Ada kisah cerita tentang perpisahan guru dengan siswa. Bahwa Profesi sebagai guru Bahasa Indonesia memberikan banyak manfaat. Mereka tak hanya mengajarkan keterampilan berkomunikasi, namun juga sejarah dan perkembangan bahasa itu. Dalam artikel ini, penulis uraikan pula contoh pidato menyentuh untuk acara perpisahan dengan guru Bahasa Indonesia.
Beritaku.id, Berita Pendidikan – Sang Kreator kehidupan menciptakan dunia berikut segala isinya dengan tujuan masing-masing. Bisa jadi sampai akhir hayat tak ada yang tahu maksud penciptaannya, namun sejatinya rencana Tuhan memanglah sebuah rahasia.
Hakikat Seorang Guru
Ditulis oleh: Riska Putri (Penulis Berita Pendidikan)
Satu hal yang perlu di ingat, Tuhan tidak pernah menciptakan sesuatu untuk jadi sia-sia. Rencana-Nya adalah niscaya, dan rencana-Nya pastilah bertujuan baik.
Pun manusia, di ciptakan untuk lahir menjalankan peranan masing-masing di panggung kehidupan. Ada juga jutaan peran yang Tuhan sediakan, untuk dimainkan oleh manusia di masa kehidupan yang fana.
Salah satunya adalah guru. Kata guru pada dasarnya adalah sintesa dari dua kata, “digugu” dan “ditiru.”
Digugu berarti di percaya, artinya segala yang di sampaikan seorang guru sewajarnya di percaya dan juga di yakini sebagai kebenaran. Sedangkan ditiru bermakna bahwa seorang guru adalah suri tauladan bagi murid-muridnya.
Seorang guru memegang peranan penting bagi keberlangsungan sebuah bangsa. Benih pengetahuan dalam benaknya, tak lain merupakan katalisator ilmu pengetahuan. Di tanam, di siram, dan di pupuk di benak murid, agar berkembang semakin besar dan berakar semakin kuat.
Benak yang kaya tercermin dalam tindak tanduk yang luhur nan mulia. Sebagai seorang role model, seorang guru bak mercusuar yang menjauhkan murid-muridnya dari jangkauan tangan-tangan kegelapan pembawa pengaruh buruk.
Berbagai ilmu di ajarkan guru, yang serta juga mengenyam pendidikan dan menjadi spesialis di bidangnya masing-masing. Salah satunya, Bahasa Indonesia.
Bagi bangsa Indonesia, mempelajari bahasa Indonesia kerap di anggap sebagai suatu hal yang majal. Buntutnya, profesi guru Bahasa Indonesia sering di anggap sebelah mata, dan jasa-jasanya seolah di nihilkan.
Ada perpatah mengatakan, usang di barui lapuk di kajangi. Apa yang kurang baik, hendaklah di perbaiki. Maka, marilah menelisik lebih dalam jasa-jasa seorang guru Bahasa Indonesia.
Jasa Guru Bahasa Indonesia Bagi Seorang Siswa
Bukunya yang berjudul Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik (2005), Untung Yuwono mengartikan bahasa sebagai alat komunikasi yang di miliki manusia, berupa sistem lambang bunyi yang berasal dari alat ucap atau mulut manusia.
Pengertian tersebut sejalan dengan definisi yang di kemukakan Plato:
Bahasa adalah pernyataan pikiran seseorang dengan perantaraan onomata (nama benda) dan rhemata (ucapan) yang merupakan cermin dari ide seseorang dalam arus udara lewat mulut.
Dari kedua pengertian di atas, dapat di tarik kesimpulan bahwa bahasa memegang peranan sebagai alat komunikasi dan interaksi interpersonal antara manusia. Bahasa di gunakan untuk mengejawantahkan gambaran pikiran secara konvensional.
Selain itu, bahasa juga berperan menjadi identitas suatu suku bangsa.
Dalam buku Jalan Paradoks karya Agus Purwadianto, terdapat kalimat “Manusia adalah makhluk holistik yang tidak bisa di ukur bahkan oleh ilmu matematika atau fisika kuantum”. Hal itu berarti manusia adalah suatu keberadaan yang unik, abstrak, dan arbiter, tidak terkungkung satuan-satuan buatan manusia.
Benak manusia layaknya kepingan puzzle yang dinamis, kemudian bisa berubah-ubah bentuknya tergantung kondisi dan kepingan puzzle di sekitarnya. Bahasa menjadi alat yang membentuk gambar pada kepingan-kepingan tersebut, menjelaskan arti dan makna yang terbentuk dari guratan-guratan tiap seginya.
Hubungannya dengan identitas suku bangsa? Sederhana saja.
Ingatkah bahwa Indonesia adalah suatu bangsa yang terdiri dari berbagai suku? Tanah bumi pertiwi di huni masyarakat berbeda suku, berbeda kebudayaan, dan juga berbeda bahasa. Ratusan bahasa hidup dalam hembusan nafas masyarakat, menciptakan jurang perbedaan di antara putera puteri Ibu Pertiwi.
Bahasa Indonesia kemudian tercipta, sebagai bahasa nasional atau bahasa resmi bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia berperan mempersatukan seluruh masyarakat Indonesia, menjadi ciri khas identitas kita sebagai suatu bangsa yang berbeda-beda namun tetapi satu.
Baca Juga Beritaku: Contoh Pidato Perpisahan Kelas 9 Yang Membuat Guru Bersedih
Hubungan Guru Bahasa Indonesia Dengan Pelajaran Tentang Bahasa
Lantas, apa hubungannya semua ini dengan profesi guru Bahasa Indonesia? Di kembalikan ke awal pembahasan, bahasa adalah alat komunikasi.
Komunikasi disini bukan soal merangkai kata semata. Agar bisa berkomunikasi dengan baik dan efektif, kata perlu diramu menjadi kalimat, menjadi atap tempat makna menetap.
Guru Bahasa Indonesia bukan hanya berperan membangun jembatan pemersatu anak-anak Indonesia. Lebih dari itu, mereka mengajarkan untuk memberi bobot pada kata.
Bukan sekadar memberi arti pada simbolisasi, namun menyelipkan makna pada rangkaian kata, memahami ucap yang semantik dan yang retorika. Membedah perbedaan yang formal dan kasual, supaya generasi penerus tak di anggap tong kosong nyaring bunyinya.
Selanjutnya, jasa guru Bahasa Indonesia tak bisa di kerdilkan menjadi pelatih atau pengajar komunikasi saja. Seorang guru bukan hanya fasilitator yang hanya mentransfer ilmu pengetahuan saja.
Lebih dari itu, seorang guru mentransendensikan proses pembelajaran bersamaan dengan kasih sayang, empati, kerendahan hati, kreativitas, keikhlasan, dan ciri karakter unggul lainnya.
Guru Bahasa Indonesia, berbeda dengan guru mata pelajaran lainnya, memiliki keunggulan dalam proses belajar mengajar yang lebih fleksibel. Materi-materi pembelajaran bisa di selipi kisah-kisah tauladan, menjadikannya bukan hanya mengajar bahasa tapi juga memberikan pendidikan karakter.
Pendidikan karakter mengacu pada pendidikan nilai, budi pekerti, moral, dan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk membedakan yang baik dan buruk.
Dalam konteks pembelajaran, khususnya pembelajaran Bahasa Indonesia, pendidikan bahasa dan sastra di intregasikan dengan pendidikan karakter, untuk menghasilkan generasi penerus bangsa yang unggul.
Sejarah Singkat Bahasa Indonesia
Pada mulanya, selain beragam bahasa daerah, masyarakat Indonesia menggunakan Bahasa Melayu sebagai bahasa sehari-hari. Bukan hanya di Indonesia, tapi hampir seluruh pelosok Asia Tenggara menggunakan Bahasa Melayu sejak abad ke-7.
Bahkan, kerajaan-kerajaan di Indonesia seperti Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Sriwijaya tak luput dari penggunaan Bahasa Melayu. Aneh? Tentu tidak, sebab Bahasa Melayu pada masa itu di gunakan sebagai bahasa perhubungan dan perdagangan.
Hingga pada tanggal 28 Oktober 1928, lahirlah Bahasa Indonesia. Pada saat itu, para pemuda Nusantara tengah berkumpul dalam rapat pemuda. Rapat tersebut kemudian melahirkan tiga ikrar yang diberi nama Sumpah Pemuda.
Salah satu dari tiga ikrar tersebut berbunyi, “Menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia”. Melalui ikrar tersebut, secara simbolik bangsa Indonesia bertekad menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan seluruh bangsa Indonesia.
Berawal sebagai bahasa persatuan, adanya kebangkitan nasional mendorong perkembangan Bahasa Indonesia secara massif, mengikis pengaruh Bahasa Melayu dengan agresif.
Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 kemudian mengukuhkan kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia secara konstitusional sebagai bahasa negara. Kini, bahasa Indonesia di pakai oleh berbagai lapisan masyarakat.
Baik yang hidup di kota maupun di desa, tak peduli latar belakang ekonomi dan pendidikan, segenap hayat bangsa Indonesia menggunakan Bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.
Baca Juga Beritaku: Perpisahan SMA, Puisi, Kata-kata Puitis, Contoh Pidato
Susunan Acara Perpisahan dengan Guru Bahasa Indonesia
Datang bukan berarti akan menetap, seringkali datang hanya untuk singgah sementara. Pertemuan tak melulu berarti kebersamaan sepanjang usia. Hakikatnya pertemuan selalu bersisian dengan perpisahan. Silih berganti saling menggantikan, menjadi siklus alami yang terus berulang.
Bunga di cumbu lebah untuk di ambil nektarnya, kemudian di olah sedemikian rupa agar menjadi madu yang legit. Guru di jumpai murid untuk di ambil pengetahuannya, untuk di koleksi dan di kembangkan secara berulang.
Masa sekolah adalah waktu terbatas. Satu, dua, tiga, empat, hingga enam tahun saja jangkanya. Tahun-tahun itu pun terfragmentasi siklus natural kehidupan, yang menunggang arus waktu mandiri, bergulung tanpa henti menuju keabadian.
Layaknya dua sisi muka pada sekeping koin, pertemuan dengan guru akan selalu di iringi perpisahan. Perpisahan yang tercipta dari berbagai alasan.
Masa purna bakti, mutasi tempat tugas, perpindahan tempat tinggal, hingga keranda ajal yang menjemput tanpa terelakkan, menjadi bagian dari alasan perpisahan.
Hakikat kehidupan yang fana, membuat manusia mengapresiasi momen-momen kefanaan itu dan berusaha mengabadikannya dalam memori. Salah satunya, seremoni perpisahan dengan guru.
Urutan Susunan Acara Perpisahan
Perpisahan sebagai acara simbolis pelepasan sang guru, serta sebagai bentuk penghormatan terakhir, dilakukan secara terstruktur dengan perasaan berkecamuk. Umumnya, acara perpisahan dilakukan dengan susunan acara sebagai berikut:
- Pembukaan acara perpisahan oleh pembawa acara.
- Pembacaan ayat suci Al-Qur’an.
- Sambutan Ketua Panitia acara perpisahan.
- Sambuan Ketua Komite Sekolah.
- Sambutan Kepala Sekolah.
- Hiburan pembuka, berupa; pembacaan puisi, tarian daerah, dan sebagainya.
- Sambutan dari yang bersangkutan.
- Sambutan dari perwakilan guru.
- Hiburan, berupa pementasan kreatifitas pelajar.
- Sambutan dari perwakilan orang tua murid.
- Sambutan dari perwakilan murid.
- Pentas seni.
- Pemberian penghormatan, dipimpin oleh Kepala Sekolah.
- Penyerahan kenang-kenangan atau hadiah.
- Pembacaan doa tutup.
- Penutup acara perpisahan oleh pembawa acara.
Susunan acara di atas tentu bersifat dinamis, bisa dirubah dan disesuaikan sesuai kebutuhan. Cukuplah dijadikan acuan saja, seperti lentera yang setidaknya mengusir setitik gulita.
Baca Juga Beritaku: Panitia Perpisahan Sekolah Dan Contoh Susunan Pidato
Pidato Singkat Perpisahan Guru Bahasa Indonesia “Karena Aku Bisa Membaca, Menulis dan Bertutur”
Selain rangkaian sambutan, kata-kata penghormatan, puisi, dan ragam kreasi seni, acara perpisahan juga biasanya di isi dengan pidato. Naskah pidato bisa berisi kalimat pelepas, permintaan maaf, dan lain sebagainya.
Contoh berikut ini adalah naskah pidato perpisahan dengan guru Bahasa Indonesia, sebagai bentuk apresiasi jasa-jasanya selama mengajar.
Kalimat Pembuka Pidato Perpisahan Guru Bahasa Indonesia:
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya yang di berikan pada kita semua. Hanya atas seizin dan karunia-Nya lah kita dapat berkumpul pada hari ini, untuk melepas sekaligus menyampaikan rasa terima kasih yang tiada habis kepada guru kita.
Lidah terasa kelu, mulut enggan bertutur menyampaikan pidato ini. Hati bagai digelantungi beban, sungguh ingin rasanya menolak kenyataan yang tak dapat dielakkan.
Namun apalah daya, kita hanya manusia biasa. Tanpa kuasa menolak takdir, tanpa kemampuan membekukan waktu. Maka izinkanlah waktu yang singkat ini saya pergunakan untuk menyatakan apa yang tak pernah tersuarakan.
Guruku tersayang, lilin jiwa dan penerang raga. Seribu kata tak akan cukup untuk menjelaskan rasa syukur yang bersarang dalam dada. Namun berilah kesempatan pada muridmu ini, untuk tetap mencoba menyampaikannya, meski hanya bagai segumpal buih di lautan.
Kalimat Isi Pidato Perpisahan Guru Bahasa Indonesia:
Guruku, sungguh aku merasa malu. Karena aku kini bisa membaca, namun yang sanggup kubaca hanyalah tulisan manusia. Hati dan sejarahmu masih tak mampu kuselami.
Guruku, sungguh aku merasa bersalah. Karena aku kini bisa menulis, namun merangkai kata syukur pun aku tak mampu. Yang mampu kuhasilkan semata tulisan demi masa depanku saja, yang sungguh terasa kurang ajar mengingat jasamu yang begitu besar.
Guruku, sungguh aku merasa kelu. Karena aku kini bisa bertutur, namun berterima kasih pun aku tak fasih. Yang kumampu hanyalah membuai telinga manusia, sekali lagi demi masa depanku semata.
Guruku, kau dengan pena yang sudah usang, mampu menjungkirbalikkan nasi banak-anak didikmu. Menggores, melukis, kemudian mewarnai masa depan anak-anak bangsa. Terima kasih.
Hanya kata terima kasih sederhana yang bisa kuberikan, namun ketahuilah bahwa itu berasal dari sanubari terdalam. Kami ucapkan Terima kasih atas jasa dan pengorbananmu.
Terima kasih telah menyimpan aib kami, kebutaaksaraan kami. Terima kasih telah mengenyahkan aib itu, memberi jalan terang pada masa depan kami.
Kalimat Penutup:
Demikian kreasi diksi yang bisa saya sampaikan. Setulus hati saya memohon maaf apabila terdapat kata yang menggores hati, melukai sanubari. Terima kasih atas kesudiannya mendengarkan curahan hati murid yang bersedih.
Saya akhiri sampai disini. Wabilahitaufikwalhidayah, Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Daftar Pustaka
- Gischa, Serafica. 2020. Bahasa: Pengertian, Fungsi, dan Manfaatnya. Jakarta: PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). Diakses pada 12 Februari 2021.
- Suwandi, Sarwiji. 2018. Peran Guru Bahasa Indonesia dalam Penguatan Pendidikan Karakter bagi Siswa. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
- Sekilas tentang Sejarah Bahasa Indonesia. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Diakses pada 12 Februari 2021.
- Welianto, Ari. 2019. Bahasa Indonesia: Sejarah dan Perkembangannya. Jakarta: PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). Diakses pada 12 Februari 2021.