Mangrove Bedul merupakan suatu Hutan Bakau, yang juga berfungsi sebagai pusat wisata alam. Tidak hanya kaya akan ekosistemnya, namun juga dikenal akan keindahan dan suasana alamnya yang eksotis.
Beritaku.id, Lestari – Alam menciptakan Mangrove, sebagai surga dari berbagai ekosistem di Bumi. Lihatlah dengan seksama, bahwa di antara belukar, terdapat ribuan hewan air yang hidup dengan bebasnya. Dan di balik ribuan ranting, terdengar riuhnya seruan Bekantan.
Oleh: Novianti Lavlia (Penulis Lestari)
Mangrove Bedul merupakan wisata alam berupa Hutan Mangrove, yang sudah dilestarikan sejak 2003. Namun kehadirannya tersebut, baru mulai diperkenalkan untuk umum, sejak tahun 2009.
Meski telah beroperasi untuk umum, Balai Taman Nasional Alas Purwo sebagai pihak pengelola, tetap membatasi wilayah tertentu sebagai zona wisata. Tujuannya murni, untuk tetap menjaga kelestarian ekosistem Mangrove Bedul, dari kerusakan akibat ulah manusia.
Mengenal Lebih Dekat Hutan Wisata Mangrove Bedul
Kawasan Mangrove Bedul terletak di pesisir Segoro Anakan, atau sepanjang 16 km. Luas dari hutan ini adalah sekitar 2.300 hektar, dan terletak di dalam wilayah Taman Nasional Alas Purwo, atau tepatnya di Kawasan Perhutani.
Habitat hewan liar yang hidup di kawasan ekosistem hutan ini, diantaranya seperti Biawak, Kera, Burung Dara Laut, Bangau dan Belibis. Namun selain itu, terdapat juga jenis burung langka seperti Elang Jawa dan Laut.
Beberapa jenis burung dari Australia seperti Kingfisher, Ancel Bumi, Kirik-kirik, Kecuk dan lainnya, juga hidup disana secara berdampingan.
Tujuan dari pengembangan hutan wisata Mangrove Bedul ini adalah, untuk mengembangkan kekayaan sumber daya alamnya yang memimikat. Salah satu caranya adalah, dengan melindunginya dari berbagai kerusakan, baik itu akibat faktor alam maupun akibat kecerobohan manusia.
Beberapa upaya lain yang dilakukan, contohnya adalah dengan melakukan reboisasi, pada wilayah yang memerlukan rehabilitasi khusus. Selain itu, aktivitas tersebut juga memiliki tujuan untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat lokal.
Aktivitas Wisata Di Mangrove Bedul
Beberapa aktivitas yang dapat dilakukan pada Hutan Mangrove Bedul ini adalah:
Menjelajah Kehidupan Ekosistem Alam
Aktivitas ini akan menggunakan Gondang-Gandung, atau semacam perahu tradisional yang berlayar di sepanjang Segara Anakan. Sambil mengagumi kekayaan Hutan Mangrove Bedul yang alami, kita pun dapat menyaksikan berbagai ragam habitat disana.
Mengenal Berbagai Kekayaan Ekosistem Dan Habitat
Tidak seperti konsep wisata pada umumnya, setiap pengunjung juga dapat menceburkan diri ke hamparan mangrove yang penuh dengan lumpur alami. Tujuannya adalah, untuk mengamati lebih jauh lagi, tentang berbagai jenis Mangrove yang berada dalam habitatnya.
Biasanya, kegiatan tersebut dilakukan pada siang hari. Keunikan dari aktivitas ini adalah, bukan hanya sekedar rekreasi semata. Selain itu, juga akan menambah wawasan mengenai habitat, dan kehidupan Ekosistem Mangrove khususnya.
Berburu Hewan Air
Aktivitas lain yang dapat dilakukan di Mangrove Bedul, adalah berburu hewan air seperti Ikan dan kepiting, langsung dari para nelayannya. Kegiatan ini ternyata cukup banyak diminati oleh para pengunjung yang berwisata di hutan ini.
Menikmati Pemandangan Kehidupan Satwa Liar
Para pengunjung juga dapat melakukan trekking dan hiking, di sepanjang Hutan Tropis, yang letaknya berbatasan dengan wilayah Mangrove. Saat menikmati kesejukan udara hutan yang khas, kita juga dapat melihat satwa liar yang berlalu lalang dengan bebas.
Tarif Berwisata di Mangrove Bedul
Untuk memudahkan para pengunjung, pengelola Hutan Mangrove memiliki beberapa paket pilihan wisata, sesuai dengan budget yang tersedia. Semua paket wisata tersebut, umumnya merupakan penjelajahan wilayah Mangrove Bedul, dengan menggunakan perahu tradisional.
