Izinkan aku menjauh, memohon pada-Mu dengan belas kasih. Hanya dari ridho-Mu, aku hidup dan mati, mendapat rezeki dan kelimpahan karunia dari-Mu. Lewat Al-Waqiah, aku bersimpuh kepada-Mu
Beritaku.id – Berita Islami_ Lewat Al-Waqiah aku bersimpuh. Menyadari betapa hina dan dosa, bahkan pijakan kaki yang selalu hina. hanya dari-Mu, sandaran dan gantung dalam hidup. Menapaki dunia yang begitu kejam dan dusta. Memohon ampunan dan kebaikan hati-Mu.
Oleh: Ayu Maesaroh(Penulis Berita Islami)
Izinkan aku menjauh dengan segala kehendak, pijak, dan kepalan tangan. Merengkuh pada-Nya dan memohon untuk menjelajah dunia. Dunia yang seluas samudera, yang mengubah pola pikirnya. Lalu langkah selanjutnya manusia bertekad untuk mencari dunianya sendiri.
Yang terkadang manusia tidak pernah tahu, bagaimana keras dan kejamnya dunia, yang terus mengintai mereka, membuat seketika berada dalam lubang hitam yang tiada akhirnya. Tidak akan pernah ada jalan menuju-Nya terkecuali manusia meminta, memohon kepada Sang Pemilik Hidup dengan segala kuasa-Nya.
Dan kembali kepada titik awal, menyertakan Tuhan bersama dengan langkah yang ia pijak pada bumi, agar senantiasa mendapat ridho dari Allah atas segala mimpi, dan harapan yang tertoreh dalam lukisan “impian”.
Aku Ingin Merantau Untuk Mencari Duniaku
Maka, sesungguhnya aku manusia izinkan menjauh, memiliki hak untuk menentukan hidup di dunia, dan menentukan jalan terbaik bagi-Nya. Manusia memiliki hak untuk melakukan segala rencana yang tersusun dengan rapih.
Allah pun telah menciptakan bumi yang begitu luas, sehingga tidak ada kesempatan bagi manusia hanya sekedar duduk manis mengagumi ciptaan yang selalu di depannya.
Bahkan dalam Al-Qur’an telah ada penjelasan mengenai hal ini, yang artinya:
Dan dialah yang menciptakan langit dan isinya, menjadikan mudah bagi kamu. Maka berjalanlah, serta makan sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah (kamu kembali) setelah bangkit.. (Qs. al-Mulk: 15).
Dari arti ayat tersebut, kita sudah memiliki gambaran bahwasannya Allah menciptakan dunia ini bukan tanpa alasan. Bukan hanya alasan agar manusia cukup mengagumi apa yang Allah ciptakan, dan tidak mempelajarinya, yang mana hal tersebut akan menambah kekagumannya kepada Allah serta menguatkan imannya.
Baca juga beritaku: Ketukan Palu Sidang: Sejarah Awal dan Arti Jumlah Ketukan Palu
Allah menciptakan dunia ini dengan memberikan kemudahan di dalamnya. Allah telah menciptakan segala hal yang ada dengan tujuan manusia mempelajari hingga pada implementasi meyakini, dan menguatkan diri untuk terus beriman kepada Allah.
Mengerti bahwa ada seribu jalan untuk kita, aku, manusia dapat izinkan menjauh, menjadi diri kita sendiri. Melihat bagaimana dunia dapat menghargai diri sendiri, tanpa melihat dari gender, orientasi seksual, pandangan masyarakat yang syarat akan nilai-nilai budaya patriakinya.
Manusia dengan segala keunikannya, manusia dengan segala kemampuannya, manusia dengan segala kecerdasan, kelebihan, yang mereka punya. Pergi bukan berarti ingin meninggalkan semua, dan tidak kembali kepada titik bertemu dengan keluarga.
Melainkan mempelajari bagaimana keindahan dunia yang Allah ciptakan. Memanfaatkan agar bisa menjadi jalan manusia untuk mengerti tentang aku, “diri” dan izinkan menjauh, mencari jalan hidup mereka sendiri. Sungguh, Maha Adilnya Allah dengan segala Kuasanya.
Merantau Pada Zaman Rosulullah
Kita sudah paham bagaimana pada zaman Rosulullah, merantau sudah menjadi budaya yang sudah ada, yang mana pada saat itu Rosulullah gencar dalam menyebarkan ajaran Islam di muka bumi ini. Ya, bukti pada zaman tersebut merantau sudah ada, ialah ketika Rosulullah hijrah ke Madinah.
Tempat yang Rosul waktu itu pikirkan sebagai tempat menyebarkan agama islam yang aman dan “menerima” atas apa yang nantinya Rosulullah katakan kepada seluruh umat manusia di sana. Hal tersebut merujuk kepada reaksi para orang-orang Madinah kala itu, yang memperlakukan Rosulullah dengan baik, tidak seperti kaumnya dulu.
Madinah seakan menjadi tempat yang bersaksi atas segala yang Rosul upayakan dalam menyebarkan ajaran Allah yang baik. Berbagai polemik dan halangan Rosul dalam perjalanan menuju ke Madinah, membuat Rosul terus menerus sabar dan tiada hentinya beliau tawakkal kepada Allah meminta perlindungan dalam perjalanan hijrah Beliau.
Perjalanan Hijrah (merantau) Nabi Muhammad
Islam mengajarkan bagaimana sebuah hijrah atau merantau, menjadikan jalan bagi aku, kita untuk izinkan menjauh, menemukan dunia kita sendiri, dan mencoba untuk menyebarkan hal-hal baik kepada orang lain. Hal tersebut juga yang Rosulullah lakukan dalam menyebarkan agama Islam, agama yang baik bagi ummat manusia.
Namun, dalam perjalanan hijrah Nabi Muhammad SAW mengalami berbagai hal yang membuat beliau sedih dan marah. Kehilangan istrinya yakni Khadijah menjadi cambuk pertama bagi beliau. Lalu orang yang telah menjadi pelindung dalam setiap langkah beliau dalam menyebarkan ajaran Allah, yakni pamannya Abu Thalib.
Hal tersebut memberikan sinyal bagi Rosul, bahwasannya para kaum Quraisy semakin menjadi dalam menyerang Rosul. Hal tersebut merujuk kepada ketakutan mereka terhadap kekuatan agama Islam, yang semakin hari semakin mudah dalam mempengaruhi bangsa Arab untuk masuk ke agama Islam.
Di sisi lain, ada sebuah kota bernama Yatsrib, mengalami perpecahan dan perang saudara, yang mana sangat mengerikan hingga memakan korban banyak berjatuhan. Hingga suatu ketika, salah satu suku yang tinggal di Yatsrib, yakni suku Khazraj, pergi mengunjungi Mekkah, dan mereka tinggal di ‘Aqabah.
Lalu mereka bertemu dengan Nabi. Mereka mendengar kabar tentang kenabian, dan agama yang Rosul bawa. Tanpa ragu, mereka berikrar dan menjalani baiat sebagai ummat Islam. Mereka kala itu berjumlah 6 orang. Dan secara keseluruhan, mereka tidak menolak dan langsung berikrar untuk menjadi ummat muslim.
Baiat Orang Yatsrib Sebagai Mualaf
Setelah itu, disusulah dengan beberapa orang lain dari Yatsrib, dan dari suku lain. Berjumlah 12 orang, mereka berkunjung ke Mekkah untuk menemui Nabi kala itu. Dan di Mekkah, mereka tinggal di ‘Aqabah untuk bertemu dengan Nabi.
Kota Yatsrib maju dan dominan adalah orang-orang muslim di sana. Hingga suatu ketika, Nabi mendapatkan perintah dari Allah untuk berhijrah melalui Malaikat Jibril. Bersamaan dengan itu, ternyata para pemuda dari bangsa Arab, bersiap untuk mengepung Nabi, dan membunuh beliau secara langsung.
Baca juga beritaku: Teks Pidato dan Serba-Serbinya, Serta Metode Hingga Struktur Teks
Lalu dengan inisiatif, Rosul membuat sebuah rencana agar nantinya beliau dan para ummatnya bisa pergi dari Mekkah, dan pergi menuju Madinah. Rosul bersama dengan Abu Bakar, serta Ali bin Abu Tholib, mereka dengan Nabi keluar dan kabur melalui rute lain.
Hal tersebut membuat keadaan pemuda yang mengawasi kediaman Rosul sejak dari sore, kacau seketika, serta berbagai sumpah serapah pun keluar dari mulut-mulut para pemuda tersebut. Hingga pada akhirnya, orang-orang Mekkah pun membuat sayembara untuk pada siapa saja, yang menemukan Nabi dan membawanya kembali ke Mekkah.
Maka mereka akan mendapatkan hadiah 100 ekor unta. Selama perjalanan hijrah Nabi dengan para pengikutnya, selalu mendapatkan perlindungan Allah dalam kurun waktu 3 hari. Sehingga hal tersebut membuat para pemburu hadiah, kesulitan dalam menemukan dimana sebenarnya Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya bersembunyi.
Nabi Muhammad Sampai di Madinah
Dan pada akhirnya, Nabi Muhammad SAW beserta dengan Ummat Islam, sampai ke Madinah meski harus mengalami berbagai masalah dalam perjalanan menuju Madinah.
Dari berbagai penjelasan proses bagaimana Nabi Muhammad SAW bersama dengan Abu Bakar, serta Ali bin Abu Tholib, dan beberapa ummat Islam yang ke Madinah. Walaupun belum ada narasi mengenai narasi tentang “merantau” seperti sekarang.
Nyatanya berpindah dari tempat lain, adalah sebuah budaya atau kegiatan yang sudah ada saat masa Rosulullah. In juga sudah ada penjelasannya dalam Al-Qur’an, yang artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad pada jalan Allah. mereka mengharap rahmat dari Allah, dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang… (Qs. Al-Baqarah: 218).
Aku Ingin Rahmat Allah Dengan Rezeky
Namun bicara mengenai sebuah rahmat Allah, yang mana kita tahu bahwasannya sebuah rahmat, adalah hal yang terpenting bagi Ummat Islam dalam menjalankan kegiatan apapun di dunia, entah bekerja, mengajar, atau bahkan merantau sekalipun dengan tujuan yang berbeda-beda.
Termasuk dengan aku, orang-orang yang izinkan menjauh, merantau dengan tujuan mendapatkan sebuah pekerjaan, dan mendapatkan penghasilan guna memenuhi berbagai kebutuhan yang ada, entah kebutuhan bagi dirinya, orang tuanya, ataupun orang-orang terdekat mereka.
Dan sebuah rahmat adalah hal yang bisa kita minta kepada-Nya, agar nantinya rezeki yang kita dapatkan, bisa menjadikan rahmat yang baik untuk kita. Mencukupi semua perkara dalam hidup, yang menjelma menjadi sebuah kesejahteraan dalam berkehidupan sosial.
Baca juga beritaku: Sakaratul Maut, Ciri Pada Orang Sakit, dan Kisah Rasulullah
Adapun tentang ayat dari rezeki, yang ada pada Al-Qur’an, firman-Nya yang suci dan yang baik:
Artinya: dan tidak ada satupuun manusia bergerak (bernyawa) di muka bumi ini melainkan atas jaminan rezekinya dari Allah. Dia mengetahui tempat kediaman serta tempat penyimpanan. Semua itu tertulis pada kitab yang nyata (Lauh Mahfudz).. Qs. Al-Hud: 6
Aku Ingin Bersedekah Dengan Surah Al Waqiah
Maka sudah semestinya kita mensedekahkan sebagian rezeki aku, kita kepada orang-orang yang mungkin membutuhkan. Dengan begitu, kita akan izinkan menjauh, mendapatkan berbagai kebermanfaatan dari rezeki yang kita dapatkan.
Mengingat surah Al-Waqiah mempunyai banyak keutamaan, yang mana hal tersebut dapat menjadi keberkahan bagi ummat muslim yang selalu taat dan dan senantiasa menunaikan amalan dengan membaca surah Al-Waqiah.
Bahkan Rosulullah bersabda tentang keutamaan dari surah Al-Waqiah ini, yang artinya:
Barang siapa yang membaca surah al-Waqiah setiap malam, maka tidak akan tertimpa kepapaan. Dan surah Al-Waqiah adalah surah kaya, maka bacalah dan ajarkan kepada anak-anakmu…
Penutup
Itulah beberapa hal mengenai tentang berbagai bab, baik rezeki, perantauan, dan sebagainya. Pada dasarnya, semua harus sesuai dengan apa yang Allah ridhoi, dan memang sudah sepantasnya kita ummat islam mencari ridho-Nya. Agar semua yang ada dalam rencana hidup kita, tercapai dengan baik, sesuai dengan keinginan.
Dan jangan sekali-kali kita melakukan hal yang tidak Allah inginkan dan Allah benci. Karena bagaimanapun, kita sedang berusaha, untuk bisa hidup dengan pijakan sendiri, atas keridhoan dari Allah.
Sekian ulasan kali ini, semoga menginspirasi
Daftar Pustaka: