Ketika berposisi didepan di panggung atau ruang bicara, seorang pembicara akan melukis dirinya dengan mimik lukisan pada wajahnya.
Beritaku.Id, Organisasi dan Komunikasi – Sedikit ekspresi muka itu enak. Terlalu banyak ekspresi bisa merusak perhatian.
Sebagaimana pada artikel sebelumnya tentang Intonasi, Melodi Intonasi Untuk Memukau Dan Menggairahkan Penggemar
Maka bahasan berikutnya bagi seorang pembicara adalah Mimik.
Lukisan Mimik Komunikasi Seorang Pembicara
Metode IMPHAS PILAR tidak mengharapkan seorang pembicara memaksakan mimik saat berkomunikasi. Tegang.
Percikan air laut dipantai, indah saat mengelir dengan pelan. Alami dan membuat yang melihatnya akan terpesona. Lukisa Mimik bagi seorang pembicara juga demikian adanya.
Kalau orang bicara dengan mimik yang baik, maka orang mendengar ucapannya akan meresapi, sebab ada ketersesuaian mimik.
Namun, Jangan seperti bersandiwara, sebab IMPHAS PILAR tidak mengajarkan latihan acting seperti dalam sebuah film.
Contoh baik: Perhatikan Puan Maharani, dalam hal mimik lebih berisi, terkadang mimik datar yang dimilikinya menarik.
Perhatikan senyum tipis dibirinya, dan gerakan kepala yang tidak terlalu menghentak, mimiknya berisi.
Dengan google punya data tentang penampilan politisi ini. Silahkan saja di cari dengan mengetik “Senyum manis Puan Maharani”
Atau contoh lain: Politisi senior Akbar Tandjung. Yang menarik adalah Karakter berkomunikasi mimiknya. Lebih banyak datar dan hampir tidak pernah ditemukan tertawa lebar, tapi menarik dengan gaya mimik seperti itu.
Kesesuaian gerak wajah untuk memaknai kalimat yang dibahasakan, disini dibutuhkan latihan menggerakkan otot wajah.
Dalam hal metode Karakter Komunikasi dengan konsep imphas pilar, Intonasi dan Mimik adalah satu bagian yang tak terpisahkan satu sama lain.
Bahwa ketika ingin menekan suara dalam bentuk Melodi dan Nada intonasi. Maka mimik secara otomatis memberikan reaksi membentuk lukisan wajah. Meski tidak selamanya pembicara memainkan mimik diwajahnya.
Contoh Kasus: Nurul meminjam buku pada Fitri. Kemudian Fitri bereaksi dengan mengatakan ”ini ambil!” (Fitri menyebut kalimat dengan suara dipercepat).
Dalam hal ini Nurul memiliki persepsi bahwa Fitri tidak setuju jika bukunya dipinjam oleh Nurul.
Mimik yang bekerja diwajah terlukis. Kemudian ditranslate oleh orang lain, apakah seseorang marah atau tersenyum ataukah lukisan wajah yang datar.
Dalam hal tersenyum, bibir harus seimbang, gigi sedikit kelihatan. Ketika berbicara.
Seorang komunikator harus mampu menganalisa mimik diri sendiri dan orang lain, untuk membantu pesan yang disampaikan serta menganalisa orang lain apakah mengerti pembicaraan atau tidak.
Sumber Foto, Tempo