Puasa Ramadhan
Hikmah Sehat di Balik Puasa Ramadhan

Hikmah Sehat Di Balik Puasa Ramadhan Secara Ilmiah

Diposting pada

Puasa Bulan Ramadhan Itu Sehat, Ternyata Hikmahnya Luar Biasa

Prof.Dr.Drs. Nurdin Rahman, M.Si, M.Kes
(Guru Besar Ilmu Gizi Universitas Tadulako)

Pengantar

Firman Allah dalam Alqur’an mengandung arti yang mendalam, filosofis, dan visioner.

Jauh sebelum Ilmu Gizi dan Kesehatan muncul, Allah sudah berfirman: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa.

Sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu (QS.2: 183), “…….Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui (QS.2: 184), dan dilanjutkan dengan Sabda Nabi Muhammad SAW bahwa. “berpuasalah niscaya kamu sehat”. Pernyataan ini akan dikaji dari segi metabolisme zat gizi di dalam tubuh.

Berpuasa (fasting) berarti menahan tidak makan dan minum selama kurang lebih 14 jam setelah makan sahur.

Hal ini menunjukkan bahwa saluran pencernaan sama sekali tidak menerima asupan pangan dan gizi selama rentang waktu tersebut.

Kajian Tentang Organ

Beberapa organ tubuh “istirahat” seperti: lambung, usus, hati, pankreas, dan ginjal.

Organ-organ tersebut tidak bekerja berat akibat mencerna, menyerap, mengangkut, dan memetabolisme dan menyimpan zat-zat gizi.

Sebaliknya pada saat tidak berpuasa (fed state), pangan dan zat gizi tersebut boleh jadi jumlahnya tidak proporsional. Dengan kebutuhan gizi dan energi seseorang.

Dari mana tubuh memperoleh energi dan zat gizi pada saat berpuasa. Tentunya hanya makanan yang telah dikonsumsi pada saat sahur (dalam lambung).

Makanan di lambung akan dicerna hingga 4-6 jam. Kemudian zat gizi akan diserap di usus halus sampai diserap ke dalam darah hingga sekitar 4 jam (Bender, 2002).

Hal ini mengakibatkan, 8 – 10 jam setelah sahur, kita akan terasa lapar karena lambung sudah mulai “kosong” oleh makanan. Satu-satunya sumber daya zat gizi (glukosa) hanya terdapat dalam darah.

Namun lama-kelaman, kadar glukosa darah juga menurun, akhirnya kita merasa loyo (lemas).

Tetapi hal ini tidak berlangsung lama, tubuh menjadi fit kembali dan bisa bertahan sampai berbuka. Karena “genset” tubuh mulai berperan, yaitu glikogen di hati sebagai cadangan energi diubah menjadi glukosa. Dan disuplai ke dalam darah sebagai sumber energi baru. Atas bantuan hormon glukagon yang dihasilkan oleh pankreas.

Jika glikogen hati hampir habis, maka tubuh meresponnya melalui pembentukan glukosa dari zat gizi yang bukan karbohidrat (glukoneogenesis).

Zat gizi tersebut adalah lemak di bawah kulit (jaringan adiposa), akan dibakar (diurai) menjadi glukosa untuk energi kembali.

Puasa dapat Mengontrol Kenaikan Berat Badan

Berdasarkan paparan pada pengantar di atas, maka pemanfaatan zat gizi pada saat berpuasa.

Akan lebih efektif dan efisien (jumlah dan jenis terbatas), sehingga peluang untuk menimbun zat gizi (lemak). Pada jaringan adiposa (bawah kulit) akan berkurang.
Dengan catatan, dietnya tetap seimbang (tak berlebihan) pada saat berbuka puasa maupun makan sahur.

Pertimbangan inilah sehingga dikatakan bahwa puasa dapat mengontrol kenaikan berat badan.

Berat badan meningkat (obes), maka banyak peluang untuk menderita penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner. Hiperlipidemia, hiperkolesterol, aterosklerosis, diabetes mellitus tipe 2 dan lain-lain (Bender, 2002).

Basuki dan Prijatmoko (2005) juga melaporkan bahwa:puasa selama bulan Ramadhan dapat menurunkan risiko kardiovaskuler. Melalui penurunan rasio lingkar pinggang dan pinggul.

Puasa dapat Menurunkan Kolesterol Darah

Qujeq et. Al (2000) melakukan penelitan terhadap 83 relawan (berpuasa) yang terdiri dari 57 laki-laki (usia 21-55 tahun). Dan 26 perempuan (usia 20-58 tahun).

Serum relawan diambil pada satu minggu sebelum puasa Ramadhan, dua minggu setelah awal puasa Ramadhan (pertengahan-RF). Dan pada minggu keempat puasa Ramadhan (akhir-RF).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan konsentrasi kolesterol LDL (jahat). Secara signifikan pada pertengahan dan akhir bulan Ramadhan dibandingkan sebelum Ramadhan. Dan sebaliknya terjadi peningkatan kadar kolesterol HDL secara signifikan.

Hasil penelitian ini secara logis dapat diterima, karena dengan tidak makan dan minum selama ± 14 jam lamanya.

Maka proses metabolisme (katabolisme) zat gizi akan efektif dan efisien, karena zat gizi. Yang mau dioksidasi hanya terbatas yang ada pada darah, hati, dan jaringan adiposa.

