Taukah kalian jika Cordoba yang terkenal indah tersebut sempat menjadi pusat keamiran daulah islam?. Selanjutnya, bagaimana kisah pergantian kekhalifahan menjadi keamiran?. Di sini telah terangkum sedikit kisah tentang keamiran yang ada di Cordoba, Andalusia.
Beritaku.id, Berita Islami. – Kegemilangan tauhid di bangunan menjulang nan kokoh itu sempat bercahaya. Berpendar-pendar menerangi gelapnya Eropa. Kini, semua hanya tinggal cerita, yang di sembunyikan, yang di tahan. Seakan-akan tak pernah ada.
Oleh: Ulfiana (Penulis Berita Islami)
Cordoba sempat menjadi pusat keamiran dari daulah Umayyah. Kota ini merupakan tonggak dari bangkitnya dinasti umayyah yang sempat mengalami kekalahan di Damaskus.
Meskipun pada akhirnya mengalami keruntuhan dan membuat umat terusir dari spanyol, tak bisa menampikkan kejayaan islam di sana.
Cerita tentang Dinasti Umayyah di Cordoba ini, bahkan saat ini masih terus di kenang bagi mereka yang senang akan dunia sejarah islam.
Pusat keilmuannya bahkan sempat menyaingi keilmuan di Baghdad.
Bagaimana kisah selengkapnya? Stay tune.
Baca juga beritaku: Kristen Merebut Andalusia Dari Kekuasaan Muslim, Jatuhnya Granada
Sejarah Takluknya Cordoba
Ini Kisah Heroiknya Pimpinan Perang
Pernahkah kalian mendengar sejarah penaklukan Cordoba? Tentu penaklukan ini menjadi kebanggaan sejarah dari dinasti yang saat itu berhasil melakukannya. Bahkan, nama pemimpin pasukannya menjadi harum hingga saat ini.
Berikut ini merupakan sejarah pembebasan Cordoba.
Perluasan wilayah islam telah terjadi di masa pemerintahan Khalifah Umar Bin Khatab. Ketika daulah umayyah menjadi daulah yang memimpin umat, perluasan lebih di galakkan lagi.
Salah satu wilayah yang berhasil di taklukan ketika pemerintahan Khalifah Al Walid Bin Abdul Malik adalah Andalusia. Namun, sekarang lebih terkenal dengan nama Spanyol.
Cordoba merupakan salah satu kota besar yang ada di Andalusia, yang nantinya menjadi pusat pemerintahan dan politik.
Ketika itu, Khalifah Al Walid mengirim pasukan yang dipimpin oleh Thariq Bin Ziyad untuk membebaskan Andalusia. Saat itu Andalusia tengah berada dalam kegelapan akibat di pimpin oleh raja Roderick yang terkenal begitu kejam.
Pada tahun 710 M, 500 orang yang berangkat dengan empat kapal laut pergi ke Andalusia. Mereka merupakan pasukan awal yang bertugas untuk mempelajari kondisi negri yang akan di bebaskan tersebut.
Baca juga beritaku: Panglima Perang Islam Dan Dunia Yang Fenomenal
Kedatangan Thariq di Andalusia
Baru ketika mereka membawa kabar yang baik dan informasi yang cukup, Thariq Bin Ziyad membawa 7000 pasukan menuju Andalusia.
Masyarakat Andalusia yang mengetahui kedatangan Thariq ini sengaja memberi jalan kepada pasukan ini untuk masuk dengan mudah di Andalusia. Perang berkecamuk antara pihak Thariq Bin Ziyad yang saat itu membawa 7000 pasukan. Ditambah, dengan 5000 pasukan Musa Bin Nushair.
Sedangkan di pihak raja Roderick, ia membawa sebanyak 100.000 pasukan bersamanya. Jumlah ini sangat tidak sebanding.
Peperangan berlangsung hingga 8 hari lamanya. Kedua pihak saling keras kepala untuk memenangkan peperangan. Bagi pasukan islam, tak ada rasa takut yang menggentayangi mereka akan kematian.
Itu sebabnya, mereka berjuang dengan keimanan bahwa apa yang mereka bawa adalah sesuatu yang benar. Serta, sesuatu yang benar itu pasti akan menang.
Dengan keyakinan kuat seperti itu, di tambah mereka memiliki pemimpin piawai, Allah kemudian memenangkan pasukan ini.
Perang ini kemudian di kenang dengan nama perang Sidonia. Setelah berhasil memenangkan peperangan besar ini, daerah lain di sekitarnya menjadi lebih mudah untuk di bebaskan.
Sejak saat itu, Andalusia termasuk cordoba merupakan daerah kekuasaan dari Dinasti Umayyah.
Baca juga beritaku: Perang Besar Yang Jarang Kita Dengar Sejarahnya
Bagaimana Keamiran Cordoba ini Terbentuk?
Muncul pertanyaan, bagaimana cerita dari kekhalifahan berubah menjadi keamiran?
Berikut ini merupakan penjelasan singkat yang berhasil terangkum untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Di pertengahan abad ke 6 M, Daulah Umayyah mengalami masa-masa krusial. Muncul banyak kelompok yang tak puas dengan pemerintahan ini. Puncaknya adalah adanya pemberontakan dari pasukan Abbasiyah untuk menempati Damaskus.
Saat itu, Damaskus merupakan pusat pemerintahan dinasti umayyah.
Jatuhnya Damaskus pada pasukan abbasiyah membuat daulah yang telah lama berkuasa ini, ikut terpuruk. Khalifah terakhir yang menduduki Damaskus adalah Marwan II Bin Muhammad.
Namun, Marwan II wafat di medan pertempuran.
Ketika itu, kondisi di dinasti umayyah begitu carut marut. Dari pihak abbasiyah, mereka memproklamirkan diri menunjuk pemimpinnya menjadi khalifah.
Sehingga, semua bekas dari Dinasti Umayyah di turunkan. Semua di buru untuk di lenyapkan.
Daerah-daerah kekuasaan umayyah pun akhirnya menjadi kekuasaan abbasiyah, terutama daerah di semenanjung arabia.
Keturunan dari dinasti umayyah yang berhasil lari, mengasingkan diri ke Andalusia dan meneruskan pemerintahannya disana.
Sebelumnya, Andalusia di pimpin oleh para amir / wali yang di tunjuk oleh dinasti umayyah.
Pada tahun 756, Pangeran Umayyah yang masih hidup yaitu Abdurrahman I, berhasil menurunkan Yusuf Al Fihri. Saat itu, Yusuf Al Fihri merupakan penguasa di Cordoba.
Ia kemudian, menjadi penguasa Cordoba dengan gelarnya adalah amir Cordoba.
Di dalam daerah kekuasaannya itu, ia menolak untuk tunduk pada kekhalifahan Abbasiyah. Kekuasaan abbasiah saat itu di anggap telah mewafatkan banyak dari para leluhurnya.
Ia berdaulat memisahkan diri dan meneruskan pemerintahan dari khalifah umayyah dengan menjadi keamiran di Cordoba.
Bergantinya Jabatan Khalifah menjadi Keamiran di Cordoba
Dalam bahasa arab, amir / emir sendiri bermakna pangeran atau gubernur. Artinya, ia masuk dalam daerah kekuasaan dari khalifah sebagai provinsi.
Sebutan ini tentu tak mengherankan mengingat dinasti yang berkuasa kemudian adalah dinasti abbasiyah.
Sedangkan, Cordoba, merupakan salah satu dari daerah kekuasaannya.
Namun, semenjak Abdurrahman II menyatakan bahwa Cordoba memisahkan diri dari abbasiyah, ia menjadi daerah dengan otonomi yang di atur sendiri.
Meski tentu, masih menggunakan sebutan keamiran di Cordoba.
