Penutup Pidato Islami
KH Zainuddin MZ, sebagai Penceramah Kondang Dengan Pembukaan dan Penutupan Pidato Yang selalu Segar (Foto:Berbagiteks)

Kalimat Penutup Islami: Pidato, Ceramah, 3 Organisasi Mahasiswa

Diposting pada

Kegiatan Pidato, Ceramah dan kultum terdapat Kalimat Penutup nuansi Islami yang khusus, termasuk pada 3 Organisasi Mahasiswa berikut ini.

Beritaku.Id, Organisasi dan Komunikasi – Seorang pendengar akan menikmati apa yang ia dengar, jika yang menyampaikan adalah memiliki talenta, serta menggunakan bahasa yang menarik, termasuk penutup pidato yang Islami.

Oleh  : Nur Rahmawati (Penulis Organisasi dan Komunikasi)

Kegiatan mendengarkan ceramah dan pidato memang bukan termasuk kegiatan yang cukup menyenangkan.

Terkadang kegiatan ini cepat membuat seeorang merasa bosan dan mengantuk ketika sang pembicara kurang bisa membangkitkan suasana.

Kalau sudah begini, waktu-waktu yang paling kita nantikan adalah waktu ketika sang pembicara masuk pada bagian penutup dari ceramahnya.

Salah Satu Aktifitas Pidato Mahasiswa (Foto:Popbela)

Ada pula waktu saat kita mendapatkan penceramah atau pembicara yang asik, sehingga waktu terasa begitu cepat sehingga tanpa kita sadari telah sampai pada penghujung ceramah.

Baca juga beritaku: Contoh Pembukaan Pidato, Sambutan Atau Ceramah Terbaik

Bagian akhir atau penutup dari sebuah ceramah dan pidato memang mempunyai daya tariknya sendiri.

Beberapa pembicara memilih untuk menutup pidatonya dengan kalimat penutup sederhana seperti ucapan terima kasih dan maaf atas kesalahan selama penyampaian lalu mengakhirinya dengan salam keagamaan.

Selain itu sebelum mengucap salam terkadang ada penambahan penggunaan salam khas suatu organisasi atau golongan tertentu.

Namun tak sedikit pula ada pembicara yang mengolah kalimat-kalimat penutupnya menjadi lebih menarik seperti menyusunnya bak pantun.

Melihat ada banyak cara untuk mengolah kalimat-kalimat penutup, sebenarnya apakah makna dengan kalimat penutup itu sendiri?

Lalu apakah ada perbedaan antara kalimat penutup yang islami dengan kalimat penutup pada umumnya?

Lantas bagaimana bentuk perbedaan kalimat penutup yang ada di Indonesia terutama kalimat penutup organisasi-organisasi Islam?

Berikut diskusi singkat mengenai Kalimat Penutup.

Kalimat Dan Kata Penutup Islami

Secara sederhana kalimat penutup merupakan rangkaian kata-kata penyusun bagian penutup dari suatu pidato dan ceramah.

Kalimat penutup Islami adalah penanda jika pembicara telah sampai pada tahap akhir dalam pidatonya. Begitu pula dalam ceramah.

Pemilihan kata-kata dalam membangun kalimat penutup kerap kali menggunakan kata-kata penyemangat, potongan doa ataupun potongan dari sajak dan puisi.

Para penceramah atau pendakwah sering mengakhiri ceramah serta kultumnya dengan doa-doa keselamatan.

Dan kesejahteraan serta permohonan ampun kepada Tuhan selain menggunakan kalimat-kalimat penyemangat dan penuh harapan sebagai kalimat penutupnya.

Hal serupa berlaku bagi seluruh penceramah dan pendakwah dari berbagai agama serta kepercayaan. Untuk beberapa Organisasi Islam seperti NU atau Muhammadiyah, keduanya mempunyai kalimat penutup khas masing-masing yang “wajib” mereka gunakan oleh setiap pembicara.

Berbicara tentang kalimat penutup dalam pidato, ceramah ataupun kultum rupanya tak terlalu banyak kita temukan perbedaan.

Ketiganya menggunakan sususan kalimat penutup yang tak jauh berbeda yakni memakai kata-kata penyemangat, menyisipkan harapan-harapan dan menyertakan doa sebagai penutupnya.

Perbedaan paling mencolok justru dapat terlihat dari siapakah pembicaranya dan kepada siapa pidato, ceramah dan kultum itu mereka tujukan.

Sebab audiens atau jamaah akan sangat mempengaruhi salam atau kalimat penutup yang kelak mereka pakai.

Bagian Penyusunan Penutup

Meskipun terdengar remeh namun ternyata menyusun kalimat penutup tidaklah mudah.

Baca juga beritaku: Pembukaan Dakwah, 4 Contoh Sambutan Dan Ceramah (Sabar, Ikhlas, Sedekah, Ilmu)

Agar mempermudah dalam proses menciptakan kalimat penutup yang apik maka perlu untuk memperhatikan bagian-bagian penyusunnya.

Bagian penyusun kalimat penutup antara lain :

Menggunakan Kalimat Pengharapan,

Pilihkan kalimat-kalimat pengharapan yang sesuai dengan topik pembicaraan.

Tujuan penggunaan kalimat harapan sebagai penutup adalah agar audiens dapat merasakan harapan yang sama dengan pembicara dan memacu mereka untuk melakukan hal-hal kebaikan tersebut.

Dalam penyampaiannya, kalimat pengharapan ini tersampaikan dengan jelas dan tegas.

Contoh kalimat harapan dalam penutup adalah, “Semoga di Bulan Ramadhan ini kita semua dapat terus meningkatkan kualitas serta kuantitas ibadah kita.”

Jadi pengharapan dalam kata penutup tersebut adalah adanya sebuah gerak perubahan ke arah yang lebih baik.

Menambahkan Himbauan

Setelah kalimat pengharapan, biasanya pembicara akan menyisipkan kalimat himbauan sebagai penutup pidatonya.

Dengan demikian kalimat himbauan dan pengharapan yang kita gunakan akan saling berkaitan satu dengan lainnya.

Contoh kalimat himbauan dalam penutup adalah, “Mari berlomba-lombalah dalam melakukan kebaikan terlebih lagi di bulan penuh rahmat ini sebagai tabungan kita di akhirat kelak.”

Jika kalimat harapan bersifat aktif maka himbauan berbentuk aktif, atau “do it”, untuk mencapai harapan yang ada.

Kesimpulan

Mengakhiri pidato ataupun ceramah dengan kesimpulan bertujuan untuk mengingatkan kembali audiens tentang isi pembicaraan serta penekanan terhadap hal-hal pentingnya.

Biasanya penceramah akan menyebutkan kesimpulan dari ceramah atau kultumnya terlebih dahulu baru menyampaikan harapan dan himbauannya.

Namun tidak ada aturan baku posisi kesimpulan saat bidato dan ceramah, semua bergantung pada kebutuhan.

Ucapan Permohonan Maaf,

Tak sedikit pembicara dalam pidato, ceramah maupun kultum menyampaikan permohonan maaf dalam menutup pembicaraannya.

Hal ini mengacu pada kemungkinan kesalahan ketika penyampaian materi, kekeliruan dalam menafsirkan ayat dan hadits serta kesalahan-kesalahan baik sengaja maupun tidak.

Contoh kalimat permohonan maaf dalam kalimat penutup adalah, “Demikian kultum yang dapat saya sampaikan, kurang lebihnya saya mohon maaf. Segala kesalahan dan khilaf datangnya dari saya dan segala yang benar datangnya dari Allah SWT.”

Apresiasi Mengucapkan Terima Kasih

Kadang kala pembicara mengucapkan apresiasinya dengan rasa terima kasih kepada jemaah atau audiens.

