Tanah Kalimantan merupakan rumah bagi 3.000 spesies anggrek Sekitar 40% antaranya adalah spesies endemik Indonesia Salah satunya adalah Anggrek Kantung Kolopaking, tumbuhan menawan yang kini terancam punah. Kendati statusnya, di pasar gelap tumbuhan ini dilelang seharga Rp 150.000 saja.
Beritaku.id, Lestari – Manusia melakukan segala upaya untuk melindungi keanekaragaman flora dari berbagai ancaman dan gangguan. Mengerahkan berbagai manuver demi menjaga flora baik dari segi kualitas, kuantitas, dan kontinuitasnya.
Oleh: Riska Putri (Penulis Lestari)
Jika meninjau falsafahnya, tanaman memang memegang kunci penting keberlangsungan hidup manusia. Bahkan, Ir. Soekarno selaku bapak pendiri bangsa pernah berkata “Soal pangan adalah permasalahan hidup dan matinya bangsa”.
Dalam ruang sempit, perkataan tersebut memang hanya berkaitan dengan pembicaraan soal pertanian dan pangan belaka. Namun, saat memperluas lensa perspektif sedikit lebih lebar, akan mudah melihat bahwa keberadaan flora tertentu sesungguhnya telah menjadi identitas suatu bangsa.
Misalnya saja, Republik Rakyat Tiongkok yang juga sering disebut “Negeri Tirai Bambu”. Kemudian bayangkan jika batang-batang pohon bambu tidak lagi tumbuh di tanah Tiongkok. Bukan hanya kehilangan material berharga, tetapi rakyat Tiongkok juga akan kehilangan sebagian identitasnya sebagai suatu bangsa.
Hal tersebut bukanlah sesuatu yang melekat secara terisolir pada bangsa Tiongkok saja. Sebut saja Kanada, Jepang, Korea Selatan, dan juga Kolombia. Masing-masing negara tersebut memiliki flora khas yang secara eksplisit menjadi sebagian identitas mereka sebagai suatu bangsa.
Begitu pula dengan Indonesia. Sebagai sebuah negara yang maritim dan agraris secara bersamaan, bukan rahasia bahwasanya Indonesia merupakan salah satu negara paling kaya dalam hal keanekaragaman hayati.
Sayangnya, sifat serakah manusia telah berperan besar dalam punahnya berbagai spesies flora maupun fauna penghuni tanah nusantara. Salah satu di antaranya, Anggrek Kantung Kolopaking, si bunga cantik yang kini terancam punah.
Nama dan Istilah Anggrek Kantung Kolopaking
Hampir satu tahun lalu, tepatnya pada tanggal 30 Mei 2020, akun Facebook “Suara Pelindung Hutan” mengunggah sebuah foto yang cukup menggemparkan linimasa. Foto tersebut menampakkan sosok seorang pria yang berpose dengan tanaman anggrek dengan jumlah cukup banyak di depannya.
Anggrek yang menjadi properti dalam foto tersebut di ketahui merupakan spesies Anggrek Kantung Kolopaking, salah satu tanaman anggrek yang paling di lindungi.
Tanaman endemik Kalimantan Tengah yang memiliki nama ilmiah Paphiopedilum Kolopakingii Fowlie tersebut bukan hanya terancam punah, tetapi juga hanya dapat tumbuh di hutan Sanggu, Kalimantan Tengah saja.
Selain karena pengambilan ilegal dalam rangka penggemukan nominal rekening manusia, Kantung Kolopaking juga mengalami kelangkaan akibat perusakan habitat, kebakaran hutan, dan juga perburuan liar. Tak ayal, spesies anggrek dengan ciri fisik unik ini saat ini terdaftar dalam IUCN Redlist dengan status “Konservasi Tingkat Terancam Tinggi (Critically Endangered)”.
