Membangun hubungan atau relasi Investor sangat penting bagi seorang pengusaha, dalam rangka meningkatkan mutu produk dan penjualan.
Beritaku.Id, Organisasi dan Komunikasi – Investor adalah pemangku kepentingan yang esensial bagi sebuah perusahaan.
Oleh: Rowena (Penulis Organisasi dan Komunikasi)
Investor dapat berupa pemegang saham maupun kreditur, baik yang eksisting maupun potensial.
Investor adalah mereka yang memiliki dana yang di butuhkan oleh perusahaan untuk membangun, ekspansi, mengakuisisi, atau sekedar menjalankan operasi rutin.
Karena itu membangun relasi dengan investor sangat penting untuk memastikan akses terhadap sumber dana itu tersedia.
Makin besar perusahaan, makin penting relasi dengan investor. Terlebih lagi apabila perusahaan termasuk emiten atau perusahaan publik.
Perusahaan publik adalah perusahaan yang memiliki jumlah pemegang saham lebih dari 300 pihak.
Emiten adalah perusahaan publik yang sahamnya di perjual belikan di pasar modal.
Emiten mendapatkan gelar Tbk di belakang namanya, singkatan dari terbuka. Artinya terbuka bagi umum untuk memilikinya.
Perusahaan publik dan emiten di harapkan menginvestasikan sumber daya manusia dan biaya yang cukup untuk membangun relasi dengan investor.
Beban Seorang Sekretaris
Bahkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memasukkan ini ke dalam salah satu peraturannya. Sebagaimana tanggung jawab tersebut terletak kepada seorang Sekretaris Perusahaan (Corporate Secretary).
Tugas Sekretaris Perusahaan bukan hanya mendokumentasikan semua kegiatan di dalam perusahaan. Namun juga merangkainya menjadi sebuah pesan (message) komunikasi bagi para pemangku kepentingan perusahaan.
Setiap kelompok pemangku kepentingan memiliki kebutuhan komunikasi dan informasi masing-masing. Dan pesan terangkai serta tersalurkan sesuai dengan karakteristik masing-masing kelompok.
Termasuk juga bagi para investor.
Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya untuk membangun relasi dengan investor.
Sekretaris Perusahaan bisa terbantu oleh seorang pejabat Hubungan Investor (Investor Relations).
Dialah bertugas untuk membangun dan mempertahankan relasi dengan pemegang saham pengendali dan pemegang saham publik atau minoritas.
Untuk mendukung upaya tersebut, relasi juga harus terjaga dengan bursa (bagi perusahaan publik), badan pengawas seperti Bank Indonesia dan OJK. Media khususnya media yang fokus kepada finansial.
Juga dengan para perantara di pasar finansial, seperti manajer investasi, perusahaan-perusahaan sekuritas atau broker, perencana keuangan, dan analis.
Ada banyak teknik dan strategi dalam membangun relasi dengan investor. Semua tergantung kepada tujuan dari relasi itu sendiri dan rencana jangka pendek dan panjang. Yang dimiliki perusahaan terhadap para investor tersebut.
Bila dalam jangka pendek perusahaan ingin mencari dana bersifat utang, tentu bank dan investor obligasilah yang menjadi prioritas.
Sebaliknya apabila ingin melakukan aksi korporasi yang memiliki benturan kepentingan yang menyangkut pemegang saham pengendali. Tentu komunikasi di arahkan kepada para pemegang saham minoritas.
Teknik Komunikasi Membangun Relasi Baru Dan Lama
Kita akan melihat beragam teknik membangun relasi dengan investor.
Ada investor eksisting dan ada calon investor. Investor eksisting berarti mereka yang sedang atau pernah membuka akses pendanaan bagi perusahaan.
Sementara calon investor adalah mereka yang belum pernah sama sekali.
Investor eksisting pun terbagi dua. Mereka yang sekarang memiliki andil di perusahaan, dan mereka yang pernah bertransaksi dengan perusahaan.
Investor yang pernah bertransaksi dengan perusahaan mungkin kini tidak lagi karena memang belum ada kepentingan dari perusahaan. Atau karena pernah ada isu yang menyebabkan trauma bagi keduanya untuk saling bertransaksi lagi.
Semua situasi ini perlu menjadi pertimbangan ketika merancang teknik komunikasi yang tepat. Kita akan melihat satu per satu.
Dengan Calon Investor
Tentu calon investor kita asumsikan belum mengenal secara mendalam tentang perusahaan.
Semua informasi yang mereka perolehnya berasal dari sumber-sumber sekunder seperti media, atau laporan tahunan atau laporan publik lainnya.
Selama calon investor itu bukan Warren Buffett yang dengan aktif mencari informasi tentang perusahaan yang mereka inginkan, maka dapat kita pastikan, keaktifan perusahaan untuk menyampaikan informasi yang relavan sangat krusial.
Pertama-tama calon investor membutuhkan banyak informasi yang kita kemas secara menarik.
Karena mereka tidak mengenal perusahaan secara dekat, mereka melihat suatu perusahaan sama dengan 100 perusahaan lainnya di pasar finansial.
Maka kemasan informasi secara menarik berguna untuk menarik perhatian. Ini cocok dengan konsep marketing yang sudah lama: AIDA.
AIDA adalah akronim dari Awareness (Kesadaran/Daya Tarik), Interest (Minat), Desire (Keinginan), dan Action (Aksi).
Jadi pertama yang kita lakukan tentu adalah menggugah kesadaran calon investor bahwa sebuah perusahaan berbeda dan menarik.
Dengan Investor Lama yang Traumatis
Trauma para investor bisa disebabkan oleh berbagai situasi. Salah satu yang paling utama adalah kegagalan bayar perusahaan di masa lalu.
Walau pada akhirnya mungkin perusahaan mampu untuk membayar utang dan kewajibannya, akan tetapi proses itu menyakitkan bagi kedua belah pihak.
Hal ini baru saja dirasakan oleh para kreditur PT Kota Satu Properti Tbk (SATU).
Kegagalan bayar perusahaan membawa mereka bertemu di sidang pengadilan sebagai bagian proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).
Trauma lainnya bisa berasal dari harga saham yang jatuh paska IPO sehingga investor yang membeli saat IPO terjebak dan tidak bisa menjual saham yang mereka miliki.
Belum tentu hal ini disebabkan oleh fundamental perusahaan yang buruk. Situasi yang tidak menguntungkan seperti IPO saat pandemi pun bisa mengakibatkan hal ini.
Tapi efeknya sama: trauma yang tak mudah sembuh.
Bagaimana solusinya? Hanya waktu yang dapat menjawab. Reputasi yang sudah buruk hanya dapat terobati dengan komitmen perusahaan untuk melakukan yang terbaik bag investornya. Dan ini hanya dapat dibuktikan oleh waktu.
Dengan Investor Lama Tanpa Trauma
Dengan kelompok ini jelas lebih mudah. Mereka sudah mengenal perusahaan dan memiliki jejak rekam yang baik.
Membangun relasi dengan mereka hanya membutuhkan komunikasi yang reguler dan bersifat informal.
Strategi Pengelolaan Relasi
KPMG, sebuah perusahaan konsultan ternama di dunia pernah mengadakan sebuah survei.
Dalam laporan survei mereka menyatakan bahwa ada 4 (empat) hal yang perlu menjadi pertimbangan dalam menyusun strategi pengelolaan relasi, yaitu:
Tetapkan Tujuan
Tujuan utama relasi dengan investor menurut survei adalah pertama-tama meningkatkan keterlibatan para pemangku kepentingan dalam hal ini investor. Tentu saja.
Kedua adalah meningkatkan keterbukaan informasi dan kredibilitas perusahaan. Terakhir barulah terkait dengan perbaikan kepatuhan dan tata kelola perusahaan.
Susun Panduan dan Target Manajerial
Menjalin hubungan dengan investor bukan pekerjaan level staf. Penanggungjawab tertinggi adalah level direksi.
Karenanya banyak Chief Financial Officer yang juga merangkap sebagai Investor Relations untuk memastikan relasi yang ada terkait langsung dengan kinerja keuangan dan pembiayaan perusahaan.
Karena itu panduan dan target manajerial harus di tetapkan sebagai standar perilaku level manajerial yang turun ke bawah.
Memposisikan Hubungan dengan Investor Sebagai Fungsi Strategis Dalam Organisasi
Sebagaimana yang telah di bahas tadi, seharusnya penanggungjawab ada di tangan direksi.
Namun terkadang hal ini menjadi tantangan bagi banyak perusahaan yang sudah memiliki kerangka pikir yang salah.
Maka penyusunan strategi harus pula berupaya untuk memasukkan pola ini.
Membangun Cerita Bagi Investor dan Analis
Menyampaikan data tidaklah menarik. Data bisa termanipulasi, bisa berfluktuasi, bisa kita interpretasikan berbeda-beda.
Dan faktanya adalah otak manusia tidak mampu menyimpan informasi berupa data.
Lain halnya dengan sebuah cerita. Sekali mendengar cerita, selamanya akan teringat.
Karena itu bangunlah cerita yang menarik mengenai apa yang ingin di lakukan oleh perusahaan dan bagaimana mencapainya.
Bentuk Komunikasi dengan Investor
Ada banyak bentuk komunikasi yang dapat dipilih oleh perusahaan. Untuk berhubungan dengan investor.
Satu komunikasi yang wajib bagi perusahaan manapun juga adalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO).
Ini adalah ajang di mana manajemen dan investor bertemu. Manajemen dapat mempresentasikan kinerja dan strateginya.
Sebalikya investor dapat menanyakan segala hal terkait perusahaan.
Bentuk kedua yang juga wajib bagi perusahaan publik dan emiten yaitu Laporan Tahunan dan Laporan Keberlanjutan. Yang wajib disampaikan setiap tahun.
Ketiga adalah informasi keuangan baik tahunan maupun periodikal. Keempat, informasi insidental. Termasuk di dalamnya adalah apabila terjadi transaksi afiliasi, transaksi dengan benturan kepentingan, penawaran umum dan sebagainya.
Kelima, paparan publik, yaitu presentasi perusahaan bagi semua orang. Ini semua wajib bagi emiten dan perusahaan publik.
Beberapa bentuk berikut tidak wajib untuk kita lakukan, namun sangat bermanfaat.
Siaran pers dan konferensi pers untuk menyampaikan informasi kepada investor secara umum melalui media.
Konferensi investor, pertemuan para investor, pertemuan para analis dan rilis bagi investor dan analis.
Tentu saja pertemuan-pertemuan secara pribadi berguna bagi beberapa investor yang prioritas.
Trik Membangun Relasi Dengan Investor
Membangun relasi dengan investor sama dengan komunikasi pada umumnya.
Ada prinsip 7C yang harus terpenuhi, yakni:
Clear (Jelas)
Pastikan isi pesan yang tersampaikan jelas.
Banyak perusahaan mengaburkan isi pesan karena ada agenda tersembunyi lainnya.
Ini akan tertangkap oleh penerima pesan atau investor. Kalau memang ada informasi yang bersifat rahasia.
Maka sampaikan bahwa karena sebab tertentu – jelaskan sebabnya, misalnya terikat kontrak – perusahaan tidak dapat menyampaikan informasi tersebut secara detil.
Concise (Ringkas)
Jangan bertele-tele. Berikan inti pesan di awal. Lanjutkan dengan detail yang mendukung inti pesan di tengah, dan tutup dengan mengulang inti pesan tersebut.
Untuk memastikan pesan cukup ringkas, investasikan waktu untuk menyusun isi pesan yang baik.
Dalam komunikasi tatap muka, pastikan mengulang inti pesan di dalam seluruh periode pembicaraan.
Khususnya apabila ada tanya jawab. Ini penting karena otak manusia tidak mampu mengingat seluruh isi pembicaraan.
Beda halnya dengan tulisan. Investor dapat mengacu kepada tulisan itu berkali-kali untuk memahami inti pesan.
Concrete (Konkrit)
Hindari jargon. Isi pesan harus konkrit.
Pendengar atau pembaca harus langsung dapat membayangkan atau menggambarkan pesan Anda.
Correct (Benar)
Pastikan informasi yang tersampaikan perusahaan selalu benar.
Bila ada lebih dari satu pembicara dari perusahaan, informasi yang tersampaikan harus sama.
Apabila informasi tersebut merupakan asumsi atau proyeksi, maka jelaskan hal itu di depan.
Hal ini sangat penting khususnya pada data-data internal perusahaan, seperti angka laporan keuangan atau angka operasional.
Coherent (Koheren)
Informasi harus masuk di akal dan terkait satu sama lain sehingga menciptakan suatu rangkaian kisah yang menyatu.
Complete (Lengkap)
Dalam menyampaikan informasi, pastikan bahwa investor mendapatkan semua informasi yang mereka butuhkan dalam tahap tersebut.
Bilamana investor ingin melangkah ke tahap berikutnya, pastikan informasi kontak di perusahaan dapat terakses dan terbuka.
Courteous (Sopan)
Terakhir tapi tak kurang penting adalah pastikan sikap sopan nyata baik di dalam pemilihan bahasa, gesture (bahasa tubuh) dan tone.
Bahasa haters dan pasif-agresif tidak diterima oleh siapapun, khususnya oleh investor.
Demikian artikel tentang Relasi dengan investor (baru/lama) serta cara membangun komunikasi yang baik.
Referensi: