Kisah Nabi Ibrahim AS
Kisah Nabi Ibrahim AS, dimasukkan kedalam kobaran api, namun tidak terbakar atas kuasa Allah SWT

Kisah Nabi Ibrahim AS dan Mukjizat Sampai Air Zam-Zam

Diposting pada

Beritaku.Id, Kisah Islami – Melanjutkan Kisah 25 Nabi dan Rosul, Kisah Nabi Ibrahim AS memiliki tempat khusus disisi Allah SWT.

Kisah Nabi Ibrahim AS, dimana dirinya termasuk salah satu nabi ulul azmi di antara lima nabi di mana Allah SWT mengambil dari mereka satu tugas yang berat.

Kelima nabi yang dimaksud tersebut adalah Nabi Nuh AS, Nabi Ibrahim AS, Nabi Musa AS, Nabi Isa AS, dan Nabi Muhammad SAW.

Ujian bagi Nabi Ibrahim AS, diluar batas nalar manusia, namun meski diluar karena ketaatannya hanya kepada Allah maka dia menjalaninya. Allah SWT berfirman:

“Dan Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji. ” (QS. an-Najm: 37)

Nabi Ibrahim AS, Diciptakan Allah SWT

Kisah Nabi Ibrahim AS diberikan tempat baginya dari sisi Allah SWT, karena kemampuan nalarnya, menjadikan Agama Tauhid di muka bumi yang diajarkan kepada seluruh umat.

Allah SWT berfirman:

“Dan tidak ada yang benda kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya Dia di akhirat benar-benar ter­masuk orang yang saleh.” (QS. al-Baqarah: 130)

Allah SWT memuji Ibrahim dalam flrman-Nya:

“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan). ” (QS. an-Nahl: 120)

Hal luar biasa bagi Nabi Ibrahim adalah, semua Nabi yang datang setelahnya adalah keturunan (ana dan cucunya), termasuk Rasulullah SAW, sebagai Nabi terakhir, dalam tarikan keturunan. Masih ada hubungan turunan langsung dari Nabi Ibrahim.

Sosok Nabi Ibrahim adalah penuh dengan cinta kasih dan lembut kepada manusia lainnya serta menyayangi lingkungannya. Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar seorang yang penyantun lagi penghiba dan suka kembali kepada Allah.” (QS. Hud: 75).

Karena ketaatannya tersebut, maka Allah memberikan balasan dengan kebaikan dan kesejahteraan untuk keluarga dan keturunannya, sebagaimana Allah Berfirman :

“(Yaitu): Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim.” (QS. as-Shaffat: 109)

Begitu posisi Nabi Ibrahim ditempat khusus Allah, maka Nabi tersebut disebut sebagai kesayangan Allah.

“Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya.” (QS. an-Nisa’: 125)

Para ulama berkata bahwa al-Hullah adalah rasa cinta yang sangat. Demikianlah pengertian dari ayat tersebut.

Dalam suatu kisah, Ibrahim duduk terharu karena telah merebut cinta dan sayang Allah SWT.

Ingat kembali pengalaman kita, ketika jatuh cinta kepada seorang wanita yang sangat diidamkan, dan ketika dia mengatakan hal yang sama, diapun menyampaikan rasa cintanya.

Bagaimana perasaan kita, ibarat emoticon whatsapp dengan mata berubah membentuk love merah menyala.

Bagaimana jika Allah yang membalas cinta yang kita kita, kebahagian apalagi yang harus dicari diatas kebahagiaan mendapat tempat disisi Allah tersebut.

Nabi Ibrahim adalah seorang harnba Allah SWT yang berhak diangkat-Nya menjadi al-Khalil (kekasih Allah SWT).

Nabi Ibrahim AS menghadapi 3 kelompok manusia, yakni :

Kelompok pertama menyembah berhala patung yang terbuat dari kayu serta batu dibentuk sedemikian rupa.

Kelompok kedua menyembah bintang dan bulan, dengan melihat bintang atau bulan, maka kelompok ini menganggap telah bertemu dengan tuhannya.

Kelompok ketiga menyembah raja-raja atau penguasa, apapun yang diharapkan atau diperintahkan raja, maka dianggap sama dengan perintah tuhan.

Akal penduduk bumi telah tertutup, dan rasionalnya menjadi hilang, bumi kehausan dengan ajaran agama yang mengarahkan kepada Allah SWT.

Maka Allah menciptakan Nabi Ibrahim, yang juga keluarga hebat membuat patung dan berhala.

Banyak kisah yang menyebutkan mengenai ayah Nabi Ibrahim, ada yang menyebutkan bahwa ayahnya meninggal sebelum lahir.

Ada pula yang menyebut bahwa ayahnya menciptakan patung Azar dan masih banyak kisah tentang ayah Nabi kekasih Allah tersebut.

Bisa di bayangkan, pekerjaan keluarga Ibrahim adalah pembuat patung ntuk dijadikan berhala, dan Ibrahim lahir untuk melakukan penentangan terhadap hal tersebut.

Kisah Nabi Ibrahim AS menentang segala bentuk yang mempertuhankan selain kepada Allah SWT.

Sejak kecil Nabi Ibrahim memiliki pemikiran yang cemerlang, mengetahui ayahnya membuat patung, maka dirinya bertanya kepada ayahnya tentang patung tersebut.

Ayahnya menjawab bahwa patung tersebut dari tuhan, Ibrahim heran dengan jawaban ayahnya itu.

Ibrahim tidak menerima dengan akal akan patung, bulan bintang dan manusia menjadi tuhan.

Tapi penduduk dan umat seakan tidak bergerak hatinya meninggalkan tersebut, akhirnya suatu waktu Nabi Ibrahim menghancurkan patung-patung tersebut.

Dengan keberanian tersebut, terdengar diseluruh negeri, semua orang datang ingin melihat bagaimana, jika seorang yang berani menghancurkan tuhan, mendapatkan balasan.

Nabi Ibrahim AS Di Masukkan Kedalam Api

Raja sangat geram dengan kelakuan Ibrahim, akhirnya Nabi Ibrahim diputuskan dihukum dengan cara akan dibakar didepan seluruh penduduk.

Kisah Nabi Ibrahim AS tidak gentar dengan ancaman manusia tersebut, Api pun mulai menyala dan asapnya menghitam.

Semua orang yang menyaksikan peristiwa itu membuka jarak dari api, karena panasnya yang snagat luar bias.

Sebelum dilemparkan kedalam nyala Api, Malaikat Jibril mendatangi Nabi dan bertanya “wahai Ibrahim, apakah anda membutuhkan bantuan?”

Namun Nabi Ibrahim menjawab “Tidak”

Seketika Ibrahim dilempar kedalam api tersebut, dengan alay pelontar khusus yang berjarak dari sumber api.

Namun sebelum sampai kedalam Api tersebut, Allah SWT berkata:

“Kami berfirman: Wahai api jadilah engkau dingin dan membawa keselamatan kepada Ibrahim.” (QS. al-Anbiya’: 69)

Seluruh orang yang menyaksikan peristiwa tersebut merasa puas karena Ibrahim telah tenggelam dalam kobaran Api, dan yakin bahwa Nabi tersebut akan hangus terbakar.

Namun yang terjadi dalam Api, justru terbalik, Nabi Ibrahim dikelilingi api yang dingin dan sejuk, seperti duduk diantara sungai-sungai yang damai.

Hanya tali yang mengikat yang hancur, sementara kulit Nabi aman dari sengatan api yang tunduk kepada Allah SWT.

Perjuangan Nabi Ibrahim AS Tidak Takut

Tidak ada rasa takut dalam hati Nabi, dan api menjadi damai kepadanya, pada hakikat manusia yang cinta kepada Allah SWT, maka tidak pernah memiliki ketakutan.

Orang kafir berpikir, bahwa api ini tidak akan padam, sebab bahan bakarnya yang sangat banyak, namun seketika padam.

Nabi keluar dari kubangan arang, dengan kondisi berseri-seri, bahkan kain yang dipakai Nabi dilindungi Allah SWT.

Betapa terkejutnya orang-orang kafir tersebut, sebab siasatnya tidak berhasil.

“Mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling rugi.” (QS. al-Anbiya’: 70)

Kisah Perjalanan Nabi Ibrahim AS

Nabi Ibrahim dengan Istri Sitti Hajar, ibu dari Ismail, suatu waktu Hajar diperintahkan oleh Nabi Ibrahim, utnuk mempersiapkan diri dalam melakukan perjalanan.

Nabi ibrahim membawa istrinya St Hajar dan nabi ismail ke sebuah tempat yang sunyi, tanpa persiapan apapun.

Ismail yang masih tergolong bayi, masih menyusu pada ibunya tersebut ikut dalam perjalanan, sebab kesukaan Ibrahim adalah melakukan perjalanan untuk menjawab kehausannya akan ilmu.

Perjalanan mereka melewati area yang lebat dan bagai taman, dan subur, namun perjalanan tersebut ketika sampai ketanah arab, penuh dengan gurun pasir yang gersang.

Nabi Ibrahim menurunkan istrinya bersama Ismail, kemudian meninggalkan keduanya, di tempat sejauh memandang hanya gurun pasir.

Tidak ada kehidupan yang tampak disana, entah dengan ambisi untuk kehausan ilmu Ibrahim, dia meninggalkan anak dan istrinya tersebut.

Dalam benak, dengan rasional, hanya suami yang tega yang akan meninggalkan istri dipadang pasir, atau suami yang menginginkan kematian istri yang melakukan hal tersebut.

Ketika Nabi Ibrahim hendak beranjak, Sitti Hajar mengejarnya, “Wahai Ibrahim, ke mana engkau pergi? Mengapa engkau meninggalkan kami di lembah ini, padahal di dalamnya tidak terdapat sesuatu pun.”

Nabi tidak menjawab pertanyaan istrinya yang beriman tersebut, sampai dulangi pertanyaan sebanyak 3 kali, tetap saja diam.

Kemudian si istri bertanya: “Apakah Allah SWT memerintahkannya yang demikian ini?”

Nabi Ibrahim menjawab: “Benar.” Istri yang beriman itu berkata: “Kalau begitu, kita tidak akan disia-siakan.”

Nabi Ibrahim menuju ke tempat di suatu gunung lalu beliau mengangkat kedua tangannya untuk berdoa kepada Allah SWT:

“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempuyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. ” (QS. Ibrahim: 37)

Cikal Bakal Baitullah Dari Sini

Saat itu, belum ada Baitullah seperti yang ada sekarang (tanah Arab Saudi), semua masih berbentuk gurun pasir yang tandus dan luas.

Kisah ini membuat kita akan terharu semua, sebab pengorbanan Ketiganyalah dalam perintah Allah yang dilakukan dengan ketaatan, sehingga semua itu terjadi.

Nabi Ibrahim meninggalkan istrinya dan anaknya yang masih menyusu di padang sahara. Ibu Ismail menyusui anaknya dan mulai merasakan kehausan.

Matahari terik, ditengah padang pasir, kehausan adalah pasti, dalam 2 hari air susu Sitti Hajar sudah habis, karena kekurangan cairan.

Sitti Hajar tidak tinggal diam, tapi dia berlari menuju ke gunung Safa, karena matahari yang terik tersebut, dia memegang dahinya untuk melindunginya dari matahari.

Sesampai diatas bukit, air tidak ditemukannya, dan musyafir soerangpun tidak ada.

Kemudian dia turun dari Bukit Safa, lalu berlari menuju kegunung yang lain di Bukit Marwah, namun kembali lagi menelan kecewa, karena tidak menemukan air.

Dahaga menghampirinya, dan kemudian mendekati anaknya yang masih menangis semakin keras karena kehausannya.

Sang Ibu tidak berpangku tangan, namum kembali ke Safa dan Marwah yang nihil harapan tersebut sebanyak 7 kali.

Oleh karenanya,orang berhaji berlari-lari kecil antara Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali.

Setelah 7 kali melakukan hal tersebut, Sitti Hajar kembali ke anaknya, sudah mulai putus asa, sebab semua hal yang dilakukannya adalah nihil.

Nabi Ibrahim AS dan Air Zam Zam

Ismail yang kehausan, memukulkan kakinya ketanah, dan dari sanalah memancar air, dan itulah Air Zam Zam yang ada sekarang.

Melihat hal tersebut, Sitti Hajar bersyukur kepada Allah SWT, dan mengambil air tersebut, memberi minum kepada anaknya, diapun meminumnya dengan menggunakan tangannya, atas nama Allah.

Atas kejadian itu, kehidupan bersemi di sekitar Air Zam Zam tersebut, musyafir mulai berdatangan dan menghampiri sumber air tersebut.

Kehidupan menggeliat, disekitar Air Zam Zam, semakin ramai, da Ismail mulai bertumbuh, dan Nabi Ibrahim menaruh kasih sayang kepadanya.

Allah kembali menguji Nabi Ibrahim, dalam Filrmannya

“Dan Ibrahim berkata: Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku. Ya Tuhanku, anugerahkan kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim.

Ibrahim berkata: ‘Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!’ Ia menjawab: ‘Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.’

Tatkala keduanya telah berserah din dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya, (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggilah dia: ‘Hai Ibrahim, sesungguhnya engkau telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.

Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu) “Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim”. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman. ” (QS. ash-Shaffat: 99-111)

Sumber : Klik