Kehebatan Sparta, yang ditonton dalam film-film, telah meninggalkan banyak kisah heroik. Itu oleh Bintang Film, bukan oleh Jenderal Perang di lapangan.
Beritaku.Id, Kisah Islam – Kehebatan Sparta, tidak lebih hebat dari pasukan Solahuddin Al Ayubi, ataupun Dzulkarnain. Yang banyak disebut sebagai Alexander Agung.
Sebab Sparta tidak pernah bertemu langsung untuk berhadapan langsung antara Sparta maupun knight dengan mereka.
Salahuddin Al Ayubi dan Dzulkarnain itu, hadir dalam beberapa dekade belakangan. Berikut akan dijelaskan tentang kepiawaian Panglima dalam peperangan Islam.
Terdapat beberapa panglima perang paling ditakuti pada zaman kerajaan di dunia, hingga kini masih menyisahkan nama harum mereka dalam hal pertarungan.
Bintang Perang Sebagai Panglima Dalam Islam
Dalam Artikel pertama ini akan dijelaskan beberapa orang, diantaranya adalah :
Pertama Khalid Bin Walid (592 M – 642 M)
Khalid Bin Walidlah yang melakukan pembebasan terhadap Yerussalem, dan menghancurkan Romawi. Ia mendapat gelar Pedang Allah SWT.
Bintang Perang ini, kalau mengikuti silsilah orangtua, harusnya membenci Rasulullah. Karena ayahnya Walid Bin Mughirah adalah pembenci Rasul. Ayahnya juga seorang ahli perang. Dalam perang Uhud sempat memojokkan pasukan Islam.
Namun Khalid Bin walid memilih untuk bergabung dengan Rasul. Dan sangat cinta dengan Rasulullah.
Dalam beberapa keberhasilannya sebagai seorang Panglima Perang. Menghancurkan persia di sejajaran Yerussalem. Dan mematahkan pasukan Romawi yang tangguh.
Namun di tangan kanan Khalid Walid, mereka (Yerussalem dan Romawi) bisa ia tumpas. Dalam beberapa kali pertempuran sebagai Panglima Perang yang dilakukannya.
Dirinya selalu menang. Hal itu membuat pasukan sempat menyebut bahwa jika Khalid Bin Walid yang jadi Panglima maka pasti kita menang.
Hal ini membuat Khalifah Umar Bin Khattab (yang tak lain merupaka kelaurag dekat Khalid) mengambil sikap. Memecat sementara sang Bintang tersebut untuk tidak menjadi Jenderal perang. Meski kemudian Umar Bin Khattab menyesal, sebab belum ia kembalikan jabatannya sebagai panglima, Khalid Bin Walid Wafat.
Bintang Peperangan Islam tersebut, wafat diatas ranjangnya. Yang membuatnya menangis. Sebab dirinya memimpikan untuk mati syahid dalam medan perang.
Namun Allah tidak akan membiarkan pedangnya jatuh ditangannya. Sebagaimana julukannya Pedang Allah.
Abu Ubaidah Bin Jarrah (583 M – 639 M)
Selanjutnya bintang yang menjadi ahli perang Islam adalah Abu Ubaidah Bin Jarrah. Demi cintanya kepada Allah sebagai Tuhannya dan Islam sebagai Agamanya, sehingga Abu Ubaidah Bin Jarrah berani fight melawan ayahnya yang musyrik.
Bagi kebanyakan orang, tidak akan pernah tega melakukan hal tersebut. Namun bagi Ubaid, telah melakukannya. Sebab baginya, Islam adalah totalitas, bukan sekedar retorika dan pemanis bahasa janji. Baginya Allah SWT dan Rasulullah Nabi Muhammad akan menjadi junjungan yang menuntun jalannya.
Drinya merupakan panglima perang yang menjadi bintang dalam beberapa peperangan.
Diantaranya dalam perang badar. Sang Panglima berhasil menerobos pasukan lawan. Dan menghancurkan pertahanan lawan dari dalam.
Mencabik-cabik pertahanan lawan.
Dia adalah sahabat Rasulullah yang dijamin masuk Surga.
Dalam beberapa peperangan, Ubaidah menang. Termasuk menghancurkan pasukan Bizantium (Romawi Timur). Dalam pengepungan Masjidil Aqsa.
Amr bin Ash (585 M – 684 M)
Bintang dalam Islam yang bersinar dalam melawan musuh berikutnya adalah Amr bin Ash.
Bersamaan dengan Khalid Bin Walid masuk Islam.
Amr bin Ash merupakan orang cerdas dan berani. Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya Amr bin al-Ash adalah di antara orang-orang yang baik dari kalangan Quraisy.” (HR. Tirmidzi dalam Sunan-nya no.3845).
Soal tekad dan keberanian, nyali jangan ragukan. Perbandingan pasukan 4000 orang melawan 50.000 orang. Suatu misi perang tradisional yang hampir tidak bisa diterima logika.
Ketika pasukan Amr bin Ash bertindak sebagai Panglima Islam pada pembebasan Mesir. Dengan hanya berbekal 4000 pasukan.
Dengan taktik perang yang tangguh. Terbuka dan tak kenal gentar. 4000 berhasil membuat kebebasan beberapa kota di Mesir. Farma hingga Iskandariah.
Raja Roma memandang bahwa pasukan Islam tidak bisa dihadapi, maka dia segera memerintahkan untuk melakukan perjanjian damai.
Saad Bin Waqqash (595 M – 674 M)
Memanah pertama kali dalam perang badar, dan juga pasukan Islam pertama yang terkena panah musuh.
Ia adalah Saad Bin Waqqash.
“Panahlah, wahai Saad… Tebusanmu adalah ayah dan ibuku.”( HR. at-Tirmidzi, no. 3755).
“Ya Allah, tepatkan lemparan panahnya dan kabulkanlah doanya.” (HR. al-Hakim, 3/ 500).
Saad bin Waqqash merupakan Bintang dalam Perang Qadisiyah, yakni dalam pembebasan Persia.
3000 pasukan kaum muslimin beradapan dengan 100.000 lebih pasukan negara adidaya Persia bersenjata lengkap. Kemudian, Pasukan Persia adalah pasukan Bergajah, sebagai pasukan dibagian depan, Mereka lengkap senjata.
Taktik yang dipakai Saad adalah menakut nakuti gajah dengan membuat variasi pada kuda-kuda muslim. Gajah selanjutnya mengalami ketakutan, Dan berbalik arah menabrak pasukan infanteri yang ada di Belakang. Sehingga bisa kita bayangkan, gajah berlari ke kerumunan prajurit Persia.
Keberanian Saad Bin Waqqash, sebagai Panglima perang, membuktikan dirinya memiliki Talenta dalam pembebasan Persia.
Setelah terjadi kekacauan pasukan Persia disektor tengah. Maka Saad Bin Waqqash bersama beberapa Pasukan terlatihnya menerjang pasukan Persia.
Panglima perang musuh berlari. Namun naas, pasukan Islam menemukannya dan menjadikan kepala dan badannya terpisah.
Persia bertekuk lutut terhadap pasukan Islam.
Usamah Bin Zaid (615 M – 673 M)
Dia diberikan kesempatan untuk memburu Syahid dalam perang melawan Romawi.
Awalnya kisah kepemimpinannya sebagai Jenderal Perang Islam adalah ketika pemimpin sebuah daerah di Palestina. Bernama Farwa masuk Islam.
Membuat Romawi marah besar. Memenggal dan menyalib Farwan dan mempertontonkan kepada penduduk untuk menakut nakuti.
Dengan hal itu Rasulullah memerintahkan Usamah Bin Zaid untuk memimpin pasukan sebanyak 3000 orang. Usamah menjadi Bintang perang pada usia 18 tahun.
Dengan serangan cepat dan tiba-tiba, sebagai aksi balasan terhadap kekejian Romawi, membuat kota tersebut lumpuh seketika karena tidak mendapatkan kesempatan untuk melawan.
Usamah Bin Zaid pulang dengan pasukan lengkap. Tanpa kekurangan 1 orangpun. Dan membawa rampasan perang yang banyak.
Thariq Bin Ziyad (670 M -720 M)
Selanjutnya, Thariq bin Ziyad adalah adalah seorang jendral bintang pertempuran dari dinasti Umayyah yang mengatur siasat menggulung Andalusia (Spanyol, Portugal, Andorra, Gibraltar dan sekitarnya) pada tahun 711 M.
Pasukan Thariq mendarat di Gibraltar, kemudian Setelah pendaratan, ia memerintahkan untuk membakar semua kapal dan berpidato di depan anak buahnya untuk membangkitkan semangat mereka:
أيّها الناس، أين المفر؟ البحر من ورائكم، والعدوّ أمامكم، وليس لكم والله إلا الصدق والصبر…
Tidak ada jalan untuk melarikan diri! Laut di belakang kalian, dan musuh di depan kalian: Demi Allah, tidak ada yang dapat kalian sekarang lakukan kecuali bersungguh-sungguh penuh keikhlasan dan kesabaran.
Pasukan Tariq menyerbu wilayah Andalusia dan di musim panas tahun 711 berhasil membunuh raja Roderick tepat pada 19 Juli 711 dalam pertempuran Guadalete.
Setelah itu, Thariq menjadi gubernur wilayah Andalusia.