Hujan merupakan fenomena alam rutin yang terjadi di seluruh penjuru bumi. Guyuran hujan bisa datang disertai petir, angin kencang, maupun badai. Menurut proses terjadinya, hujan terbagi menjadi 5 jenis. Temukan informasinya beserta 3 bacaan doa saat turun hujan.
Beritaku.id, Berita Islami – Langit biru perlahan menggelap, matahari berangsur kehilangan kemilap. Awan hitam bergulung, seperti kapas yang menyelimuti horizon bagai sarung. Tak lama, titik-titik air jatuh dari langit. Secara pasti menderas dari awal yang hanya rintik. Hujan telah tiba, membawa simfoni alam yang meranai tanah.
Oleh: Riska Putri (Penulis Berita Islami)
Sang Khalik menurunkan hujan ke muka bumi, sebagai anugerah yang menyimpan teka-teki penciptaan. Tentang hujan pun telah banyak Ia sampaikan melalui kalam suci Al-Quran. Dalam Al-Quran surat Al-Hijr ayat 22, Allah SWT berfirman:
وَأَرْسَلْنَا الرِّيَاحَ لَوَاقِحَ فَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَسْقَيْنَاكُمُوهُ وَمَا أَنْتُمْ لَهُ بِخَازِنِينَ
“Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan, dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air-air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya.”
Sama halnya dengan peristiwa alam lain, hujan menyimpan rahasia yang hanya diketahui Sang Khalik. Karenanya, sebagai orang beriman perlu untuk memaknai hujan dengan baik. Namun, sebelum itu ada baiknya mengenal jenis-jenis hujan itu sendiri.
Jenis-jenis Hujan
Bukan hanya penghuni puspawarna bumi yang bervariatif, namun seluruh kejadian yang ada di semesta juga memiliki sifat yang sama. Begitu pula dengan hujan, tak semuanya adalah sama. Berdasarkan proses terjadinya, hujan terbagi menjadi 5 jenis, sebagai berikut:
1. Jenis Hujan Orografis
Hujan orografis adalah hujan yang terjadi di lapisan langit sekitar puncak pegunungan. Terjadinya hujan orografis karena udara yang mengandung uap air terhalang oleh keberadaan pegunungan. Angin tidak bisa mencapai langit, dan akhirnya tertambat di lereng pegunungan dan membuat udara menjadi dingin. Di ketinggian tertentu, udara dingin tersebut memulai rangkaian reaksi kimia yang bernama kondensasi atau pengembunan. Setelah terkumpul hingga menjadi berat, akhirnya embun meluruh, berjatuhan menjadi hujan.
2. Jenis Hujan Konveksi
Hujan konveksi (hujan zenithal) biasanya terjadi di daerah samudera, danau, atau tanah lapang tanpa kehadiran pegunungan. Berkat ketiadaan penghalang, udara bisa naik secara langsung ke langit. Udara naik karena adanya pemanasan. Di ketinggian tertentu, suhu udara mulai mengalami penurunan yang mengakibatkan pengembunan. Ketika awan tak lagi mampu menahan berat kumpulan titik-titik embun, saat itulah hujan akan turun. Jenis adalah jenis yang paling umum terjadi di daerah beriklim tropis seperti Indonesia.
3. Jenis Hujan Frontal
Aadalah hujan yang terjadi karena pertemuan dua angin berbeda massa udara. Saat bertumbukan, angin dengan massa udara panas akan naik ke atas angin dengan massa udara dingin. Di batas pertemuan keduanya, terjadilah proses kondensasi yang membentuk awan, kemudian terjadilah hujan. Hujan frontal biasa terjadi di daerah dengan iklim sedang.
4. Jenis Hujan Siklonal
Di daerah yang dilalui garis khatulistiwa, terdapat angin yang berhembus secara konstan sepanjang tahun. Angin tersebut bernama angin pasat. Ketika angin pasat timur laut bertemu dengan angin pasat tenggara, pertemuan keduanya mengakibatkan arah angin menjadi berputar-putar. Kombinasi dari angin yang berputar dengan udara panas menyebabkan angin naik ke langit, kemudian berkondensasi di ketinggian tertentu. Hasilnya, gumpalan awan hitam yang segera menurunkan hujan.
5. Jenis Hujan Muson (Hujan Musiman)
Selain angin pasat, negara Indonesia juga dilalui oleh angin bernama muson. Angin muson timur bertiup pada bulan April hingga Oktober. Sifatnya yang kering membawakan musim kemarau ke tanah nusantara. Sedangkan angin muson barat yang bertiup pada bulan Oktober hingga April, bersifat basah karena berasal dari dataran Asia Timur yang berada di penghujung musim dingin. Alhasil, angin muson barat menghasilkan banyak hujan ketika bertumbukan dengan udara tropis Indonesia. Masyarakat Indonesia menyebut periode ini sebagai musim penghujan.
Baca Juga Beritaku: Terapi Air Hujan Agar Cepat Hamil Dan Menjaga Kesehatan Anak
Proses Terjadinya Hujan
Proses terjadinya hujan dimulai dari sinar matahari yang menyapa bumi. Berkas-berkas cahaya matahari, selain mambawa terang, juga membawa hawa panas yang menghangatkan bumi. Ketika bertemu dengan air, panas matahari akan menyebabkan proses evaporasi atau penguapan.
Air yang berada di laut, sungai, dan sumber air lainnya menguap, menyatu dengan udara di sekitarnya. Udara sendiri memiliki dua macam suhu yaitu panas dan dingin. Keduanya senantiasa berkejaran, menjadikan udara selalu berkelana ke seluruh ujung bumi.
Pada dasarnya, udara panas memiliki massa lebih ringan daripada udara dingin. Karena itu, udara panas selalu berada di atas, naik hingga ke bagian langit berias awan. Pada ketinggian tersebut, suhu langit lebih rendah daripada suhu bumi.
Perbedaan suhu lingkungan itulah yang menyebabkan uap air akhirnya mengalami proses kondensasi atau pengembunan. Air yang telah meguap, kembali menjadi titik-titik embun yang menghuni awan-awan. Semakin lama, titik-titik embun menjadi semakin banyak, padat menyesaki relung-relung awan.
Setelah berkumpul selama waktu tertentu, awan akhirnya tak lagi mampu menggendong embun. Maka titik-titik embun luruh menjadi hujan yang membasahi bumi. Jika terjadi saat suhu sedang panas, sebagian air hujan akan kembali menguap dan naik kembali ke langit. Sementara ketika terjadi di musim dingin, embun berubah menjadi kristal yang dikenal sebagai salju.
Banjir, Apakah Salah Hujan?
Sekitar bulan Oktober hingga April, Indonesia berada pada musim penghujan. Masyarakat kerap menghubungkan datangnya musim penghujan dengan fenomena alam bernama banjir, terutama di Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Banjir sendiri sebenarnya adalah suatu peristiwa bencana alam yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan. Hujan yang terus menerus megguyur bumi, menjadi kambing hitam datangnya banjir. Tetapi, benarkah banjir disebabkan oleh hujan?
Sebetulnya, datangnya banjir adalah kehendak Yang Maha Kuasa. Ia menciptakan banjir dengan hakikat untuk menstabilkan ekosistem bumi. Misalnya saja banjir turin yang terjadi di pemukiman kuno sepanjang Sungai Tigris-Eufrat, Nil, Indus, Gangga, dan Sungai Kuning. Datangnya banjir sangat penting di daerah tersebut untuk menjaga kelangsungan sumber energi air terbarukan.
Namun, selain takdir yang telah ditentukan oleh Sang Khalik, nyatanya manusia juga berperan dalam datangnya banjir di beberapa daerah. Sebut saja daerah perkotaan. Pembangunan yang terus menerus membuat kemampuan bumi menyerap air menurun dengan sangat drastis.
Manusia mengganti permukaan tanah dengan beton, mengeruk bumi dan menggantinya dengan gorong-gorong. Tata ruang yang tidak alami ini membuat tanah kehilangan sebagian besar kemampuannya menyerap dan menyimpan air. Maka wajar jika akhirnya air itu meluap kembali ke permukaan, membajiri gedung-gedung dan bangunan buatan manusia.
Selain itu, debit sampah yang tinggi turut menyumbang permasalahan. Pembangunan sebenarnya sah-sah saja, terutama jika tata ruangnya di atur dengan cermat. Tetapi, jika manusia membuang sampah sembarangan, tata ruang sebagus apapun akan jadi sia-sia.
Sampah akan menyumbat sistem drainase, menghentikan aliran air ke gorong-gorong. Hasilnya, air yang tak bisa mengalir jadi menggenang, menenggelamkan kota berkat ulah para manusia itu sendiri.
Hujan memang bisa mendatangkan bajir. Tapi jika alam masih memiliki kemampuan optimal dalam menyerap datangnya hujan, banjir yang terjadi tidak akan berlarut-larut dan justru bermanfaat. Sedangkan manusia merasa takut pada banjir, dan menyalahkan hujan atas datangnya banjir. Tanpa sadar permasalahan itu datangnya dari kelakuan sendiri.
Baca Juga Beritaku: Doa Ketika Hujan Petir, Guntur, Serta Dilanda Musibah Banjir
Doa Saat Hujan, Petir, dan Badai
Dikatakan sebelumnya, datangnya hujan adalah hal yang bermanfaat. Menyangkal hal tersebut, berarti secara tidak langsung kita menyangkal keagungan Sang Khalik. Sebab, Ia mendatangkan hujan sebagai bentuk anugerah dan rasa welas asih-Nya kepada semua makhluk ciptaan-Nya.
Meskipun begitu, adalah wajar jika manusia terkadang merasa takut pada kedatangan hujan. Bahkan, Rasulullah SAW pun pernah berwajah pucat ketika ketika terjadi hujan lebat, dan kembali berwajah cerah saat hujan sudah reda.
Kepada istrinya, Aisyah RA, Rasulullah SAW menyampaikan bahwa beliau merasa khawatir apakah hujan yang datang adalah berkah, atau justru adzab dari Allah SWT. Mendengar kekhawatiran Rasulullah SAW, Aisyah RA kemudian memanjatkan doa:
اللَّهُمَّ صَيِّباً نَافِعاً
Artinya: Ya Allah, turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat.
Selain doa tersebut, sahabat-sahabat Rasulullah SAW yaitu Imam Bukhari, Muslim, dan Malik turut meriwayatkan hadits-hadits berisi doa yang dipanjatkan oleh Rasulullah SAW berkenaan dengan hujan, yaitu:
1. Doa Saat Turun Hujan Lebat
اللَّهُمّ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا,اللَّهُمَّ عَلَى الْآكَامِ وَالْجِبَالِ وَالظِّرَابِ وَبُطُونِ الْأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ
(Bacaan latin: Allahumma haawalaina wa laa ‘alaina. Allahumma ‘alal aakami wal jibaali, wazh zhiroobi, wa buthunil awdiyati, wa manaabitisy syajari.)
Artinya: Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan untuk merusak kami. Ya Allah, turunkanlah hujan ke dataran tinggi, gunung-gunung, bukit-bukit, perut lembah, dan tumbuhnya pepohonan.
2. Doa Saat Turun Hujan Disertai Angin Kencang
اَللهُمَّ إِنِّيْ أَسْئَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا فِيْهَا وَخَيْرَمَا اُرْسِلَتْ بِهِ وَاَعُوْذُبِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّمَا فِيْهَا وَشَرِّمَا اُرْسِلَتْ بِهِ
(Bacaan latin: Alloohumma innii as-aluka khoirohaa wa khoiro maa fiihaa wa khoiro maa ursilat bih. Wa-a’uudzubika min syarrihaa wa syarri maa fiihaa wa khoiro maa ursilat bih)
Artinya: Ya Allah, saya memohon kepada-Mu kebaikan angin ini, kebaikan yang ada di dalamnya, dan kebaikan yang Engkau kirim bersamanya. Dan saya berlindung kepada-Mu dari kejahatan angin ini, kejahatan yang ada di dalamnya, dan kejahatan yang Engkau kirim bersamanya.
3. Doa Saat Turun Hujan Disertai Petir
سُبْحَانَ الَّذِي يُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ وَالْمَلَائِكَةُ مِنْ خِيفَتِهِ
(Bacaan latin: Subhaanalladzii yusabbihur ro’du bihamdihi wal malaaikatu min khiifatih.)
Artinya: Maha suci Allah yang dengan memuji-Nya bertasbihlah halilintar dan juga para malaikat karena takut kepada-Nya.
Selanjutnya, menurut Rasulullah SAW waktu hujan adalah waktu yang mustajab, dimana Allah SWT akan mengabulkan setiap doa yang dipanjatkan kepada-Nya. Dalam kitab Al-Umm, Imam Syafi’i meriwayatkan sebuah hadits dari Rasulullah SAW. Beliau bersabda yang artinya “Carilah doa yang dikabulkan, yaitu ketika bertemunya dua pasukan, waktu ikamah, serta ketika turunnya hujan”.
Manfaat Air Hujan Untuk Kesehatan
Selain datangnya bencana banjir, manusia juga seringkali mengaitkan hujan dengan penyakit seperti demam, sakit kepala, dan masuk angin. Padahal, sebetulnya air hujan merupakan air yang bersih, bahkan bisa jadi lebih bersih daripada air yang dikandung tanah.
Bukankah Allah SWT saja memperbolehkan manusia untuk berwudhu menggunakan air hujan? Logikanya, tidak mungkin Allah SWT memperbolehkan hal tersebut, jika air hujan tidak suci bukan? Sayangnya, kebanyakan masyarakat tidak mengetahui manfaat yang dikandung air hujan untuk kesehatan.
Dilansir dari berbagai sumber, berikut ini beberapa manfaat air hujan untuk kesehatan manusia:
1. Mengobati masalah pencernaan
Air hujan yang masih murni mengandung pH alkali. Artinya, air hujan memiliki kandungan yang sama dengan air hasil penyulingan atau air yang sudah melalui penyaringan (reverse osmosis). Menurut penelitian, air dengan pH alkali dapat membantu menetralkan pH darah, serta membantu membuang racun dan radikal bebas yang ada di dalam tubuh.
Selain itu, air hujan juga tidak mengandung senyawa flourida dan klorin. Karenanya, mengkonsumsi air hujan (terutama setelah dipanaskan hingga mendidih) dapat membantu menenangkan mukosa lambung. Membuat pencernaan lebih sehat karena asam lambung menjadi lebih netral, dan dinding lambung tidak lagi teriritasi.
2. Menyehatkan rambut
Kandungan pH pada air rumah tangga memiliki sifat asam. Keasaman tersebut dapat merusak keratin dan folikel rambut, membuat rambut lebih rapuh dan mudah rontok. Sebaliknya, air hujan memiliki derajat keasaman lebih rendah. Oleh sebab itu, air hujan bisa membersihkan rambut dengan lebih baik, tanpa membawa kerusakan pada keratin dan folikel rambut. Kandungan pH alkali pada air hujan juga bisa meningkatkan pertumbuhan serta memperkuat rambut.
3. Membantu menyehatkan kulit
Selain bermanfaat untuk kesehatan rambut, kandungan pH alkali pada air hujan juga bermanfaat untuk kulit. Sifat basanya bisa membersihkan kulit, sekaligus menjaga kelembapan dan elastisitas kulit. Satu fakta menarik mengenai hal ini, orang-orang yang sering menggunakan air hujan untuk mandi diketahui memiliki kulit tampak awet muda dan bercahaya.
4. Mencegah jerawat dan bisul
Khasiat air hujan yang bersifat ringan dapat membersihkan kulit lebih efektif, karena mampu menghilangkan bakteri jahat penyebab jerawat dan bisul. pH basa dalam air hujan juga dapat membantu meredakan jerawat dan bisul yang meradang.
5. Anti kanker
Disamping membantu meningkatkan kesehatan, pH alkali dalam air hujan juga bisa menghambat proliferasi sel kanker. Hal ini terjadi karena pH alkali berfungsi mengembalikan pH darah dan sel tubuh ke posisi netral. Sederhananya, air hujan bertindak seperti antioksidan alami yang menghambat pertumbuhan sel kanker.
6. Menenangkan pikiran
Suara rintik-rintik hujan merupakan simfoni alam yang memiliki tempo teratur. Keteraturan bunyi tersebut memberikan ketenangan pada alam bawah sadar manusia, membuat syaraf lebih kendur dan pikiran menjadi tenang. Tak ayal, banyak video yang bermunculan di internet (terutama situs YouTube) yang memiliki audio bunyi hujan, yang bertujuan untuk menenangkan pikiran serta mengatasi insomnia.
Baca Juga Beritaku: 4 Doa Agar Hujan Berkah, Cepat Reda Mencegah Banjir Dan Badai
Daftar Pustaka
- Redaksi Ilmugeografi. Jenis Jenis Hujan dan Bentuk Hujan. Ilmu Geografi. https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/iklim/jenis-jenis-hujan.
- Nailufar, Nibras Nada. 2020. Jenis-jenis Hujan: Orografis, Konveksi, dan Frontal. Jakarta: Kompas. https://www.kompas.com
- Angin Muson. Wikipedia Bahasa Indonesia. https://id.wikipedia.org/wiki/Angin_Muson.
- Gischa, Serafica. 2019. Proses Terjadinya Hujan. Jakarta: Kompas. https://www.kompas.com
- Yasmin, Putri, dan Lusiana Mustinda. 2020. Doa-doa Ketika Turun Hujan yang Bisa Diamalkan. Jakarta: Detik News. https://news.detik.com/
- Rahayu, Mutia Isni. 2019. 8 Manfaat Air Hujan yang Mengejutkan (No. 7 Cegah Penyakit Ganas). Jakarta: Dokter Sehat. https://doktersehat.com/manfaat-air-hujan/.