Karena telah mendengarkan serta memperhatikan pidato yang ia sampaikan. Selain menjadi penutup, penyampaian terima kasi juga dapat kita buat saat membuka pembicaraan.

Biasanya setelah ucapan terima kasih dan permohonan maaf maka pembicara akan memberikan salam penutup tanda pidato dan ceramah benar-benar telah berakhir (Admin, 2020).

Aneka Ragam Kalimat Penutup Organisasi Islam

Pernah mendengar ceramah atau pidato dari NU atau Muhammadiyah? Apakah anda menyadari perbedaan keduanya dalam menutup pidatonya?

Usut punya usut ternyata kalimat penutup ceramah dan/atau pidato dalam beberapa organisasi Islam di Indonesia mempunyai perbedaan.

Sebelum menutup pembicaraan dengan menggunakan salam ‘Wassalamualaikum warrohmatullahi wabarrokatu’, beberapa organisasi seperti HMI, PMII, IMM, NU ataupun Muhammadiyah menyisipkan salam penutup khas masing-masing.

Berikut ini sedikit informasi mengenai organisasi islam tersebut beserta salam penutupnya.

Baca juga beritaku: Pidato Khotbah dan Ceramah: Perbedaan 3 Jenis Dakwah Dan Contoh

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

Himpunan Mahasiswa Islam atau HMI lahir pada 5 Februari 1947 di Yogyakarta. Pemrakarsa oleh Lafran Pane.

Kelahiran HMI pada Masa Revolusi itu merupakan salah satu bentuk revolusi sosial.

Logo dan Tagline HMI (Foto: Transisi)

Sebenarnya gerakan revolusi mahasiswa Islam tak hanya terjadi dengan kehadiran HMI saja.

Sebelumnya telah hadir Gerakan Pemuda Islam atau GPII yang berdiri pada tahun 1945, Persyarikatan Mahasiswa Yogyakarta atau PMY pada tahun 1946 dan Serikat Mahasiswa Indonesia Solo atau SMI pada tahun 1946 (Azra, Burhanuddin, & Abdullah, 2015).

Lafran Pane sebagai pendiri HMI mengungkapkan tujuan lahirnya HMI adalah untuk mengajarkan nilai-nilai Islam kepada mahasiswa.

Dalam perkembangannya HMI berkembang hingga ke perguruan tinggi non-agama dengan tujuan untuk mewujudkan idealisme ulama intelek.

HMI mencapai masa kejayaannya sekitar tahun 1970-an dengan menjadi organisasi mahasiswa tertua dan terbesar kala itu. HMI juga memiliki peran penting dalam membentuk cendikiawan Nurcholish Madjid yang terkenal dengan pernyataannya “Islam Yes, Politik No.”

Meskipun demikian ternyata HMI menyumbangkan banyak kader-kadernya di bidang politik.

Tokoh-tokoh seperti Akbar Tanjung, Adi Sasono, M. Amin Rais, AM Fatwa hanya sebagian kecil dari alumni HMI yang berkecimpung dalam dunia politik.

Bicara tentang salam penutup dalam pidato, sebagai organisasi besar tentu saja HMI memiliki salam khas-nya sendiri.

Salam penutup Islami khas HMI ialah “Wabillahi taufiq wal hidayah” yang mempunyai arti “Dan dengan Allah yang memberikan keberhasilan atas kehendak Allah dan petunjuk.”

Kalimat penutup ini kerap kader pakai tak hanya saat ceramah atau pidato namun juga pada administrasinya (Rahmawati, 2020).   

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia atau PMII berdiri pada 17 April 1960.

Kelahiran PMII ini merupakan bentuk respon dari kecenderungan politik umat Islam yang tidak lagi menganggap Masyumi sebagai satu-satunya partai politi bagi umat sejak tahun 1950-an.