Berdasarkan klasifikasi ilmiah, Anggrek Kantung Kolopaking (Paphiopedilum Kolopakingii Fowlie) termasuk dalam:
- Kerjaan : Plantae
- Divisi : Magnoliophyta
- Kelas : Liliopsida
- Ordo : Asparagales
- Famili : Orchidaceae
- Genus : Paphiopedilum
- Spesies : Paphiopedilum Kolopakingii Fowlie
Baca Juga Beritaku: 3 Cara Merawat Jenis Anggrek Dendrobium Yang Menggemaskan
Ciri-ciri Anggrek Paphiopedilum Kolopakingii Fowlie
Paphiopedilum Kolopakingii Fowlie merupakan spesies tanaman anggrek yang juga termasuk carniflora atau tumbuhan pemakan serangga. Meskipun berkerabat dan memiliki kesamaan dengan Paphiopedilum Topperi Braem dan Mohr, tumbuhan ini memiliki ciri tubuh unik yang menjadi pembeda dengan spesies satu familinya.
Perbedaan paling mencolok terdapat pada perbungaannya yang memiliki tabung besar berwarna coklat, dengan ujung daun menjuntai indah. Tumbuhan asli Indonesia ini hanya bisa tumbuh di daerah lembab pada ketinggian 600 sampai 1.100 meter dari permukaan laut.
Spesies anggrek ini biasanya menancapkan akarnya di sela-sela bebatuan berlumut. Secara teoritis, tumbuhan ini seharusnya bisa hidup di berbagai wilayah nusantara. Namun kenyataannya, wilayah persebarannya termasuk sangat sempit, sebatas hutan Sanggu di Kalimantan Tengah saja.
Berkenaan dengan anatomi tubuh, Paphiopedilum Kolopakingii Fowlie mempunyai daun berwarna hijau tua dengan bentuk menyerupai pita yang membulat pada ujungnya. Pertumbuhan daun tersebut mencapai panjang sekitar 20 sampai 80 sentimeter, dengan lebar sekitar 5 hingga 12 sentimeter.
Satu tandan bisa menyangga 5 hingga 19 kuntum bunga yang memiliki paduan warna kuning dan hijau. Kelopak bunganya berwarna putih, berpadu dengan garis-garis coklat kemerahan dan coklat tua yang mengular di sepanjang uratnya. Ketika mekar, bunga Kolopaking bisa mencapai ukuran antara 8 hingga 16 sentimeter.
Jika spesies anggrek lainnya rata-rata hanya menghasilkan satu bunga dalam satu tandan, banyaknya perbungaan Kantung Kolopaking membuat spesies ini menjadi favorit untuk dijadikan induk tanaman hibrida.
Perkawinan silang terutama di lakukan dengan spesies:
- Paphiopedilum armeniacum
- Paphiopedilum delenatii
- Spesies Paphiopedilum emersonii
- Paphiopedilum malipoense
- Paphipedilum micranthum
- Paphiopedilum bellatulum
- Spesies Paphiopedilum concolor
- Paphiopedilum godefroyae
- Paphiopedilum niveum
- Spesies Paphiopedilum boxalii
- Paphiopedilum spicerianum
- Spesies Paphiopedilum barbatum
- Paphiopedilum bullenianum
- Spesies Paphiopedilum dayanum
- Paphiopedilum hennisianum
- Paphiopedilum lawrenceanum
- Spesies Paphiopedilum matersianum
- Paphiopedilum sukhakulii
- Paphipedilum superbiens
- Paphiopedilum adductum
- Paphiopedilum glanduliferum
- Spesies Paphiopedilum haynaldianum
- Paphiopedilum lowii
- Paphiopedilum parishii
- Spesies Paphiopedilum philippinense
- Paphiopedilum rothchildianum
- Paphipedilum sanderianum
- Paphiopedilum stonei
- Spesies Paphiopedilum supardii
- Paphiopedilum wilhelminiae
- Paphiopdilum chamberlainianum
- Paphiopedilum glaucophyllum
- Spesies Paphiopedilum liemianum
- Paphiopedilum primulinum
- Paphiopedilum victoria-mariae
Baca Juga Beritaku: Philodendron, 10 Jenisnya Yang Menjadi Incaran Kolektor Tanaman
Cara Budidaya dan Perawatan
Akibat kelangkaan bibitnya, tak banyak orang yang membudidayakan Aggrek Kantung Kolopaking. Selain itu, perawatannya pun terbilang sedikit merepotkan, layaknya tumbuhan manja yang secara ekslusif tinggal di daerah tertentu.
Kantungnya yang menjuntai menguarkan nektar yang bagi serangga berbau manis, mengundang mereka mendatangi ajal di Kantung Kolopaking.
Meskipun bisa mendapatkan nutrisi dari hasil tangkapan itu, perbungaannya yang begitu lebat membuat Paphiopedilum Kolopakingii Fowlie juga membutuhkan banyak nutrisi dari tanah.
Sebab itulah, di habitat aslinya tumbuhan ini biasa hidup sekitar tebing-tebing, atau bisa juga di sela-sela bebatuan yang memiliki selimut humus berupa lumut-lumut lapuk. Tempat bernaung berupa bebatuan menjadikan tumbuhan cantik ini bisa memonopoli unsur hara yang berasal dari lumut-lumut tersebut. Sehingga mencukupi kebutuhan nutrisi luar biasa banyak, demi memekarkan belasan bunga cantik di tandan-tandan kuat.
Maka untuk membudidayakan Anggrek Kantung Kolopaking, membutuhkan media campuran yang terdiri dari:
- Sekam sebanyak 2 bagian
- Pupuk kendang dari kotoran kambing sebanyak 1 bagian
- Kascing/kotoran cacing sebanyak 1 bagian
Sekam yang digunakan pun sebaiknya adalah sekam yang sudah mulai lapuk, agar kecukupan nutrisi yang dibutuhkan bisa terpenuhi. Selain kombinasi tersebut, budidaya tanaman ini juga bisa melakukannya dengan menggunakan media berupa kombinasi batu-batuan apung, remukan pakis, lumut, dan humus.
Untuk penempatannya, sebaiknya meletakkan tanaman ini di bawah naungan tajuk pepohonan atau paranet. Paphiopedilum Kolopakingii Fowlie memang tidak kuat menghadapi gempuran cahaya matahari yang berlebihan. Siraman sinar mentari bisa menjadi racun yang mengeringkan daun-daunnya, membuat tumbuhan berparas elok ini layu kemudian jatuh menyatu dengan bumi.
Intensitas cahaya yang dibutuhkan tanaman ini hanya berkisar 20-30 persen saja, dengan kelembaban udara sekitar 70 persen.
Memperhatikan Penempatan Dalam Budidaya Anggrek Jenis Kantung Kolopaking
Memperhatikan lokasi penempatan secara cermat sangat penting dalam upaya budidaya Paphiopedilum Kolopakingii Fowlie. Untuk mencukupi kebutuhan cahayanya, tempat paling strategis adalah tempat yang mendapat jamahan sinar matahari pagi selama 2-3 jam per hari.
Kalau tidak mungkin menempatkan tanaman ini di tempat dengan spesifikasi khusus tersebut, maka bisa menempatkan tanaman ini di mana saja, yang penting cukup teduh dan tidak mendapat sinar matahari sepanjang hari.
Selanjutnya, memastikan tanaman ini mendapatkan pemenuhan kebutuhan air dengan penyiraman teratur namun tidak berlebihan.
Genangan air adalah racun bagi Anggrek jenis ini, karena bisa mengakibatkan pembusukan pada akar. Sebabnya, tanaman ini tidak memiliki bulb (semacam umbi) yang berfungsi untuk menyimpan cadangan air dan nutrisi.
Perihal kebutuhan nutrisi tambahan, bisa memberi “makan” pada tanaman ini sebagaimana memberi pakan pada tanaman karnivora lainnya seperti Venus Flytrap. Selain itu, pemenuhan kebutuhan nutrisi ini juga bisa di dapat dari pemupukan.
Pemupukan rutin sangat berperan dalam pertumbuhan dan pembungaan Anggrek tersebut. Daunnya yang lebar menjadikan daya absorbsi nutrisi pada daun tanaman ini begitu besar. Karena itu, pupuk yang cocok untuk diberikan adalah pupuk daun.
Aktivitas pemberian pupuk sebaiknya dilakukan sebanyak 2-3 kali seminggu, menggunakan pupuk dengan komposisi unsur NPK yang mumpuni. Komposisi aktual nilai NPK yang dibutuhkan adalah:
- 18% nitrogen
- 22% fosfor
- 17% kalium
Terakhir, untuk menjaga kelangsungan hidupnya, dapat pula melakukan beberapa upaya preventif untuk mengendalikan hama penyakit. Bentuk upaya preventif paling utama adalah menciptakan lingkungan kultivasi yang menyerupai habitat aslinya.
Bila sudah terkena penyakit, memberikan pestisida dengan dosis tertentu bisa pula dilakukan. Meskipun demikian, menjaga Anggrek Kantung Kolopaking supaya tidak terkena penyakit adalah prioritas utama dalam upaya budidayanya.
Baca Juga Beritaku: Dendrobium Nagataksaka Dan Eulophia Lagaligo Serta Penjelasannya
Harga Jual
Saking masifnya pembukaan hutan untuk alih fungsi menjadi area perkebunan dan pemukiman, tumbuhan endemik Indonesia ini kehilangan habitat alaminya dalam laju yang luar biasa cepat. Tidak sampai disitu, perluasan industri kayu nasional turut menyumbang ancaman kepunahan bagi Anggrek dengan ciri Kantung Kolopaking.
Ancaman-ancaman tersebut memicu kebutuhan konservasi yang dilakukan secara aktif (ex situ). Artinya, upaya konservasi dilakukan dengan memindahkan tanaman anggrek dari habitat asalnya, ke lingkungan atau tempat pemeliharaan yang lebih aman.
Upaya konservasi ini sangat penting untuk menjaga kelestarian serta keanekaragaman hayati Indonesia. Ketika berbagai regulasi lebih condong memenuhi dahaga material, maka menempatkan flora dalam pot-pot pemeliharaan di kebun konservasi tak terelakkan.
Selain masuk dalam daftar ICUN Redlist, spesies Paphiopedilum Kolopakingii Fowlie juga terdaftar dalam CITES Apendiks I. Artinya, kelestarian tanaman ini dianggap masih sangat rentan sehingga tidak boleh diperdagangkan dalam bentuk apapun.
Kendati demikian, karena memiliki harga jual sangat tinggi di pasar gelap, praktik jual beli Anggrek Berkantung Kolopaking secara ilegal tetap saja eksis. Parahnya, praktik ilegal ini bahkan bisa terjadi antar negara, melalui “jalur belakang” proses ekspor-impor luar negeri.
Melansir laman Kumparan, Peneliti Anggrek dari Fakultas Biologi Universitas Gajah Mada, Endang Semiarti, mengatakan:
“Paphiopedilum kolopakingii itu CITES 1, sama sekali tidak boleh diperjualbelikan bahkan antar daerah. Kalau CITES 2 masih boleh, tapi tidak boleh dibawa atau dijual ke luar negeri.”
Sayangnya, praktik jual beli ilegal secara nyata masih bisa kita temukan dengan mudah di berbagai online market place di Indonesia. Rata-rata, tumbuhan terancam punah ini diperjualbelikan dengan harga sekitar Rp 150.000 per tandan pohon.
Berkenaan dengan keadaan saat ini, konsep perlindungan tanaman membutuhkan gerak-gerak kolektif, serta kerja-kerja kolaboratif dari berbagai lapisan masyarakat. Tujuannya adalah menciptakan suatu atmosfer pertanian dan pemanfaatan alam yang berfokus pada keberlanjutan dan kelestarian alam.
Bagaimanapun juga, keberadaan tanaman tak bisa disangkal memegang kunci keberlangsungan umat manusia. Karena itulah permasalahan perlindungan tanaman, dalam hal penguatannya sangat dipengaruhi oleh aspek hukum (kebijakan), ekonomi, sosial, bahkan politik.
Daftar Pustaka
- Chan, C.L., A. Lamb, P.S. Shim, dan J.J. Wood. 1994. Orchid of Borneo Vol. I: Introduction and Selection of Taxa. Kota Kinabalu: The Sabah Society and The Royal Botanic Gardens.
- Firmansyah, M.A., Y.R. Galingging, A. Krismawati, dan M. Sabran. 2003. Eksplorasi dan Karakterisasi Tanaman Anggrek di Kalimantan Tengah dalam Buletin Plasma Nutfah. Jakarta: Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
- Anwar, Khairul. 2020. Cara Budidaya Anggrek Berkantung Kolopaking, Si Cantik yang Terancam Punah. Jakarta: Jitunews. https://www.jitunews.com
- Pandangan Jogja Com. 2020. Mengenal Paphiopedilum Kolopakingii Fowlie yang Banyak Diburu Penjarah Hutan. Jakarta: Kumparan. https://kumparan.com