Bacaan sholat NU pada dasarnya mempunyai hal penting dalam setiap waktunya. Hal tersebut memberikan 2 perbedaan antara keduanya, sehingga bermanifestasi pada rivalitas dari hal tersebut.
Beritaku.id,- Organisasi dan Komunikasi_Layaknya Tuhan mencintai ummat-Nya. Sang Pencipta memberikan pedoman hidup yakni agama. Salah satunya Islam bagi ummat muslim di dunia. Dan mereka selalu “bersuara” tentang mana yang berfaedah dan mana yang bermudarat dalam satu aspek. Menjelma dalam satu dua lingkaran, berdebat tiada henti.
Oleh: Ayu Maesaroh (Penulis Organisasi dan Komunikasi)
Islam pada dasarnya adalah satu. Satu agama, dan satu cara agar manusia dapat masuk Islam, agama Allah yang baik. Dengan aturan yang ada, sehingga membawa manusia ke jalan yang lurus, jalan yang Allah ridhoi dalam hidup mereka.
Yang membedakan adalah tentang bagaimana ketakwaan manusia terhadap Tuhannya. Hal ini merujuk kepada tugas mereka yang hidup dan mati hanya untuk-Nya.
Meski begitu, rasanya tidak lengkap jika sebuah dunia yang di dalamnya terdapat berbagai manusia dengan keunikannya, memecahkan perbedaan mengenai sudut pandang manusia serta pelaksanaannya tentang aturan agama mereka.
Baca juga beritaku: 31 Sapi akan Disembelih di Masjid Jabal Nur Muhammadiyah Maccini Makassar
Hingga merujuk kepada sebuah pandangan yang berkelompok menjadi organisasi keislaman, lalu tercipta sebuah nama dari sudut pandang itu, yakni Nahdlatul Ulama (NU) serta Muhammadiyah.
Demikian sudut pandang tersebut, yang kadang beberapa lingkungan sosial menganggap hal itu seperti sebuah aliran. Hingga tidak jarang yang saling membandingkan antara satu dengan yang lain.
Sayangnya sampai detik ini, hal tersebut masih tertanam dalam lingkungan sosial masyarakat. Padahal itu hanyalah sebuah sudut pandang dari sebuah organisasi mengenai sebuah aturan agama, sehingga bermanifestasi pada pelaksanaannya yang sedikit berbeda.
Bukankah baik bacaan sholat NU maupun Muhammadiyah, keduanya berpedoman pada Al-Qur’an dan hadist? Lalu, apa yang mendasari perbedaan NU dan Muhammadiyah?
Jika begitu, mari kita bahas mengenai perbedaan dari segi bacaan keduanya. Maka penjelasannya adalah:
Yang Mendasari Perbedaan Bacaan Nu dan Muhammadiyah
Sosok dalam kedua organisasi tersebut, merupakan orang-orang hebat, dan menjadi suri tauladan bagi banyak ummat. Keduanya bersahabat, menimba ilmu agama bersama-sama, di tempat yang sama.
Ialah KH Ahmad Dahlan dengan KH Hasyim Asy’Ari. Keduanya merupakan ciptaan Tuhan yang mulia. Mereka menyebarkan agama Allah dengan strategi yang berbeda, namun tujuan yang sama.
KH Ahmad Dahlan, beliau berfokus kepada penyebaran Islam di daerah perkotaan, sehingga beliau memakai strategi pendidikan guna menyebarkan ajaran Islam.
Hal lain juga KH Hasyim Asy’Ari lakukan untuk memperluas penyebaran agama Allah. Namun beliau menggunakan caranya sendiri, yakni dengan menggunakan metode pesantren. Mengingat beliau adalah orang asli Jombang.
Dasar Perbedaan NU dan Muhammadiyah
Hal tersebut pula yang membuat kota tersebut sangat terkenal sebagai kota santri. Namun semakin hari semakin berganti era, ternyata kedua metode tersebut menjadi pembeda, bahkan menjelma menjadi dasar dari keduanya.
Yang paling kentara membuat mereka terlihat berbeda, ialah dari jumlah rakaat sholat tarawih yang berbeda, serta bacaan sholat antara NU dan Muhammadiyah yang berbeda juga.
Hal tersebut seperti sudah tidak ada habisnya jika diulas kembali, dan membahasnya untuk kesekian kali. Entah dari bacaan sholatnya, baik NU ataupun Muhammadiyah.
Cirinya adalah, NU dalam melaksanakan sholat tarawih, biasanya akan lebih banyak (20 rakaat lebih), sedangkan Muhammadiyah biasanya lebih cenderung kepada rakaat yang lebih sedikit (minimal 11 rakaat).
NU memiliki sebuah prinsip sami’na waato’na, yang artinya mereka akan percaya akan perkataan seorang Kyai yang mereka jadikan sebagai panutan, hingga melahirkan sebuah implementasi terhadap nilai-nilai yang Kyai mereka tersebut katakan dalam kehidupan mereka.
Baca juga beritaku: Cara Sholat Muhammadiyah, Tahajud Dan Dhuha, Urutan Serta Doa
Hal tersebut berbanding terbalik dengan Muhammadiyah. Mereka memandang sebuah ajaran terutama dalam hal ini adalah Fiqh maupun Aqidah, ada sebuah “pembedahan” mengenai pemahaman dari kedua aturan tersebut.
Mereka percaya bahwasannya memahami, bukan hanya sekedar tahu. Namun mereka bisa mengimplementasikan ke dalam hidup mereka, sesuai dengan apa yang mereka cerna, pahami, dan sebagainya.
Maka keduanya menyuburkan dua hal, yang satu pesantren dengan sudut pandang yang mereka pahami, serta yang lainnya menyuburkan ajaran agama melalui pembangunan Pendidikan.
Sangat kentara bukan bagaimana perbedaan dari keduanya? Topik ini menjadi primadona bagi masyarakat sebagai “debat kusir” mereka, yang seakan mempertahankan salah satunya.
Pada akhirnya, buah dari hal tersebut adalah memperlihatkan bagaimana NU dan Muhammadiyah menjelma menjadi dua kubu yang saling bertentangan.
Rivalitas Nu dan Muhammadiyah Apakah Sebuah Politik?
Rivalitas dari keduanya terasa sangat nyata ketika masa telah berganti, yang mana Indonesia sudah memiliki peraturan berbeda dalam hidup yang atas dasar pancasila dan Undang-undang Dasar.
Pasalnya memasuki reformasi serta pemilu pertama 2004, masyarakat mendapatkan hak pilih untuk pertama kali. Keduanya muncul dalam balutan partai politik, dengan mengusung berbagai tokoh mereka yang dapat maju ke dalam bangku persaingan kekuasaan.
Ada begitu banyak partai yang berasal dari keduanya, muncul ke permukaan. Seakan mereka memperlihatkan kepada masyarakat. Bahwa mereka mempunyai kekuatan yang dapat “diadu”.
Kegigihan antara satu dengan yang lain bisa masyarakat “uji”. Dengan cara mereka harus memilih satu di antaranya. Ya, sangat terasa bukan? Bahkan sudah sejak lama rasanya uforia demikian tertanam dalam wilayah Indonesia tercinta.
Baca juga beritaku: NU Minta Pesantren Tak Terprovokasi Teror Orang Gila
Hal tersebut semakin subur ketika seorang wakil presiden tahun ini yang merupakan seorang ulama. Perbedaan kian kentara, yang mana keduanya saling menyudutkan satu dengan yang lain.
Hingga menjadi ajang perbedabatan yang “panas”, tanpa adanya sumbu solusi dari keduanya. Dan palu penentu untuk keputusan tersebut pun berbunyi. Membawanya kepada tahta yang agung, menjabat sebagai pendamping Penguasa wilayah.
Perbedaan Doa Iftitah Muhammadiyah dan NU
Kembali kepada pembahasan awal, lalu perbedaan hal lain apalagi yang membuat seketika hal tersebut nyata dalam kedua kubu tersebut?
Bacaan sholat NU maupun Muhammadiyah dalam hal ini adalah doa iftitah, keduanya sangat berbeda. Mengingat kita paham betul bagaimana doa iftitah sangat penting bagi Ummat Muslim dalam menjalankan rakaat sholat untuk pertama kali.
Dalam sebuah hadist riwayat Abi Hurairah RA, menjelaskan bagaimana hukum dari membaca doa iftitah setelah takbir pertama sholat, yang artinya:
Biasanya Rasulullah SHallalahualaihi Wassalam, setelah takbir dalam sholat, beliau diam sejenak sebelum membaca ayat. Maka aku bertanya kepada beliau “wahai Rosul, kutebus engkau dengan ibu serta ayahku. Aku melihatmu berdiam antara takbir dan bacaan ayat, apa yang kau baca saat itu?” Lalu Rosul menjawab (doa iftitah), (Muttafaqun alaih)..
Doa Bacaan Ifititah NU (Nahdlatul Ulama)
Bacaan sholat NU, terutama dalam hal ini adalah doa iftitah. Biasanya menggunakan doa iftitah yang bunyinya demikian:
“Allahu akbar kabiro walhamdulillahi kathiro wasubhanallahhibukrata waasila. Inni wajjahtu wajhiyalilladzi fatorossama waa tiwama fil ard. Khanifammuslima wama ana minal musyrikin. Inna solati wanusuki wamah yaa yaa wa mamati. Lillahirobbil alamin. Lasari kalahu wabida lika umirtu wa ana minal muslimin..”
Yang artinya: Allah Maha Besar, dengan segala Kebesarannya. Segala Puji yang sebanyak-banyaknya kepada Allah. Aku menghadapkan wajahku kepada Tuhan, pencipta langit dan bumi dengan segenap kepatuhan dan kepasrahan diri. Sesungguhnya aku bukanlah termasuk orang yang menyekutukan-Nya.
Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup serta matiku, hanya milik Allah. Tuhan semesta alam, tiadak sekutu baginya. Dan aku termasuk orang-orang yang berserah diri (muslimin)..”
Doa Bacaan Ifititah Muhammadiyah
Senada dengan yang sebelumnya, Muhammadiyah juga menggunakan doa iftitah ini sebelum melaksanakan gerakan sholat selanjutnya, yakni:
“Allahumma bait baini wa baina khotoyaaya kama baatdta bainal masyriki wal maghribi. Alluhumma naqii ni minal khotoyaaya kama yunaqqos tahubul abyaddhzu minad danas. Allahumma tsil khotoyaaya bilmaai watsalji wal barad..”
Yang artinya: Ya Allah, jauhkanlah antara diriku dan dosaku seperti engkau menjauhan timur dan barat. Ya Allah sucikanlah kesalahanku sebagaimana pakaian putih suci dari kotoran. Ya Allah, cucilah kesalahanku dengan air, salju, dan air dingin.
Perbedaan Tahiyat Muhammadiyah dan NU
Hal yang berbeda antara bacaan sholat ormas Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah lainnya, ialah terdapat pada pembacaan tahiyat dalam sholat. Keduanya memiliki pandangan yang berbeda, sehingga bermanifestasi pada action yang berbeda pula.
Dalam tahiyat awal saja, NU menggunakan lafadz ini sebagi tahiyatnya, yakni: “Attakhiyatul mubarokatus shalawatut toyyiba tulillah. Assalamualaika ayyuhannabiyyu warahmatullahi wabarokatuh. Assalamulaina waala iba dillahissolihin. Asyhadu allaa ilaa ha ilallah wa asyhadu anna muhammada rosulullah. Allahumma solli ala sayyidina Muhammad”
Sementara Muhammadiyah, sering menggunakan lafadz ini untuk tahiyat awalnya. Yakni:
“Attkhiyatulillahi was sholawat tuttoyyibah. Assalamualaika ayyuhannabiyyu warahmatullahi wabarokatu. Assalamualaina waala iba dzillahis solikhin. Ashadu alla ila ha ilallah wa ashadu anna muhammadan abduhu warosuluh. Allahumma solli ala muhammad wa alaa alii muhammad. Kamaa sollaita ala ibrohim wa alaa ali ibrohim. Innaka hamiddummajid..”
Perbedaan NU dan Muhammadiyyah Lainnya
namun ada juga perbedaan lainnya mengenai bacaan sholat mereka. Yang paling mencolok adalah tradisi mereka saat melaksanakan sholat subuh berjamaah.
Yang mana, jika bacaan sholat NU mereka akan menggunakan doa Qunut saat akan melaksanakan sujud di rakaat ke dua sholat subuh. Hal ini berbanding terbalik dengan Muhammadiyah.
Yang mana mereka tidak memakai doa Qunut sebelum, saat, bahkan setelah sholat subuh sekalipun. Dan perbedaan ini sudah ada sejak lama, serta sangat kentara.
Tidak heran hal tersebut juga menjadi polemik dari orang yang sepaham dengan salah satu ormas tersebut jika kegiatan “debat kusir” itu mereka selenggarakan.
Kesimpulan Perbedaan Bacaan Sholat NU
Demikian beberapa ulasan tadi. Namun, perlu kita catata bahwa keduanya hanya sebuah organisasi islam (ormas) yang sampai detik ini masih berjaya dan menjelma menjadi ormas terbesar di Indonesia.
Dan bukan suatu aliran yang dapat kita jadikan sebagai senjata untuk menjatuhkan satu dengan yang lain. Perlu kita ingat juga bahwasannya kedua ormas tersebut berpedoman pada Al-Qur’an dan hadist.
Yang membedakan adalah cara pandangnya. Karena sejatinya manusia itu tercipta dengan keunikan masing-masing. Bertumpu pada pemikiran mereka akan suatu hal.
Itulah yang akhirnya membuat orang berbeda dari orang lain, bahkan makhluk lain.
Jadi, sekian ulasan kali ini, semoga menginspirasi.