Logo PMII (Foto:PmiiGusdur)

Ketua umum pertama PMII adalah Mahbub Djunaidi yang saat itu juga merupakan aktivis dari HMI.

Namun karena di anggap telah melakukan “pengkhiatan” terhadap keputusan Kongres Umat Islam 1949 maka beberapa tokoh HMI yang seperti Mahbub di keluarkan dan tergabung dalam PMII.

Mahbub mengungkapkan jika PMII hadir karena HMI di anggap kurang mampu menampung aspirasi mahasiswa yang berhaluan Ahlus Sunnah wal Jamaah.

Sehingga walaupun PMII hadir karena bentuk ketidakpuasan para mahasiswa ini terhadap HMI, keberadaannya tetap tidak bisa di lepaskan dari dukungan NU sebagai organisasi induknya.

Baca juga beritaku: Pidato Persuasif: 3 Tipe, Unsur, Tujuan Dan Contoh Singkat

Khittah Perjuangan PMII

PMII mempunyai khittahnya sendiri yakni Khittah 1926 sebagai strategi perjuangan untuk tidak terlibat dalam politik praktis.

Sehingga PMII lebih banyak fokus kepada urusan internal organisasi yakni dengan melakukan pengembangan pada aspek inteletualitas dan pemberdayaan civil society (Azra, Burhanuddin, & Abdullah, 2015).

Serupa dengan HMI, sebagai organisasi mahasiswa yang cukup besar tentulah PMII mempunyai salam dan kalimat penutup Islami sendiri.

Salam penutup PMII adalah,Wallahul muwafiq ila aqwamit-thariq yang berarti Allah adalah zat yang memberikan petunjuk ke jalan yang selurus-lurusnya.

Salam penutup ini pertama kali tercetuskan oleh KH. Ahmad Abdul Hamid yang merupakan seorang pengurus pondok pesanter Al Hidayah sekaligus imam masjid besar Kendal.

Salam penutup PMII ini serupa dengan salam penutup milik Nahdatul Ulama (NU).

Sebelumnya NU mempunyai salam penutup berupa, “Billahit taufiq wal-hidayah” namun setelah musim kampanye pemillu tahun 70-an.

Partai Golkar menggunakan salam penutup ini pada pidato-pidatonya sehingga salam ini kemudian banyak terpakai oleh orang-orang dari luar NU dan PMII.

Hal inilah yang membuat KH. Ahmad Abdul Hamid merasa salam khas NU hilang sehingga beliau mencetuskan salam penutup yang baru dan mereka nilai cukup sulit terucapkan oleh orang-orang non NU (Assyarifie, 2017).

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah atau IMM berdiri pada 14 Maret 1964 di Yogyakarta.

Organisasi ini merupakn organisasi mahasiswa Muslim terakhir yang berdiri pada masa Orde Lama.

Latar belakang kehadiran IMM adalah sebagai bentuk kekecewaan generasi muda Muhammadiyah kepada kurang konsistennya HMI terhadap ideologi modernisnya.

Logo IMM (Foto: Toba satu)

Jika PMII berisikan mahasiswa yang berafiliasi NU maka IMM berisikan mahasiswa yang berafiliasi Muhammadiyah.

Kehadiran IMM juga terdorong dengan munculnya perguruan tinggi di lingkungan Muhammadiyah (Azra, Burhanuddin, & Abdullah, 2015).

Berbeda dengan PMII, kehadiran IMM tidak menimbulkan konflik intra HMI. Hal ini karena saat PMII berdiri di ikuti pula dengan keluarnya aktivis modernis dari HMI.

Kehadiran IMM lebih sebagai organisasi alternatif bagi mahasiswa yang memiliki ideologi modernis.

Selain itu juga IMM yang dominan di perguruan tinggi Muhammadiyah bukanlah ancaman bagi HMI.

Sebagai organisasi sosial Mahasiswa, IMM menaruh perhatian pada isu-isu politik dan kemanusiaan.

IMM turut bergabung dengan gerakan mahasiswa dan kaum intelektual dalam menuntut mundurnya Soeharto pada gerakan reformasi 1997 (Azra, Burhanuddin, & Abdullah, 2015).

Tidak jauh berbeda dengan HMI dan PMII, IMM juga mempunyai salam khas-nya sendiri sebagai salam penutup pada setiap pidato-pidato mereka.

Salam penutup IMM ini serupa dengan salam milik organisasi Muhammadiyah. Salam penutup yang ada pada IMM adalah, “Billahi fi sabilil haq, fastabiqul khairat,” yang memiliki arti berlomba-lombalah kalian dalam kebaikan (Al-baqarah : 148).

Billahi sebagai bentuk representasi naluri dan gagasan yang teraktualisasikan dalam prinsip nilai kemanusiaan. Dan Fii Sabilil haq mempunyai makna pemaksimalan potensi diri yang didukung oleh kekuatan moral dan perilaku baik sebagai jembatan untuk mencapai keberkahan (Rahmawati, 2020).

Kesimpulan:

Perbedaan salam penutup ini bukan karena organisasi-organisasi ini saling serang satu dengan lainnya namun semata-mata karena perbedaan ideologi yang mereka anut.

Seperti PMII dan NU yang masih satu kesatuan karena PMII berafilisasi dengan NU sehingga salam penutup kedua organisasi ini serupa, begitu pula dengan IMM dan Muhammadiyah.

Perbedaan salam penutup ini meskipun terlihat sederhana namun dapat memicu perselihan seperti pada kasus Rakornas KAHMI atau Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam di Jambi pada 2018 silam.

Pembaca acara melakukan kesalahan dengan salah menyebutkan akromin dari HMI yang seharusnya Himpunan Mahasiswa Islam menjadi Himpunan Mahasiswa Indonesia.

Dan yang paling fatal adalah salah mengucapkan salam penutup yakni dengan menggunakan Allahummafik Illaakhwamitorik..” Hal ini sempat membuat rakornas nyaris ricuh karena pembawa acara merka anggap tidak menghargai organisasi tersebut (Sultan, 2018).

Demikianlah Kalimat Penutup dalam pidato, ceramah Islami maupun kultum serta kalimat atau salam penutup dari beberapa organisasi yang perlu kita ketahui.

Kelak saat kita menjadi pembicara hendaklah memperhatikan unsur-unsur dalam membangun kalimat penutup serta tak lupa mengenal siapakah audiens kita demi menghargai serta menghormati mereka.

Sumber :

Admin. (2020, November 14). Contoh Penutup Pidato. Retrieved from Manjakan: https://manjakan.com/penutup-pidato/

Assyarifie, Z. (2017, Mei 17). Siapa Pencetus Kalimat “wallahul Muwafiq ila Aqwamith Thoriq?”. Retrieved from itnnujabar: https://ltnnujabar.or.id/%E2%80%8Bsiapa-pencetus-kalimat-wallahul-muwafiq-ila-aqwamith-thoriq/

Azra, A., Burhanuddin, J., & Abdullah, T. (2015). Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia (Institusi dan Gerakan) Jilid 3 . Jakarta: Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya, Direktorak Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Rahmawati, D. (2020, September 29). Jangan Sampai Tertukar, Inilah Perbedaan Salam Penutup HMI, PMII dan IMM. Retrieved from Gerak Aksara: https://gerakaksara.com/jangan-sampai-tertukar-inilah-perbedaan-salam-penutup-hmi-pmii-dan-imm/

Sultan, A. (2018, November 24). Rakornas KAHMI di Jambi Ricuh Gara-gara MC di anggap Lakukan Kesalahan Fatal. Retrieved from okenews: https://news.okezone.com/read/2018/11/24/340/1982257/rakornas-kahmi-di-jambi-ricuh-gara-gara-mc-dianggap-lakukan-kesalahan-fatal

Setkab.go.id, Kemlu.go.id.