Baca juga beritaku: 32 Nama “Raja” Khalifah Dinasti Umayyah Dan Asal Muasal
Masa Pemerintahan Siapa Terjadi Perubahan Keamiran Menjadi Kekhalifahan?
Ketika telah lama mendirikan keamiran di Cordoba, daulah umayyah yang masih ada kemudian sempat berganti nama menjadi kekhalifahan kembali.
Lalu, di masa pemerintahan siapa perubahan nama ini berlangsung?
Berikut ini penjelasannya.
Pada tahun 929 M, Amir Cordoba yaitu Abdurrahman III mengangkat dirinya sendiri menjadi khalifah.
Peristiwa tersebut menjadi penanda kembalinya pemerintahan dengan gelar khalifah di Cordoba yang sebelumnya adalah keamiran.
Hal tersebut di latar belakangi oleh berita tentang kekacauan yang terjadi di tubuh dinasti Abbasiyah. Tersiar kabar bahwa Al Muqtadir yang saat itu menjabat sebagai khalifah abbasiyah, meninggal karena pengawalnya sendiri membunuhnya.
Bagi Abdurrahman III yang mendengar kabar mengejutkan tersebut, peristiwa itu menunjukkan kondisi dari pemerintahan abbasiyah sedang tidak stabil. Bahkan, cenderung turun wibawanya dan melemah.
Melihat kondisi demikian, ia merasa bahwa saat inilah saat yang sangat tepat untuk memakai gelar seorang khalifah kembali. Serta, ia ingin menghidupkan kembali gelar khalifah yang sebelumnya di sandang oleh bani umayyah selama 150 tahun.
Cordoba kemudian bangkit menjadi tempat berlangsungnya masa keemasan islam di iberia.
Siapa Amir Pada Dinasti Umayyah Yang Fenomenal Dari Keamiran Cordoba?
Jika muncul keingintahuan siapa amir yang paling fenomenal di dinasti ini?
Maka jawabannya adalah Abdurrahman I atau Abdurahman Ad Dakhil.
Berikut penjelasannya.
Abdurrahman I atau Abdurrahman Ad Dakhil merupakan pengawal pertama dari berdirinya daulah umayyah di Andalusia.
Di Cordoba, ia menjadi amir hingga 90 tahun lamanya.
Bagaimana tak cukup fenomenal?
Ia mengembara hampir lima tahun untuk lolos dari kejaran pasukan abbasiyah. Mulai dari Palestina, Mesir, bahkan hingga Afrika Utara menjadi jalur pengembarannya sampai akhirnya berhenti di Andalusia.
Ia juga berhasil mengalahkan lawan politiknya di Cordoba dan menjadi amir disana.
Ketika berkuasa di keamiran Cordoba, ia melakukan pembangunan kota tersebut secara besar-besaran. Cordoba menjadi tampak begitu indah. Pipa air ia bangun agar rakyatnya bisa mendapatkan air bersih.
Taman Al-Rusafah merupakan taman yang Ad Dakhil bangun di luar kawasan Cordoba.
Selain itu, ia menjadikan Cordoba sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan yang terkenal seantero eropa. Kemajuannya ini bahkan menyaingi Baghdad yang ada di bagian timur.
Bidang penulisan ilmu juga ia kembangkan. Hal itu, membuat banyak orang yang tertarik untuk belajar di Cordoba.
Selanjutnya yang tak kalah hebat, ia membangun masjid Cordoba yang sangat megah. Saat ini masjid Cordoba berubah menjadi katedral yang bernama La Mazquita sejak tahun 1236.
Baca juga beritaku: Islam Spanyol Sejarah Peradaban, Indahnya Iberia Dan Cordoba Berilmu
Daftar Nama dan Sejarah Singkat Amir Masa Keamiran Cordoba I
Terdapat 8 amir dinasti umayyah yang menjabat saat periode keamiran codoba. Sebelum akhirnya, menjadi periode kekhalifahan Cordoba.
Berikut ini merupakan daftar dari para amir yang menjabat di masa keamiran Cordoba beserta penjelasan singkatnya.
1. Abdurrahman I, 756 M
Abdurrahman ad dakhil merupakan seorang yang pertama kalinya mendirikan dinasti umayyah di Cordoba. Serta, menjadi peletak dasar kekuasaan bani umayyah setelah kekalahannya di damsakus.
Ia berhasil membangun kota Cordoba yang saat itu menjadi ibu kota pemerintahannya.
2. Hisyam I, 788 M
Hisyam I merupakan keturunan dari abdurrahman I. Ia memimpin pada tahun 788 M hingga 796 M di Andalusia. Ia merupakan seorang amir yang berjasa dalam menegakkan hukum islam di daerah kekuasaannya.
3. Al-Hakam I, 796 M
Al Hakam I memiliki nama al hakam bin hisyam. Ia merupakan amir Cordoba yang memerintah pada tahun 796 M hingga 822 M.
Amir ketiga ini merupakan anak kedua dari hisyam I. Ia naik tahta setelah kakaknya meninggal di usia muda. Sebelumnya, ia sempat di tentang oleh pamannya yang merupakan anak dari Abdurrahman I.
Namun, penentangan itu tak mengalahkannya untuk tetap melanjutkan kepemimpinannya.
Ia berjasa sebagi amir yang memperbaharui kemiliteran saat itu.
4. Abdurrahman II, 822 M
Abdurrahaman II memiliki nama lain abu al-Mutharraf Abdurrahman bin Al-Hakam atau Abdurrahman al-Ausath. Abdurrahman II berkuasa sejak tahun 822 M hingga 852 M.
Ia merupakan seorang amir yang terkenal akan kecintaannya dengan ilmu. Bahkan, ia pernah mengundang para ahli yang dari dunia islam. Para ahli tersebut datang ke Andalusia untuk mengembangkan kegiatan ilmu.
5. Muhammad I, 852 M
Amir Muhammad I merupakan amir Cordoba yang memrintah sejak 852 M hingga 866 M. Ia merupakan anak dari Abdurrahman Al Ausath.
6. Al-Mundzir, 886 M
Amir al mundzir merupakan amir yang memerintah sejak tahun 886 hingga 888 M. Ia merupakan anak dari amir Muhammad I. Masa jabatannya cukup singkat yaitu hanya 2 tahun sejak ia memimpin menjadi amir.
7. Abdullah bin Muhammad, 888 M
Abdullah Bin Muhammad merupakan amir yang menjabat sejak tahun 888 M hingga 912 M. Ia juga merupakan anak dari Muhammad I. ia menggantikan kekuasaan Al Mundzir.
8. Abdurrahman III, 912 M,
Yang kemudian menjadi khalifah Kordoba.
Amir Abdurrahman III memiliki julukan An-Nasir / sang pemenang. Ia adalah seorang amir yang menjabat pada tahun 912 hingga 929 M. Pada tahun 929 ia kemudian menyatakan diri sebagi Khalifah Kordoba hingga tahun 961 M.
Dalam masa permerintahannya ia, menuai kesuksesan yang gemilang.
Akhirnya, itulah sedikit ulasan tentang kekuasaan daulah umayyah di Cordoba. Dari sini kita tau bahwa sebenarnya daulah umayyah masih tetap ada meski saat itu terjadi perubahan daulah di damsakus.
Pendirian kekhalifahan umayyah yang di awali dengan keamiran di Cordoba ini menjadi salah satu sejarah yang patut kita kenang. Demikian pembahasan kali ini.
Sampai jumpa di pembahasan selanjutnya, terimakasih.
Baca Juga beritaku: Sejarah Bani Umayyah
Sumber: kisahmuslim, ensiklopedi, wikipedia, wikipedia.addakhil, wikiamircordoba,