dan yang mana yang tidak penting.
Mengeluarkan uang sesuai dengan kebutuhan. Serta apa yang dikeluarkan terdata dengan baik.
Sabda Rasulullah SAW:
”Tidaklah melangkah kaki seorang anak Adam di hari kiamat. Sebelum ditanyakan kepadanya empat perkara: Tentang umurnya untuk apa dihabiskan. Tentang masa mudanya untuk apa digunakan. Tentang hartanya dari mana diperoleh dan ke mana dihabiskan. Dan tentang ilmunya untuk apa dimanfaatkan.” (HR Tirmidzi).
Sumber : Keuangan Zaman Rasulullah Vs Keuangan Dengan Bank Konvensional
Maknanya adalah segala sesuatu dan perbuatan harus bertanggung jawab dan bisa dipertanggung jawabkan di dunia dan akhirat.
Memberi Di Jalan Allah SWT
Memberi dan berbagi kepada kepada oranglain. Ini yang dirasakan berat bagi beberapa orang. Sebab makin banyak orang menumpuk harta makin susah untuk memberi kepada oranglain.
Sementara Sabda Rasulullah SAW :
“ Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian”. (Adz-Dzariyat : 19)
Rasulullah paham, dalam dakwahnya. Bahwa harta yang dimiliki, harus dibagikan kepada oranglain. Di sedekahkan. Dan sedekah itu membuat harta lebih berberkah. Ini tentang janji Allah SWT. Sesuatu yang pasti.
Dan Allah SWT akan menambah baik kualitas maupun quantitas harta benda.
Terbalik dengan kondisi keuangan, terutama pada Bank Konvensional. Bunga banyak, investor yang mencari keuntungan. Menumpuk keuangan. Dan peminjam telah mengeluarkan atau mengembalikan pinjaman dengan 2 kali lipat.
Keuangan Yang Balance (Masuk dan Keluar)
Berapa keuntungan dan berapa yang dibelanjakan.
Keuntungan halal lebih besar, dan membelanjakan lebih rendah dari keuntungan. Pada kebanyakan budaya konsumtif., belanja lebih besar dari keuntungan. Sehingga yang tergerus adalah modal.
Artikel terkait : Membuat Usaha Tanpa Modal di Tengah Pandemi Corona Yang Tidak Menentu
Modal dalam sebuah usaha adalah mesin yang terus berputar. Sehingga mengurangi jumlah modal sama dengan mengambil roda-roda mesin. Dan hal itu membuat jalannya tidak efektif.
Jangan boros dan jangan kikir, serta jangan menumpuk harta.
“ Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta). Mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. ” (QS. Al Furqan: 67).
Memperkaya Diri Sendiri Dilarang
Menyimpan dan menumpuk harta benda. Untuk dijadikan sebagai pajangan atau mewah-mewahan.
Hal ini terjadi pada kondisi umat yang ada sekarang. banyak orang kaya menumpuk harta dan tidak melihat tetangganya yang melarat. Mereka kikir dan tidak mau berbagi.
Beralasan bahwa itu hasil usahanya, dan orang lain silahkan urus diri sendiri.
Pengertian menumpuk harta adalah. Menyimpan dan menambah terus harta yang dimiliki. Dengan alasan untuk diberikan kepada keturunan dan kelangsungan hidup mereka.
Padahal Allah SWT menjamin hidup setiap orang termasuk keturunan yang kita miliki.
Sabda Rasulullah “Hai anak Adam berinfaklah, niscaya Aku akan memberi nafkah (memberi gantinya) kepadamu”. (HR. Bukhari & Muslim)
Dalam pengertian ini, bahwa memberi akan diganti oleh Allah SWT.
Demikianlah manajemen keuangan Rasulullah Muhammad SAW. Ayo terus memupuk bisnis, dan jangan menumpuk harta setelah mendapat keuntungan. Tapi berbagi dengan orang lain.
Artikel lain : Mengambil Untung Dari Usaha Rumahan Dengan Modal Minim