Kristen merebut Kota Andalusia
Kota Andalusia (Foto: cnnindonesia.com)

Kristen Merebut Andalusia Dari Kekuasaan Muslim, Jatuhnya Granada

Diposting pada

Setelah kejayaan Andalusia, dengan kemajuan ilmu pengetahuan, Teknologi dan Pertanian. Kristen merebut kembali Andalusia Spanyol dari kaum Muslim.

Beritaku.Id, Berita Islami – Peradaban yang luar biasa di wilayah Andalusai ini. Kordoba, ibu kota, bukan hanya kota terpencil Kekaisaran Islam.

Namun berubah dan memiliki prestasi yang beradab. Yang membuatnya mensejajarkan diri dengan Kota Baghdad dan Damaskus untuk kemajuan dan kemakmurannya.

Namun, seluruh pencapaian ini memiliki bangunan dan struktur politik yang rapuh. Termuat dalam buku “Agama dan darah .. Pembasmian rakyat Andalusia” [1] oleh sejarawan Inggris Matthew Carr. Hal ini berdasarkan sejarah perjalanan dan persaingan antar etnis dan suku di Andalusia.

Revolusi Amazigh, Dan Langkah Awal Kristen Merebut Andalusia

Kristen Merebut Andalusia Dari Kekuasaan Muslim
Bangunan Al Hambra, di Granada Spanyol (Foto: Binbaz.or.id)

Hal pertama yang perlu diperhatian adalah kejadian revolusi Amazigh. Yang menyebabkan hancur leburnya seluruh kekhalifahan pada awal abad ke-11.

Hingga mengubah istana Umayyah yang mewah disebut “Al-Zahra City”. Di pinggiran barat Cordoba. Menjadi puing-puing yang ditinggalkan dan ditumbuhi padang ilalang.

Nasib Iberia pada fase berikutnya sangat kompleks, sebab memiliki polemik kerajaan Islam dan Kristen. Tetapi persoalan besar mereka adalah perang saudara, etnik dan suku lebih dominan daripada perjuangan bersama melawan musuh.

Para penguasa dibawah “kekaisaran” Andalusia, tidak mampu menjaga kredibilitas dan berdiri menjadi translasi kekaisaran menjadi emirat kecil. Mereka dikenal sebagai negara bagian atau sekte. Dan pada saat yang sama, diplomasi kerajaan Kristen di Iberia utara semakin intensif.

Di Perbatasan Andalusai dan Portugal, sepanjang abad ke-11, penguasa sekte perbatasan negeri. Berada di bawah tekanan besar dari penguasa Kristen Portugal, Aragon dan Catalonia yang bersatu.

Faktanya, invasi Toledo oleh Alfonso V dari Castile pada 1085 adalah titik balik. Dalam proses kembalinya orang-orang Kristen ke tanah mereka. Alfonso menuntut kembalinya seluruh Spanyol!

Sekte Mencari Perlindungan Ke Afrika

Para pemimpin dibawah kekasiaran Andalusia, ketika mendapatkan tekanan dari Portugal.

Para penguasa sekte mencari bantuan dari Kekaisaran Almoravid di Afrika barat laut.

Dengan demikian, nasib Iberia pada abad-abad berikutnya menjadi rumit, karena memiliki beberapa area kerajaan yang bercampur antar Islam dan Kristen.

Reposisi Di Afrika

Pada tahun 1145, dinasti Almohad di Afrika Utara menggantikan dinasti Almoravid. Sang Raja baru berusaha keras untuk menyatukan raja-raja sekte. Untuk berusaha keras melawan Kastilia dan sekutunya (Portugal). Namun usahanya sia-sia.

Meledaknya Pertempuran Al-Aqab pada tahun 1212, di mana koalisi Castile, yang terdiri Aragon dan Portugal. Kastila menang melawan pasukan besar Islam. Kemenangan tersebut menghancurkan psikologi Almohad untuk menahan laju gerakan Kristen.

Akhirnya Kastila, menaklukkan Kota Granada yang menyerah. Dan menandatangani “perjanjian menyerah”. Kemudian melindungi hak asasi, harta benda, dan kebebasan beribadah.

Penaklukan Andalusia

Kondisi penarikan Almohad pada tahun 1223, Kembali Ke Afrika. Ketika Kastilia melakukan ekspansi, dan menghancurkan kota-kota Islam satu demi satu.

Puncaknya penggulingan Seville pada tahun 1248. Portugal mengekstraksi bagian barat dari kontrol Islam. Aragon menyelesaikan invasi Valencia yang dipimpin oleh Raja James.

Selanjutnya, Pada pertengahan abad ke-13, Castile dan Aragon mendominasi Iberia. Kecuali emirat Granada di tenggara yang tetap mempertahankan bendera Muslim.

Selebihnya semua kota-kota muslim di bawah kendali Kastila dan Aragon selama dua setengah abad.

Sementara emirat mampu mempertahankan kemerdekaannya dalam kondisi yang sangat rapuh.

Perkawinan Kerajaan Kastilia dan Aragon

Sekutu 2 Kerajaan Kristen yang merobek peta Andalusia, merebut sebagian besar tanahnya. Menguatkan posisi kerajaan dengan pendekatan pernikahan.

Perkawinan dua Kerajaan, yakni Kastilia Isabella dan Ferdinand dari Aragon pada tahun 1469.

Kejadian ini, semakin menguatkan kerajaan Kristen, dan merebut Andalusia (spanyol) hanyalah persoalan waktu.

Namun jatuhnya Konstantin pada tahun 1453, runtuhnya Kekaisaran Bizantium atas nama Ottoman. Membuat kerajaan kristen tersebut terluka.

Akhirnya Kastilia dan Aragon sebagai pasangan baru melakukan recoveri pasukan. Selanjutnya memenuhi undangan kepausan untuk mempersiapkan perang salib baru.

Dan bertekad untuk menyatukan penduduk yang hancur oleh perang saudara. Misnya adalah menyatukan penduduk untuk menyerang pasukan terakhir Islam di tanah tenggara Spanyol (Granada).

Penyerangan Ke Granada (Pasukan Terakhir Muslim)

Granada merupakan pertahanan terakhir dan satu-satunya yang dimiliki oleh Umat Islam di spanyol. Membuat Castile (Portugal) dan Aragon, ingin menuntaskan misi.

Namun belum menemukan apa alasan penyerangan. Hingga pada tahun 1481, serangan pasukan Islam di perbatasan Zahra. Ini alasan Kastila menyerang benteng tersebut.

Peta Peperangan Castile Aragon merebut andalusia
Peta Pasukan Castil dan Aragon (Merah), menganeksasi Seluruh Andalusia. Terakhir, Granada (warna kuning emas), (Foto: Sitimewa)

Namun menaklukkan Granada bukanlah pekerjaan mudah. Granada adalah benteng yang sulit di hancurkan, karena kota-kota bertemboknya tersebut kokoh. Benteng berada di sisi jurang yang terjal. Sehingga serangan membutuhkan strategi khusus.

Butuh tenaga 60.000 penunggang kuda dan infanteri serta pasukan elit lainnya. Mulai melakukan perjalanan mereka ke pegunungan Granada. Hancurkan dan bakar bangunan dan tanaman Muslim.

“Andalusia Kecil (Granada) tidak menyerah begitu saja, namun mereka melakukan perlawanan. Sebab mereka tidak ingin menjadi tawanan perang dan menjadikan mereka sebagai budak Kristen”.

Penjarahan

Pasukan Kastila yang diisi oleh banyak sukarelawan asing yang tertarik oleh janji Paus untuk mengampuni mereka. Namun peluang tersebut dimanfaatkan mereka untuk melakukan penjarahan selama perang. Memperkosa dan menekan psikologi.

Strategi beriktunya, kemenangan tidak ditentukan oleh pertempuran mahadahsyat. Karena merasa menang jumlah, maka Portugal melakukan pengepungan, penyergapan, dan sesekali pertempuran kecil. Dikutip dari sejarawan Inggris Matthew Carr.

Isabella (Kastila) membiayai kebutuhan perang Kristen dengan membebankan pajak khusus pada warga negara Yahudi. Tidak hanya itu, tapi Isabella menggadaikan perhiasannya sendiri.

Sehingga Isabella disebut sebagai penyebab keruntuhan total Islam di Andalusia, dengan menjadi donatur peperangan.

Suaminya Ferdinand (Aragon), yang menjalankan invasi dan aneksasi. Dirinya melakukan kampanye kekejaman dan pragmatisme. Hingga Machiavelli menyebutnya Pangeran Renaissance.

Pertempuran di Malaga

Populasi Muslim Malaga, tahun 1487 menghadapi serangan berulang oleh pasukan artileri Portugal dan Aragon. Namun habisnya logistik karena telah dibakar sebelumnya oleh pasukan kristen memaksa mereka untuk menyerah.

Yang hidup akan memiliki pilihan, sebagai tawanan: budak ataupun menjadi hadiah (wanita persembahan) kepada penguasa.

Namun, umat Islam selalu meninggalkan kesan dengan perlawanan sengit mereka.

Hingga sejarawan Spanyol Fernando de Bulgar, dalam buku

“Agama dan Darah … Pembasmian Rakyat Andalusia”. Mengagumi penduduk Himma yang takluk. Pada akhirnya membuka jalan bagi musuh menuju ibu kota Kerajaan, Granada.

Kondisi kekayaan kaum muslim di Granada, membuat para pemimpin fokus untuk mempertahankan harta benda. Dan mereka ragu untuk mengerahkan kekuatan penuh membiayai peperangan.

Dan padas akhirnya, penguasa terakhir Muhammad XII bernama Abu Ubaidl, tak berdaya didepan penjajah.

“Orang Andalusia mengerahkan seluruh energi dan energinya untuk bertarung. Dan para kesatria harus mempertahankan hidup mereka dan kehidupan istri dan anak-anak mereka dari perbudakan. Energi mereka bertambah ketika melihat mayat saudara, Istri dan anak-anaknya” kata de Bulgar.

Namun, sumber daya manusia dan materi yang tersedia bagi orang Kristen lebih besar. Karena alasan logistik dan kekurangan makanan tersebutlah, akhirnya pasukan Granada takluk.

“Orang-orang Kristen menyerang kami dari semua sisi dan melakukan pengepungan. melakukan pembagian pasukan. Dan mereka mulai menyerang kami dengan semangat dan kegigihan. Seperti belalang yang menghancurkan daun-daunan dalam jumlah besar. Dengan penunggang kuda dan senjata mereka”

Alasan Keraguan Pasukan Islam

Keraguan pasukan muslim pasukan Islam, sementara kekuatan pasukan Kristen yang tinggi. Membuat pasukan di Granada perlahan melemah.

Pimpinan Muslim Muhammad XII (Abu Ubaidl), memilih mengamankan properti yang ia miliki. Dan melakukan “hubungan rahasia” dengan musuh.

Bantuan pasukan dari Afrika Utara berhenti sehingga bisa dibayangkan, bagaimana kondisi Granada pasa saat itu.

Akan menjadi pembahasan pada artikel berikutnya.

Beritaku: Ayah Panglima Terakhir Rasul, Di Jamin Surga Dengan 10 Sahabat