Perahu Gondang-Gandung siap berlayar dari dermaga, untuk membawa pengunjung berkeliling, dengan tarif Rp. 200.000 melalui Segoro Anakan. Sedangkan kapasitas perahu, dapat memuat 10-15 penumpang.
Adapun beberapa dari paket wisata yang tersedia adalah:
Migrasi Burung
Selain itu juga tersedia paket wisata lainnya, yang melayani rute Bedul-Pantai Cungur. Paket ini menawarkan wisata pengamatan Burung, yang banyak diminati oleh para pemburu fotografi. Harga dari paket wisata ini adalah Rp. 260.000, dengan kapasitas, maksimal untuk 10 orang.
Melalui jenis wisata ini, kita dapat disuguhi pemandangan menakjubkan, akan berbagai jenis burung yang bermigrasi secara masal.
Kekayaan Mangrove Bedul
Paket Wisata Bedul-Sungai Kere, merupakan wisata pengamatan, terutama pada kekayaan hayati Hutan Mangrove. Wilayah Mangrove Bedul, adalah lokasi yang paling cocok untuk melakukan eksplorasi ini.
Kita dapat mengamati habitat dan ekosistem mangrove dengan tanpa batas. Mulai dari mempelajari tentang jenis bunga, buah, hingga jenis semua akar-akarnya. Paket ini memiliki tarif sekitar Rp. 200.000, dengan kapasitas maksimalnya, untuk 10 orang pengunjung.
Konservasi Penyu
Wisata lain yang cukup menarik untuk dijelajahi, adalah Paket Wisata Bedul-Ngagelan, yang menawarkan eksplorasi ke pusat penangkaran Penyu. Selama perjalanan, pengunjung yang datang juga dapat menikmati suasana eksotis Hutan Mangrove, sejauh 2 km, dari lokasi konservasi.
Untuk dapat menikmati atraksi Penyu di dalam bak pemeliharaan nya tersebut, tarif wisatanya seharga Rp. 500.000 saja. Dan kapasitas yang tersedia adalah, maksimal untuk 10 orang pengunjung.
Paket Ekowisata Sehari Penuh
Jika punya cukup waktu untuk mengikuti keseluruhan paket wisata tersebut, tersedia pula paket lengkap untuk satu hari penuh. Paket Ekowisata lengkap ini, memang sengaja disediakan oleh Taman Nasional Alas Purwo.
Rute lengkapnya adalah, dari Mangrove Bedul ke lokasi konservasi Penyu di Ngagelan, lalu menuju Padang Sadengan. Setelah itu ke wilayah Pancur, Goa Istana, Plengkung, dan kembali ke lokasi awal. Tarif yang ditawarkan, adalah sekitar Rp. 2.000.000 per orang.
Selama perjalanan daerah Sadengan, kita dapat bertemu dengan berbagai jenis satwa liar seperti Merak, Rusa dan Banteng. Sedangkan wilayah lainnya, merupakan daerah pantai, yang menjadi surganya para surfer.
Profil Hutan Mangrove Tarakan
Tarakan adalah suatu Kabupaten, yang menjadi bagian dari Kalimantan Utara. Sayangnya, provinsi termuda ini, belum banyak memiliki objek wisata, seperti wilayah lainnya di Kalimantan.
Walaupun begitu, Tarakan memiliki aset kekayaan alam yang luar biasa, berupa Hutan Mangrove. Kawasan ini juga berfungsi, sebagai wilayah konservasi Hutan Mangrove dan Kera Bekantan.
Tempat yang memiliki luas sekitar 21 hektar ini, telah menjadi destinasi wisata populer di jantung Kota Tarakan. Selain itu, hutan ini juga memiliki fungsi lain, yaitu sebagai paru-paru kota, dan juga pelindung dari abrasi laut.
Hutan Bakau ini juga sering dijadikan sebagai laboratorium hidup, terutama bagi para ilmuwan dan peneliti, baik dari Indonesia maupun mancanegara.
Dari dalam hutan ini, kita dapat berbagai satwa endemik langka, yang tengah dilindungi. Dan beberapa diantaranya adalah Bekantan, atau Monyet Belanda berhidung panjang. Satwa liar ini, menyukai kehidupan bebas di habitatnya disana.
Polah tingkahnya yang senang bergelantungan di antara pepohonan, terlihat lincah menggelitik mata para pengunjungnya. Atraksi yang bersifat spontan tersebut, pastinya menjadi salah satu ciri khas dari Mangrove Tarakan.
Jika ingin menyusuri wilayah ini, kita dapat berjalan melalui Kayu Ulin yang berbentuk jembatan, di sepanjang kawasan Hutan Bakau. Sambil berjalan, kita dapat menikmati rindangnya vegetasi Mangrove, dan pepohonan,yang telah berumur ratusan tahun.
Daya Tarik Hutan Mangrove Tarakan
Adapun beberapa daya tarik dari Mangrove Tarakan, adalah sebagai berikut ini:
Hutan Mangrove
Wilayah Hutan Mangrove Tarakan merupakan rumah, bagi habitat Pohon Bakau serta satwa liar yang dilindungi. Selain itu, hutan ini memiliki udara yang sejuk, hingga dapat meredam semua suasana panas dan kebisingan Kota Tarakan.
Selain terkenal sebagai ekosistem Hutan Mangrove, pada sepanjang jalan di area hutan, merupakan habitat bagi beberapa vegetasi tumbuhan. Contohnya seperti Pidada, Api-Api, dan juga Kendeka, yang tumbuh subur disana.
Konservasi Monyet Belanda
Satwa pemalu dari jenis Bekantan atau Monyet Belanda, memiliki habitat liar di hutan ini, sebagai hewan yang dilindungi. Jumlah spesies yang hidup di tempat konservasinya, hanya sekitar 37 ekor saja.
Makanan favorit dari Monyet ini adalah, pucuk dari daun Mangrove, maupun Bakau yang tumbuh subur di tempat ini. Dan seperti jenis lainnya, Pisang juga merupakan makanan kesukaan mereka.
Tingkah unik Monyet Belanda yang selalu mencari makan pada pagi dan sore hari, merupakan tontonan yang cukup menghibur bagi pengunjung. Dan jika cukup memiliki nyali, kita juga dapat berinteraksi, dan berfoto dengan satwa unik ini.
Kehidupan Hewan Air di Mangrove Tarakan
Pesona Mangrove Tarakan bukan hanya karena satwa liar, dan Hutan Bakaunya. Tempat ini juga memiliki panorama laut yang menyegarkan. Saat pantai surut, keindahan Pohon Bakau akan muncul dari dasar, bahkan hingga ke akar tunjangnya yang berlumpur.
Selain itu, rumah Kepiting yang berwujud seperti gundukan tanah, dapat juga dijumpai di hutan yang eksotis ini. Hewan berkaki banyak dan berwarna terang tersebut, menetap di sekitar wilayah aliran sungai.
Pengunjung pun dapat menyaksikan satwa unik, bernama Ikan Gelodok atau Tempakul, yang hilir mudik di dalam air, dengan suara khasnya.
Satwa Lumpur
Dan selanjutnya, ketika air mulai pasang, kita dapat menyaksikan berbagai jenis Ular Laut yang berenang di dalam lumpur. Mereka dapat menampakan dirinya sewaktu-waktu, dengan satwa air lainnya, secara bersama, dan tanpa direncanakan.
Para pengunjung yang datang, dapat merasakan aktivita wisata unik, yaitu menangkap Kepiting dengan ambau. Yaitu, perangkap Kepiting tradisional yang praktis. Kemudian pada saat yang sama, Pepohonan Mangrove yang timbul, akan kembali tenggelam secara perlahan ke dasar laut.
Berwisata ke Hutan Mangrove Tarakan
Lokasi konservasi di tengah kota Tarakan ini dapat di akses, sejak pukul 09.00-17.00. Namun jika ingin aktivitas para Monyet Belanda saat sedang makan, sebaiknya datang di sekitar pukul 09.00-10.00, atau sekitar pukul 15.00. Di luar jam tersebut, satwa liar yang dilindungi ini, lebih suka istirahat sejenak, di balik rimbunnya pepohonan.
Untuk masuk ke kawasan Hutan Mangrove Tarakan, tarif tiket masuknya sebesar Rp. 5000. Selain cukup murah, kita juga dapat berjalan-jalan melalui fasilitas jembatan kayu, yang membelah kawasan Mangrove.
Penutup
Menjaga kelestarian dari suatu Hutan Bakau adalah tugas dari manusia di Bumi, agar tetap dapat dinikmati keberadaannya, oleh generasi berikutnya. Mangrove Bedul dan Hutan Bakau Tarakan, hanyalah sebagian kecil, dari peninggalan yang harus terus dilestarikan.
Fungsinya yang bukan hanya sebagai tempat wisata, memiliki manfaat besar bagi manusia. Yaitu, sebagai paru-paru kota, dan juga pelindung dari kehancuran abrasi laut. Sejatinya, manusia memiliki kesadaran untuk tidak merusak keberadaannya, baik disengaja maupun tidak.