Keibodan dan Seinendan
Keibodan dan Seinendan (Foto: kelaspintar.id)

Keibodan dan Seinendan: Pengertian Hingga Tujuan Didirikan

Diposting pada

Pendudukan Jepang di Indonesia pada tahun 1942 menyisakan banyak cerita sejarah. salah satunya adalah organisasi militer bentukan jepang bernama Keibodan Dan Seinendan. Sebenarnya organisasi apakah itu dan apa tujuannya?

Beritaku.Id, Pendidikan – Pada suatu masa negeri ini dibawah tindasan penjajahan. Kaum pribumi menjadi manusia rendahan di rumah sendiri.

Nasib buruk itu masih berkepanjangan pertama- tama diinjak kaki oleh orang-orang Eropa seperti Portugis, Inggris dan Belanda. Sampai kemudian datang negara Jepang, yang mula-mula mendaku diri sebagai saudara tertua sesama ras asia.

Pendudukan Jepang Di Indonesia Sebagai Cikal Bakal Berdirinya Keibodan Dan Seinendan

Pada tanggal 1 Maret 1942 kapal-kapal pengangkut militer Jepang mendarat di teluk Banten untuk menaklukan Batavia. Tanpa perlawan yang berarti, Kota Batavia kalah itu menjadi pusat pemerintahan Belanda dan pusat militer sekutu jatuh ke tangan Jepang.

Kemudian pada 3 Maret 1942, Belanda menyerah tanpa syarat kepada tentara Jepang. Runtuhnya hindia Belanda menjadi puncak keberhasilan Jepang menguasai seluruh kawasan di Asia Tenggara.

Masa pendudukan Jepang di Indonesia terbilang singkat. Jika membandingkan dengan masa Belanda menjajah bangsa Indonesia yang hampir tiga setengah abad lamanya.

Jepang menjajah Indonesia hanya dalam 3,5 tahun. Kedatangan Jepang membuat bangsa Eropa yang berada pada seluruh nusantara dibabat habis. Apalagi secara tegas Jepang melarang keras yang berkaitan dengan Belanda.

Contohnya penggunaan bahasa Belanda, budaya dan sejarah seperti penamaan wilayah, kota di kembalikan pada nama semula.

Dibalik kebijakan tersebut pada kenyataan selama masa kekuasaan di Indonesia, pemerintahan militer Jepang berusaha memobilisasi atau menguasai seluruh sumber daya negeri ini.

Seperti mineral, bahan mentah, pangan dan juga sumber daya manusia, semua tidak lain hanya untuk kepentingan pribadi negara Jepang.

Waktu dan Masa Pendirian Keibodan dan Seinendan

Maret 1942 Jepang membentuk pemerintahan sementara bernama pemerintahan militer di Indonesia. Jepang melakukan pendekatan kepada masyarakat dengan cara membentuk gerakan nasionalis Jepang.

Bertujuan untuk memikat hati dan menarik simpati bangsa Indonesia agar mau membantu Jepang dalam menguasai Asia Timur Raya dan melawan sekutu negara-negara barat.

Keibodan dan juga Seinendan merupakan organisasi bentukan Jepang semi militer.

Masa pendirian untuk keibodan pada tanggal 29 April 1943 sebagai organisasi barisan pembantu polisi atau korps kewaspadaan, sedangkan Anggotanya para pemuda yang berusia antara 25-35 tahun.

Jumlah anggota seinendan mencapai 500.000 orang yang berusia antara 14-22 tahun dan untuk menjadi tentara cadangan jepang.

Maksud dan Tujuan Pendirian Keibodan Dan Seinendan

Keibodan serta Seinendan sebagai organisasi militer masa penjajahan Jepang

Pembentukan organisasi semi militer jepang bertujuan mendapatkan dukungan dari sumber daya manusia bangsa Indonesia.

Kemudian mengirimkan ke daerah perang Jepang yang berada luar negeri. Jepang memiliki strategi dengan menjadikan para pemuda Indonesia pada barisan depan dalam peperangn Jepang melawan sekutu.

Organisasi Keibodan bertujuan untuk membantu polisi Jepang dalam mengatur lalu lintas dan pengamanan desa.

Anggotanya mendapatkan pelatihan seperti fisik dan baris-berbaris hingga latihan perang menggunakan bambu runcing.

Pembentukan organisasi seinendan bertujuan untuk memperoleh tentara cadangan dari para pemuda Indonesia untuk memenangkan perang Asia Timur Raya.

Setelah berhasil mendekati sejumlah tokoh penting politik dan ulama di tanah air, kemudian Jepang merekrut kalangan pemuda Indonesia dengan mengadakan pelatihan tentara bagi para anggota seinendan.

Kebijakan tersebut sebagai bentuk usaha dari Jepang memobilisasi masyarakat. Membangkitkan, serta juga menggerakan masyarakat untuk dipakai oleh Jepang dalam perang Asia Timur Raya.

Tokoh Terkenal Keibodan dan Seinendan

Chuo Sang In sebagai tokoh penting dalam pembentukan Keibodan dan Seinendan

Pembentukan barisan pelopor pada 1 November 1944. Berdasarkan hasil keputusan sidang ke tiga oleh Chuo Sangi In atau dewan pertimbangan pusat membentuk organisasi semi militer tersebut.

Pemimpin barisan pelopor oleh Ir. Soekarno dan wakilnya R.P. Suroso, Otto Iskandardinata dan juga dr. Buntaran Martoatmojo.

Barisan pelopor bertujuan membantu Jepang dalam mempertahankan Indonesia, tokoh nasionalis yang menjadi anggotanya berusaha memanfaatkan kesempatan ini.

Pada kesempatan pidatonya para tokoh selalu menyelipkan kata-kata untuk dapat membangkitkan semangat cinta tanah air kepada para pemuda bangsa Indonesia. Anggota barisan pelopor mencapai 60.000 orang termasuk tokoh nasionalis.

Baca Juga Beritaku: Banten Kota Bandar Yang Sibuk Sejak Zaman Kerajaan Tahun 1526

Organisasi Lain Bentukan Jepang Selain Keibodan Dan Seinendan

berbagai organisasi di masa kependudukan Jepang

Pemerintahan Jepang membentuk sebuah organisasi baru selain dari organisasi semi militer antara lain sebagai berikut:

Pembela Tanah Air (PETA)

Pada masa pendudukan Jepang membentuk organisasi lain yaitu PETA atau Tentara Sukarela Pembela Tanah Air. Organisasi PETA terbentuk pada tanggal 3 Oktober 1943 berdasarkan maklumat dari Osamu Seirei No. 44 oleh Panglima Tentara ke-16.

Bernama Letnan Jendral Kumakici Harada mengumumkan organisasi PETA sebagai Tentara Sukarela. Pemerintahan Jepang mengadakan pelatihan untuk pasukan PETA berlokasi kompleks militer Bogor bernama Jawa Bo-ei Giyugun Kanbu Resentai.

Pasukan tentara PETA berperan penting dalam perang kemerdekaan Indonesia dan beberapa tokoh nasional bergabung yakni Soeharto dan Jendral Besar Soedirman.

Selain itu, veteran tentara PETA telah menentukan perkembangan dan evolusi militer bangsa Indonesia. Antara lain pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR) serta Tentara keamanan Rakyat (TKR), Tentara Republik Indonesia (TRI) dan TNI. Karena itu banyak yang beranggapan PETA akan menjadi Tentara Nasional Indonesia.

Gakukotai (Laskar Pelajar)

Kondisi Jepang mulai terpuruk kalah tanpa syarat dalam Perang Dunia II. Jepang melakukan strategi politik untuk memperkuat keberadaan di Indonesia dengan cara mengadakan pelatihan kemiliteran pada kalangan pribumi. Anggotanya mulai dari pemuda, pelajar dan mahasiswa yang terbentuk oleh Jepang bernama GAKUKOTAI.

Heiho (Barisan Cadangan Prajurit)

Organisasi bentukan Jepang selanjutnya yakni Heiho. Pasukan terdiri dari penduduk pribumi pada masa Perang Dunia II. Pada tanggal 2 september 1942 terbentuk dan mengadakan perekrutan anggota pada 22 April 1943.

Pembentukan Heiho bertujuan untuk membantu pekerjaan kasar militer mulai dari membangun kubu dan parit pertahanan serta menjaga tahanan.

Seiring perkembangan dan sengitnya pertempuran, organisasi Heiho beralih fungsi menjadi barisan cadangan prajurit.

Sebelum terjun medan perang, Jepang melatih, mendidik para anggota heiho kemiliteran. Setelah para anggota menjadi ahli militer kemudian Jepang bisa menerjukan ke medan perang hingga Morotai dan Burma.

Pada akhir pendudukan Jepang di Indonesia, jumlah pasukan Heiho telah mencapai 42.000 orang. Lebih dari setengah pasukan dikirimkan ke pulau Jawa.

Pembubaran dari organisasi Heiho oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) setelah Jepang menyerah pada Belanda. Sebagian anggota Heiho beralih menjadi anggota Badan Keamanan Rakyat (BKR).

Fujinkai (Barisan Wanita)

Pada masa pendudukan Jepang membentuk Fujinkai pada Agustus 1943. Anggota Fujinkai para wanita Indonesia berusia 15 tahun ke atas. Tujuan terbentuknya dari organisasi ini untuk membantu Jepang berperang melawan sekutu. Fujinkai terkenal dengan nama barisan wanita.

Putera (Pusat Tenaga Rakyat)

Pembentukan Putera terjadi pada 16 April 1943, organisasi dipimpin oleh Empat Serangkai yakni Soekarno, Hatta, Ki Hajar Dewantara dan Kyai Haji Mas Mansyur.

Tujuan Jepang membentuk organisasi Putera ini antara lain untuk membujuk para nasionalis dan para intelektual untuk bekerja sama mengabdikan pikiran, tenaganya demu kepentingan perang melawan sekutu.

Pemerintahan Jepang berharap dengan adanya keterlibatan tokoh penting Indonesia bisa menarik simpati rakyat, sehingga mendukung penuh kegiatan tersebut.

Perkembangan organisasi Putera cukup pesat hingga ke daerah-daerah. Anggotanya berasal sebuah perkumpulan seperti persatuan guru indonesia, serta perkumpulan pegawai pos, radio dan telegraf.

Perkumpulan istri indonesia, barisan banteng dan badan perantara pelajar indonesia serta ikatan sport indonesia.

Media penyebaran organisasi Putera yakni surat kabar dan radio. Keberadaan Putera menjadi organisasi resmi pemerintah dan menjangkau hingga ke pelosok desa-desa.

Namun, Putera tidak mendapatkan bantuan dana operasional. Kegiatan organisasi putera terbatas, sehingga para pemimpin memanfaatkan media massa yang tersedia untuk mengikuti, mengamati situasi dunia luar.

Selain itu, keberadaan media massa berguna dalam melakukan komunikasi dengan rakyat. Karena organisasi Putera tidak menguntungkan pihak Jepang maka hanya bertahan selama 1 tahun. Kemudian dibubarkan menggantinya dengan organisasi baru bernama Jawa Hokokai.

Kempetai (Barisan Polisi Rahasia)

Kempetai adalah kesatuan polisi militer Jepang berada seluruh wilayah Jepang yang termasuk daerah jajahan.

Organisasi kempetai bisa bersanding dengan unit Gestopa milik dari Nazi Jerman karena adanya kesamaan tugas yakni polisi rahasia militer. Organisasi bentukan Jepang ini terkenal kedisiplinan dan kekejamannya.

Masyumi

Mayoritas penduduk pribumi beragama Islam, pemerintah Jepang merasa memiliki kesempatan untuk menarik hati dari kaum tersebut. Pada tanggal 4 September 1942 organisasi Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) diizinkan aktif kembali dan pimpin oleh K.H. Hasyim Asy’ari.

Tujuan pembentukan MIAI antara lain untuk menempatkan kedudukan umat Islam yang layak dalam masyarakat Indonesia. Mengharmonisasikan Islam dan membantu Jepang dalam perang Asia Timur Raya.

Namun, Jepang menyadari arah perkembangan MIAI yang tidak memberikan kontribusi terhadapnya. 

Pada November tahun 1943  Jepang membubarkan Majelis Islam A’la Indonesia dan mengganti dengan Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi). Ketua organisasi Masyumi yaitu K.H. Hasyim Ashari dan K.H. Mas Mansyur.

Baca Juga Beritaku: Induk Organisasi Sepak Bola Dunia & Indonesia, Mandul Selama 90 Tahun

Pengertian Organisasi Jawa Hokokai

Setelah pembubaran organisasi Putera, Jepang kembali membentuk organisasi lain yakni Jawa Hokokai atau Perhimpunan Kebaktian Rakyat Jawa.

Pada tanggal 1 Maret 1944 Jenderal Kumakici Harada membentuk Jawa Hokokai. Pimpinan pusat berada kekuasaan Gunseikan, Soekarno dan Hasyim Asy’ari sebagai penasihat utama.

Ada beberapa tokoh nasionalis tergabung sebagai anggota pengurus yaitu Chaerul Saleh, Asmara Hadi, Sukardjo Wirjopranoto dan Oto Iskandar Dinata serta masih banyak lainnya.

Para tokoh nasionalis memaksimalkan kesempatan dalam organisasi Jawa Hokokai sebagai penyalur aspirasi nasionalisme. Dan memperkuat pertahanan para pemuda bangsa Indonesia melalui kata-kata terselip dalam pidato-pidatonya.

Maksud Pendirian Organisasi Jawa Hokokai

Tujuan pembentukan Jawa Hokokai sebagai menarik hati dan mendapatkan simpati penduduk pribumi. Dengan mengadakan pelatihan militer untuk warga Indonesia sebagai pasukan siap mati dalam perang Pasifik.

Program-program kegiatan Organisasi Jawa Hokokai antara lain untuk melaksanakan segala tindakan nyata dan ikhlas demi pemerintah Jepang.

Memimpin pribumi dalam mengembangkan tenangnya dengan semangat persaudaraan dan memperkokoh pembelaan tanah air. Organisasi Jawa Hokokai hanya berkembang pada wilayah Jawa dan mendapatkan legalitas pemerintah.

Integrasikan ke dalam tubuh pemerintah dan mempunyai berbagai macam Hokokai profesi.

Seperti Izi Hokokai atau Himpunan Kebaktian Dokter, Kyoiku Hokokai atau Himpunan Kebaktian Para Pendidik, Fujinkai atau Barisan Wanita dan Keimin Bunka Syidosyo atau Pusat Budaya terakhir Hokokai Perusahaan.

Pada masa pendudukan Jepang, tokoh nasionalis tersisihkan. Mereka mendapatkan jabatan baru dalam pemerintahan Jepang, namun segala kegiatan dan komunikasi dengan rakyat terbatas serta memperoleh pengawasan Jepang.

Pembubaran Jawa Hokokai

Kondisi perang Asia Timur Raya semakin mencekam membuat persediaan sumber daya manusia, logistik dan dana menipis. Kehabisan faktor tersebut menjadi faktor pembubaran Jawa Hokokai.

Pada tanggal 6-9 Agustus 1945 Jepang di bom Kota Hiroshima dan Nagasaki. Akhirnya Jepang menyerah pada sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945. Meminta perdamaian dengan anggota sekutu.

Baca Juga Beritaku: Kepulauan Jawa, Masuknya Islam Hingga Penjajahan Belanda