Hati sebagai pusat metabolisme zat gizi akan terstimulasi secara efektif untuk menyekresi asam empedu (pengelmusi lemak). Yang selanjutnya akan dibuang ke feses.

Konsekwensinya hati akan mengambil lagi kolesterol darah untuk menyintesis asam empedu kembali. Hal ini menyebabkan kadar kolesterol total dalam darah menurun.

Trepanowski, and Richard J Bloomer, RJ (.2010) melaporkan hasil reviewnya bahwa puasa ramadhan mempunyai pengaruh. Yang menguntungkan di antaranya penurunan massa tubuh. Kolesterol total, kolesterol LDL, dan rasio LDL-C/HDL-C, dan meningkatkan sensitivitas insulin.

Puasa dan Detoksifikasi

Berpuasa, memberi peluang bagi tubuh dan sistem pencernaan untuk tidak bekerja berat. Organ pencernaan seperti kerongkongan, lambung serta usus, bisa bekerja lebih baik dan maksimal.

Ketika tak ada lagi suplai makanan ke lambung, maka pencernaan makanan pada organ tersebut. Akan berjalan akan lebih baik, sehingga mengurangi risiko penimbunan sisa makanan termasuk zat toksik.

Hati sebagai pusat detoksifikasi (penghilangan racun), akan relatif lebih efektif dalam menghilangkan racun-racun yang berbahaya dalam tubuh.
Hari-hari awal berpuasa merupakan fase tersulit.

Tubuh akan mengeluarkan sejumlah besar racun melalui aliran darah, pori dan organ pembuangan lain. Ini terlihat dari menebalnya lapisan lidah dan nafas yang biasanya lebih berbau pada hari-hari pertama.

Setelah puasa berlanjut pada hari-hari setelahnya, proses pembersihan tubuh disempurnakan. Lemak tubuh yang tidak bermanfaat, racun yang terakumulasi dalam sel tubuh akan dikeluarkan. Sel yang sakit, sel-sel mati, lapisan lendir menebal di dinding usus, limbah aliran darah dikeluarkan lewat hati, limpa, dan ginjal.

Sebuah penelitian lain menunjukkan, adanya hubungan antara berpuasa dengan membaiknya radang sendi dan peningkatan kemampuan sel netrofil dalam membasmi bakteri.

Netrofil, atau sel penetral merupakan unsur yang mampu menetralkan racun maupun bakteri penyebab radang sendi.

Puasa Menurunkan Hormon Stres (Adrenalin)

Berpuasa bukan hanya menahan makan dan minum, tetapi juga menahan amarah . Saat marah terjadi peningkatan hormon stres (adrenalin) sebesar 20-30 kali lipat.

Gejala-gejala fisiologis yang utama dari stres adalah : meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan kecenderungan mengalami penyakit kardiovaskular.

Gangguan gastrointestinal (misalnya gangguan lambung), kelelahan secara fisik, gangguan pernapasan. Gangguan pada kulit, sakit kepala, sakit pada punggung bagian bawah, ketegangan otot. Gangguan tidur, dan rusaknya fungsi imun tubuh (Sriati, 2007).

Tingginya adrenalin dalam tubuh akan meningkatkan tekanan darah dan jumlah detak jantung (Long, 2006).

Burg (2008) melakukan penelitian yang dilakukan terhadap 1000 pasien yang mengalami serangan jantung. Dengan melihat sifat dan respon individu terhadap stres.

Hasilnya menunjukkan bahwa ada hubungan antara stres dengan risiko peningkatan penyakit jantung. Berdasarkan hal di atas menunjukkan bahwa puasa dapat meminimalkan risiko terjadinya penyakit degeneratif.

Penutup

Dasar pengaturan makan (diet seimbang) atau puasa pada khususnya, Allah SWT telah memberikan pedoman: “……….. makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan” (QS.7:31).

Sementara, Rasulullah SAW bersabda: Kami (adalah umat) yang makan, hanya bila kami merasa lapar. Dan bila kami makan, maka kami tiadalah sampai kenyang”.

Dalam kesempatan lain, Nabi juga bersabda: “Perut itu rumah segala penyakit, dan penjagaan atas makanan adalah permulaan pengobatan. Permulaan segala penyakit adalah mengisi perut secara berlebihan”. Kesemua pernyataan ini relevan dengan 10 Pesan Umum Gizi Seimbang.

Berdasarkan hasil kajian di atas maka Maha Benar Allah dalam segala firmannnya dan Sabda Nabi Muhammad SAW. Alqur’an memang visioner. Mengakhiri tulisan ini, maka penulis menyampaikan bahwa lengkap sudah hikmah puasa bagi kehidupan manusia.

Puasa dapat meningkatkan kesehatan rohani (taqwa), jasmani, dan juga kepedulian sosial terhadap sesama. Wassalam

Tulisan yang berhubungan Puasa Para Nabi Terdahulu Sebelum Nabi Muhammad SAW.

Kepustakaan:

  1. Bender. DA., 2002., Introduction to Nutrition and Metabolism, 3rd edition. Taylor and Francis Ltd, London.
  2. Qujeq,D., Bijani,K., Kalavi, K., , 2002. Effects Of Ramadan Fasting On Serum Low-Density And High-Density Lipoprotein-Cholesterol Concentrations. Ann Saudi Med 2002;22(5-6):297-299.
  3. Trepanowski, and Richard J Bloomer, RJ (.2010), The impact of religious fasting on human health, Nutrition Journal 2010, 9:57,

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *