Kareo padi dan cekakak sungai merupakan jenis burung yang saat ini mulai langka kita temukan pada alam, bagaimana persamaan dan perbedaan keduanya?
Beritaku.id, Lestari – Burung merupakan anggota dari kelompok hewan bertulang belakang atau vertebrata, yang memiliki bulu dan sayap.
Oleh Novianti (Penulis Lestari)
Binatang kecil ini juga memiliki karakteristik, yang dapat membedakan keistimewaannya masing-masing. Selain itu, beberapa jenis burung juga memiliki ciri-ciri, habitat dan penyebarannya yang berbeda-beda.
Berdasarkan jenisnya, burung memiliki banyak sekali ragamnya di seluruh dunia. Selain itu, sebagian besar spesiesnya juga memiliki kemampuan untuk terbang, dengan menggunakan sayapnya.
Contohnya seperti angsa, pelikan, bebek, burung hantu, elang, bebek dan jenis burung lainnya.
Namun dari sebagian burung yang dapat terbang, ada juga yang tidak memiliki kemampuan terbang.
Contohnya seperti Burung unta, kasuari, kiwi, penguin, moa dan jenis endemik lainnya. Setidaknya terdapat 8.800 – 10.200 spesies burung yang ada di dunia, dan di Indonesia sendiri terdapat sekitar 1.500 jenis.
Spesies burung yang ada di Indonesia, jumlahnya ada sekitar 1.500 jenis spesies.
Oleh karena itu, menjadikannya sebagai negara kelima, yang memiliki populasi spesies burung terbesar di dunia.
Namun sayangnya, populasi tersebut kini terancam punah, akibat habitatnya yang sudah banyak mengalami kerusakan.
Akibat banyaknya habitat yang mengalami kerusakan, beberapa spesies burung membangun populasi perkembangbiakan di wilayah penangkaran. Hal tersebut memang sengaja dilakukan, guna menjaga keberadaan populasinya di dunia.
Contoh dari spesies yang banyak dibudidayakan tersebut adalah, Burung Puyuh, Parkit, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Selain itu, burung juga merupakan salah satu dari hewan peliharaan yang cukup populer di Indonesia khususnya.
Bahkan hingga sekarang, peminat dari hewan unggas ini terbilang cukup banyak. Selain karena alasan sebagai hobi semata, namun banyak juga yang menangkarnya, guna mendapatkan keuntungan.
Spesies burung yang akan menjadi ulasan kali ini adalah, Kareo Padi dan Cekakak Sungai.
Keduanya merupakan unggas yang sudah termasuk dalam kategori perlindungan, karena populasinya yang semakin menurun.
Ciri Spesies Kareo Padi Dan Cekakak Sungai
Kedua jenis spesies burung ini memiliki ciri yang berbeda-beda. Contoh dari perbedaan tersebut, akan dijelaskan pada ulasan berikut:
Kareo Padi
- Spesies burung ini memiliki ciri warna hitam pada mahkota hingga punggungnya, dan memiliki warna putih, pada sisi wajah hingga perutnya. Selain itu, burung ini memiliki ukuran tubuh sekitar 15 cm dan tinggi 30 cm, serta tungging dan pangkal ekor berwarna merah kecoklatan.
- Keunikan lain dari spesies ini adalah, memiliki mata yang hitam, dan perisai kecil berwarna merah serta ekor yang pendek.
- Kebiasaan burung ini suka berjalan dan memanjat semak dan pohon kecil , dengan kakinya yang panjang.Selain itu, si mungil ini juga dapat berjalan di daerah berair sekalipun. Perilaku lainnya yang cukup istimewa adalah, suaranya yang terdengar seperti berbunyi “uwok-uwok” dan sangat berisik.
- Apabila mereka bersuara secara bersamaan, hasilnya terdengar seperti ketukan yang berbunyi “turr-kruwak” atau “perper awak-awak”. Suara ini akan terus berlangsung hingga sekitar 15 menit, terutama pada siang dan malam hari.
- Apabila merasa terganggu dengan keusilan manusia, burung ini akan berlari kencang dan terbang pendek untuk bersembunyi di balik semak.
- Saat berjalan ekornya menjadi tegak, sehingga warna pada bagian bawah tubuhnya dapat terlihat. Biasanya burung dewasa memiliki paduan warna hitam dan putih yang cukup mencolok. Namun baik burung dewasa maupun burung muda, keduanya memiliki paruh yang berwarna kuning.
- Sarangnya terbuat dari ranting kecil atau tumbuhan menjalar, yang berbentuk seperti cekungan. Sedangkan telurnya, juga sangat mirip dengan Burung Puyuh, dan dapat bertelur sepanjang tahun. Posisi sarang burung ini, biasanya terdapat di rerumputan atau semak belukar, satu atau dua meter dari atas tanah.
Baca juga beritaku: Bunga Edelweis: 6 Jenis, Cerita Mitos Dan Kiasan Kata Yang Menarik
Cekakak Sungai
- Spesies burung ini memiliki tubuh berukuran sekitar 23 – 25 cm. Burung jantan beratnya antara 51- 91 gram, dan burung betina beratnya antara 54 -100 gram. Bentuk tubuhnya juga unik, dapat terlihat dari paruhnya yang berukuran panjang dan pipih.
- Salah satu ciri fisiknya adalah, memiliki paduan warna biru dan putih. Sayap, mahkota, punggung, serta ekornya, berwarna biru kehijauan yang berkilau terang. Matanya memiliki garis hitam, sedangkan tubuh bagian bawahnya berwarna putih bersih.
- Ciri lain yang terdapat pada Cekakak Sungai adalah, paruhnya yang berwarna kehitaman dan kakinya yang berwarna abu-abu. Ada sedikit warna putih di dahi dan di depan matanya, yang terlihat menyerupai topeng.
- Cekakak Sungai memiliki perilaku suka bertengger pada bebatuan dan juga pohon. Kebiasaan lainnya yang juga terbilang unik adalah, cara burung ini mendapatkan mangsanya, yaitu, dengan membantingnya terlebih dulu sebelum menyantapnya.
- Suara kicauannya juga terdengar sangat keras dan berisik. Bahkan, dapat terus terdengar hingga sepanjang hari.
- Bentuk sarangnya merupakan galian yang terdapat di bawah pohon atau di pinggir sungai. Burung ini dapat bertelur hingga 2-3 butir, dan masa berbiaknya antara Maret hingga Juni, atau September hingga Desember.
Baca juga beritaku: 5 Jenis Ikan Air Payau: Unsur, Tempat Menambak, dan Caranya
Penyebaran Kareo Padi Dan Cekakak Sungai
Dari Berbagai Negara (tidak sesuai), kedua jenis burung ini memiliki area persebaran, yakni:
Kareo Padi
Penyebaran spesies tersebar luas hingga ke India, China bagian selatan, Asia Tenggara, dan Filipina. Sementara penyebarannya di Indonesia hingga ke Sulawesi, Wilayah Sunda Besar dan juga Nusa Tenggara.
Namun, burung ini juga memiliki habitat di sepanjang pesisir daerah Lumajang, Jawa Timur. Sedangkan di wilayah Jawa Tengah, burung ini terdapat juga di daerah Banyumas.
Cekakak Sungai
Wilayah penyebaran Cekakak Sungai meliputi Asia dari Selatan hingga Asia tenggara, dan beberapa negara di Afrika serta Australia. Sedangkan di wilayah nasional, penyebarannya mencapai Sumatera, Kalimantan, Bali, Jawa, dan juga Sulawesi, Maluku serta Papua.
Nama Dan Istilah Lain Koreo Padi Dan Cekakak Sungai
Adapun selain dari nama burung tersebut, terdapat istilah, baik secara ilmiah, latin dan bahasa Inggris, yakni:
Koreo Padi
Bahasa Ilmiah : Amaurornis Phoenicurus
Sinonim : Erythra phoenicura
Bahasa Inggris : White Breasted Waterhen
Nama lain : Ruak-ruak, Sribombok, Ayam Sawah, Polangku, Tarkuwa, dan lainnya.
Family : Rallidae
Cekakak Sungai
Bahasa Ilmiah : Todirhamphus Chloris
Sinonim : Halcyon Chloris
Bahasa Inggris : Collared Kingfisher
Family : Alcedinidae
Genus : Todirhamphus.
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Coraciiformes
Perbandingan Kareo Padi Dan Cekakak Sungai
Terdapat perbandingan dari kedua spesies tersebut, yaitu:
Kareo Padi
- Spesies ini merupakan unggas yang lebih senang menyendiri, sambil mengintai mangsanya dengan sabar dari sebuah pohon. Setelah mangsanya sudah berada dalam radar jangkauanya, diapun akan segera menangkapnya. Mangsa dari burung ini semua hewan kecil yang hidup di dalam air, lumpur maupun pasir.
- Contoh dari para mangsanya seperti ikan, kepiting, udang, serangga, kadal, cacing, dan juga anak burung. Keunikan lain dari Kareo Padi adalah, kemampuannya untuk menangkap mangsa yang ada di dalam air, saat posisinya sedang terbang.
- Spesies ini memiliki suara yang sangat nyaring dan berisik. Burung yang dikenal sebagai Burung – Raja Udang ini, menyukai perairan sebagai habitatnya. Contohnya seperti danau, rawa, hutan bakau, sungai dan juga pantai.
- Namun di beberapa tempat yang terletak di wilayah pertanian dan pemukiman, burung ini ternyata juga dapat ditemukan. Karena menyukai dan juga memiliki habitat di daerah yang lembab dan basah, sehingga masuk dalam jenis water bird. Jenis burung ini hidup di dataran rendah dan tinggi, yang memiliki ketinggian hingga 1.600 meter.
- Kareo Padi merupakan spesies burung yang mengalami penurunan pada populasinya, akibat dari perburuan dan tindakan manusia. Daerah persawahan yang dulu merupakan tempatnya mencari makan, sekarang sudah penuh oleh pestisida.
- Dampak dari pemakaian pestisida tersebut, menyebabkan lumpur dan tanah persawahan tercemar, sehingga rantai makanan pun ikut terputus. Cacing, serangga, siput kecil dan biji-bijian yang dulu dapat hidup dengan bebas, sekarang harus ikut terbasmi oleh zat kimia tersebut.
- Spesies ini sudah dalam kategori sebagai hewan yang dilindungi. Contoh dari bentuk perlindungan tersebut sudah dilakukan oleh kelompok Minat Tirta Lawalata Institut Pertanian Bogor. Para peminat tersebut membuat suatu kajian terhadap kegiatan perairan, dan juga melakukan penangkaran.
Cekakak Sungai
- Cekakak Sungai ternyata juga banyak dijadikan sebagai burung hias atau peliharaan. Namun selain itu, burung ini juga dapat menjadi bahan makanan, seperti Burung Puyuh atau Burung Merpati yang berasal dari budidaya.
- Burung ini termasuk dalam kategori hewan yang dilindungi, karena populasinya yang semakin sedikit di Bumi ini. Hal tersebut terjadi karena ulah manusia yang selalu memburunya, dan menggunakannya sebagai bahan makanan ataupun peliharaan.
- Jika ingin menangkapnya, maka akan memerlukan sangkar yang khusus. Tujuannya adalah, agar burung tetap merasa nyaman, sama seperti hidup dalam habitatnya. Dengan melakukan hal tersebut, artinya dapat menjaga kelangsungan hidupnya.
- Burung betina biasanya dapat menghasil kan telur sebanyak 4 – 9 butir, setiap kali bertelur. Masa pengeramannya kurang lebih selama 20 hari, hampir sama dengan ayam.
- Cekakak Sungai populer sebagai burung pemakan kadal, serangga, katak, cacing, dan semua hewan yang memiliki habitat di daerah terbuka. Contohnya seperti daerah perairan, perkebunan, hutan dan perbukitan yang memiliki ketinggian hingga 1.200 meter di atas permukaan laut.
- Cekakak Sungai memiliki 49 sub spesies, dimana perbedaanya terletak dari masing-masing wilayah persebarannya. Sarang yang berada pada habitatnya, merupakan suatu lubang yang terkubur di tanah.
- Suara unggas ini sekilas menyerupai teriakan yang parau, dengan volume yang cukup tinggi. Walaupun suara kicaunya lumayan berisik, namun terbilang monoton, karena hanya menghasilkan satu jenis suara saja. Terdengar seperti “ciuuw..ciuww”, dan “ngeek..gess..”, secara berulang-ulang, dalam waktu yang panjang.
- Jumlah telur yang dihasilkan antara 2-7 butir, dan dierami oleh kedua induknya. Anak burung yang sudah menetas, akan siap terbang saat usianya sudah mencapai 44 hari.
Penutup
Spesies burung merupakan salah satu dari hewan terkecil yang terindah di dunia. Selain bentuknya, suara kicaunya pun dapat menjadi keunggulan tersendiri bagi spesies tersebut. Namun sayangnya, keindahannya yang alami tersebut berangsur punah, akibat rusaknya habitat beberapa spesies.
Daripada dapat menikmati suara kicaunya yang beraneka ragam, manusia lebih suka memburunya untuk kepentingan pribadi. Namun yang mereka lupakan adalah, tanpa ada lagi kicau burung yang menghiasi Bumi, maka artinya akan berakhir pula salah satu pemandangan terindah yang ada di dunia.
Banyak penelitian yang telah membuktikan, bahwa suara kicauan burung dapat berdampak positif bagi ketenangan manusia. Hal tersebut dapat terjadi, karena sebenarnya manusia selalu membutuhkan suatu hubungan interaksi dengan alam. Dan salah satu bentuk dari interaksi yang dapat membawa kedamaian itu adalah, suara kicau burung.