Kisah Nabi Zakaria: Kisah Kenabian, dan 5 Hikmah Keteladanannya

Diposting pada

Kisah nabi Zakaria sarat dengan hikmah yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Dalam bentuk seorang bayi bernama Yahya, Allah tunjukkan kekuasaan-Nya sebagai ganjaran bagi ketaqwaan nabi ke-22 itu. Terdapat 5 hikmah penting dari kisah itu yang dapat kita teladani untuk kehidupan.

Beritaku.Id, Kisah Para Nabi Dan Rasul – Allah menceritakan kisah Nabi Zakaria dalam Al-Quran sebagai pelajaran berharga bagi umat manusia. Ia menunjukkan betapa berharganya sebuah harapan dan prasangka baik kepada Allah yang di wujudkan dalam bentuk keshalehan.

Oleh Riska Putri (Penulis Kisah Para Nabi Dan Rasul)

ilustrasi kehidupan umat nabi zakaria. sumber okezone muslim

Anugerah berupa anak yang di berikan Allah kepada Nabi Zakaria dan isterinya, merupakan sesuatu yang tidak dapat di cerna oleh nalar manusia. Bahkan sang nabi sendiri pun sempat tak percaya dengan apa yang terjadi kepadanya. Namun, hal itulah yang membuktikan betapa kuasanya Allah terhadap langit dan bumi. Serta segala makhluk yang ia ciptakan.

Ilustrasi nabi zakaria berdakwah. sumber pinterest

Dalil yang menceritakan perjalanan hidup Nabi Zakaria memang tidak panjang dan rinci. Kita hanya di suguhi informasi tentang masa tua Nabi Zakaria yang penuh penantian akan hadirnya seorang putra. Dari kisah tersebut kita juga mendapatkan gambaran tentang ketaatan dan keluhuran akhlak seorang Nabi Yahya.

Ilustrasi nabi zakaria dan istrinya tengah berdoa. sumber suarawajarfm

Seperti apa kesabaran Nabi Zakaria dalam memelihara harapan dan prasangka baik kepada Allah? Sikap apa pula yang bisa teladani dari beliau? Berikut ini penjelasannya.

Baca Juga Beritaku: Kisah Nabi Ismail AS, Air Zamzam Hingga Ka’bah

Kisah Kenabian Zakaria

Nabi Zakaria merupakan keturunan dari pada nabi shaleh dan istimewa, yaitu Nabi Sulaiman dan Nabi Daud. Istrinya merupakan adik ipar Imran yang sangat terkenal keshalehannya. Hingga Allah mengabadikan nama Imran sebagai nama salah satu surah dalam Al-Quran.

Baitul Maqdis. Sumber Agatha Tour

Imran bukanlah seorang nabi. Namun Allah meninggikan derajat keluarganya serta memberkahi rumah tangganya. Hingga banyak terlahir manusia-manusia mulia sebagai keturunan Imran. Termasuk di antaranya adalah Siti Maryam dan Nabi Isa AS.

Dari sini, kita dapat menyimpulkan bahwa Nabi Zakaria dan istrinya berasal dari keluarga yang termasyur akan ketaqwaannya. Pasangan ini bukan pasangan biasa. Akhlak baik dan kepribadian terpuji telah mengalir dalam darah keduanya.

Suatu hari, Allah menunjuk Nabi Zakaria sebagai wali bagi Siti Maryam. Seperti di ceritakan dalam Al-Quran, Siti Maryam adalah seorang wanita shalehah yang hanya mengabdikan untuk beribadah kepada Allah. Siang dan malamnya di isi dengan doa dan pujian yang ia panjatkan di Rumah Doa di Yarussalem. Tak ada secercah pun kemilau duniawi yang mampu membuai hatinya yang di liputi dengan cinta tulus kepada Tuhan.

Setiap hari, Nabi Zakaria mengunjungi wanita shalehah itu di dalam mihrabnya. Rutinitas ini ia lakukan untuk memastikan bahwa Siti Maryam mendapatkan segala hal yang ia butuhkan.

Setiap kali mengunjungi Maryam, Nabi Zakaria selalu terkesima dengan apa yang di milikinya. Buah-buahan di musim dingin, tersaji di dalam kamar Maryam pada musim panas. Begitu pula dengan buah-buahan musim panas, tersedia melimpah di kamarnya pada musim dingin.

Merasa heran, Nabi Zakaria bertanya kepada Maryam bagaimana ia mendapatkan semua itu sementara ia tak pernah meninggalkan Rumah Doa? Maryam menjawab:

“Itu dari Tuhan. Sesungguhnya, Allah menyediakan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan. ” (Al-Quran Surah Ali Imran ayat 37)

Nabi Zakaria Mendapat Mukjizat Seorang Anak

Menyaksikan ketaqwaan total yang dilakukan oleh Maryam, akal dan hati Nabi Zakaria seakan tersentuh. Keyakinannya bahwa Allah adalah sebaik-baik Pemberi Rezeki dan sebaik-baik Pemelihara, kian menebal.

Ia pun teringat tentang hajatnya yang tak kunjung terkabul: memiliki seorang putra. Sungguh besar keinginannya memiliki pewaris yang akan meneruskan dakwah kepada umatnya. Ia ingin seruan untuk menyembah Allah sebagai satu-satunya Tuhan tetap bergema di penjuru negeri.

Sayang seribu sayang. Ia dan istrinya telah tua renta. Mereka pun tak subur lagi seperti pada masa mudanya. Puluhan ribu siang dan malam telah ia habiskan untuk memanjatkan doa, meminta agar Allah memberinya buah hati. Namun tanda-tanda kehamilan tak kunjung datang.

Terinspirasi oleh Maryam, Nabi Zakaria pun bangun di suatu malam untuk berdoa. Dengan penuh kerendahan diri dan suara lembut, ia menyebut nama Tuhannya secara diam-diam. Ia memohon diberikan putra. Berharap keinginan hatinya itu dapat terkabul, meski kemampuan fisiknya tak memadai lagi. Kemudian, hari yang penuh kebahagiaan itu pun tiba. Dalam Surah Ali Imran, Allah SWT menerangkan:

“Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakaria, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (katanya): “Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi pengikut, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang shaleh”.

Kelahiran Yahya Sebagai Keturunan Nabi Zakaria

Nabi Zakaria tercengang mendengar kabar itu. Bukan bermaksud menyepelekan kekuasaan Allah yang mampu mewujudkan segala doa, namun kekagetan itu adalah reaksi manusiawinya. Keterbatasan akal manusia, tak mampu memahami bagaimana seorang tua yang mandul dapat memiliki anak.

Untuk meyakinkan hatinya, Zakaria berkata, “Ya Tuhanku, berikanlah aku tanda (jika istriku mengandung)”. Kemudian Allah memberinya jawaban yang kemudian diabadikan dalam QS Maryam ayat 10):

“Tanda bagimu adalah bahwa engkau tidak dapat bercakap-cakap dengan manusia selama tiga malam, padahal engkau dalam keadaan sehat”

Tak ayal, kabar ini membuat Nabi Zakaria dan Elisabeth (istrinya) begitu bahagia. Ketabahan mereka akhirnya berbuah indah dengan hadirnya seorang putra yang diberkati. Bahkan Allah memilihkan sendiri nama untuk putra luar biasa itu: Yahya.

Nabi Zakaria yang sungguh jujur dan tulus, memenuhi ucapannya untuk menjadikan sang putra sebagai peneurs dakwah. Sejak kecil Yahya telah diajarkan Taurat, sebagaimana yang Allah perintahkan kepadanya dalam Surah Maryam ayat 12:

“Wahai Yahya! Ambilah (pelajarilah) kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan Kami berikan hikmah kepadanya (Yahya) selagi dia masih kanak-kanak”

Baca Juga Beritaku: Kisah Nabi Yusuf dan Zulaikha, Dari Sumur, Penjara dan Tahta Raja

Kisah Nabi Yahya Dan Perjuangannya

Yahya pun tumbuh menjadi seorang nabi dan pemuka agama yang dihormati. Dengan penuh kesabaran, ia terus mengingatkan Bani Israil untuk kembali kepada Allah. Meninggalkan kemaksiatan dan dosa-dosa dunia yang penuh dengan buaian.

Namun akhir hayat Nabi Zakaria dan Nabi Yahya, begitu tragis. Abdul Mun’im meriwayatkan dari Idris bin Sinan dari ayahnya dari Wahab bin Munbih bahwa ayah dan anak itu mati di tangan raja Romawi yang lalim.

Beberapa saat sebelum kematiannya, Nabi Yahya telah membuat raja yang berkuasa saat itu begitu geram. Sehingga terjadilah perselisihan di antara keduanya. Akar permasalahannya adalah sang raja bernama Herodus itu nekad ingin menikahi keponakannya sendiri yang bernama Herodia. Sementara Nabi Yahya menentang rencana itu dengan tegas.

Alasan perlawanan itu adalah perkawinan sedarah dilarang dalam Taurat. Sebagaimana seorang pemuka agama dan hamba Allah yang taat, Nabi Yahya menyerukan peringatan ketika melihat pelanggaran.

Raja Herodus yang sombong sangat tidak terima dengan sikap yang dianggapnya kurang ajar itu. Dia pun memerintahkan agar tentaranya memburu Yahya. Sang Nabi muda nan shaleh itu pun akhirnya ditangkap dengan mudah dan segera dihukum mati.

Mendengar kabar pahit itu, Nabi Zakaria begitu terpukul. Meski putra semata wayangnya itu meninggal dalam keadaan membela agama Allah, ia tetaplah anak yang sangat dikasihi. Maka kematian Yahya pun meninggalkan luka menganga di hati Zakaria.

Akhir Kisah Nabi Zakaria

Nabi Zakaria yang sama-sama menentang pernikahan Herodotus dan Herodia, menjadi sasaran selanjutnya. Puluhan tentara dikirim untuk mengejar nabi yang kukuh pada imannya itu.

Karena ketakutan, Zakaria pergi ke hutan untuk menghindari kejaran tentara. Dalam pelariannya, ia terus berdoa memohon perlindungan dan bantuan kepada Allah. Tiba-tiba langkahnya terhenti di depan sebuah pohon yang sangat besar. Dengan seizing Allah, pohon itu pun terbelah dan Nabi Zakaria bisa masuk ke dalamnya. Kemudian pohon itu menutup seperti sedia kala sehingga tak terlihat ada manusia di dalamnya.

Namun, dengan cara yang licik setan memberi tahu para prajurit itu tentang lokasi persembunyian Zakaria. Mereka pun mengambil sebongkah gergaji dan membelah pohon itu hingga Nabi Zakaria ikut tertebas. Sama seperti putranya, Nabi Zakaria meninggal dalam keadaan syahid.

Begitulah segelintir kisah ke-22 bernama Zakaria. Dari Al-Quran, kita memperoleh informasi tentang moment terbaik dalam hidup beliau. Meski hanya mengetahui sepenggal cerita hidupnya, hal itu telah cukup memberikan kita pelajaran yang berharga bagi bekal kehidupan.

Bahwa ketabahan, sikap berserah diri, dan prasangka baik adalah kunci untuk mengetuk pintu rezeki dari Allah. Ialah sebaik-baik Pengasih, Penyayang, Pemelihara, dan Pemberi Rezeki. Hendaklah hanya kepada-Nya kita menggantungkan segala harap dan doa.

Tempat Berdakwah dan Nama Kaum Nabi Zakaria

Pada periode tahun 332-160 SM, dinasti-dinasti dari Yunani menguasai wilayah Palestina. Mereka sangat mendorong masyarakat Palestina untuk mengikuti kebudayaan dan relasi sosial-keagamaan ala bangsa Yunani. Proses ini disebut sebagai Helenisasi.

Kebijakan itu sangat ditentang oleh umat Yahudi yang mendiami Palestina. Hingga akhirnya meereka melancarkan serangan pemberontakan. Upaya itu pun membuahkan hasil. Bangsa Yunani berhasil dipukul mundur dan umat Yahudi menduduki kursi kekuasaan di bawah kepemimpinan Hashmonayim.

Di tahun 37 SM, Herodes menggeser kekuasaan Hashmonayim dan naik sebagai raja atas sokongan dari Kerajaan Romawi. Pada masa-masa inilah, Nabi Zakaria hidup dan menyebarkan ajaran Taurat sebagaimana diperintahkan oleh Allah.

Sehingga dapat di simpulkan bahwa beliau berdakwa di wilayah Palestina dengan para pengikut yang berasal dari bangsa Bani Israil (Yahudi).

Baca Juga Beritaku: Awan Hitam Kaum Madyan Pada Kisah Nabi Syuaib AS Yang Ahli Ahli Pidato

Hikmah dan Keteladanan dari Nabi Zakaria

Kisah hidup Nabi Zakaria yang telah di paparkan di atas, mengandung banyak hikmah dan keteladanan yang dapat kita terapkan. Antara lain adalah sebagai berikut:

1. Kesabaran Selalu Berbuah Manis

Ibnu Katsir mengatakan bahwa Nabi Zakaria baru di karuniai putra pada usia 77 tahun. Bayangkan betapa melimpah kesabaran yang dimiliki oleh Nabi Zakaria dan istrinya yang terus berdoa selama puluhan tahun. Hingga akhirnya Allah pun memberikan apa yang selama ini di dambakannya.

Maka bagi kita yang tengah memperjuangkan mimpi-mimpi, tetaplah bersabar karena Allah menyukai penyabar. Kerendahan hati kita akan mengetuk pintu rezekinya, entah esok, lusa, atau hari-hari setelahnya. Namun yang pasti, kesabaran tak akan berakhir kepahitan. Asalkan kita yakin pada rencana Allah.

2. Berdoalah Kepada Allah dengan Kepasrahan dan Kelembutan

Allah SWT mengabulkan doa Nabi Zakaria tatkala ia mengucapkan permohonannya secara sembunyi-sembunyi. Tak ada keangkuhan sedikit pun yang tersirat. Baik dalam nada, kata-kata, maupun gerak tubuh Nabi Zakaria. Hal itu menjadi contoh yang baik bagi kita tentang adab berdoa kepada Allah.

3. Menjaga Harapan dan Prasangka Baik Kepada Allah

Meski akal sehat dan ilmu pengetahuan mengatakan bahwa Nabi Zakaria dan istrinya tak mungkin memiliki anak, Allah menunjukkan sebaliknya. Karena segala sesuatu itu mudah bagi Allah.

Hal ini mengingatkan kita untuk terus berpikir positif dan berharap yang terbaik. Meski keadaan tak terlihat mudah dan jalan keluar tertutupi kabut misteri. Yakinlah, Allah selalu ada bagi hamba-Nya yang taqwa.

4. Memenuhi Janji

Nabi Zakaria berkata bahwa ia menginginkan seorang putra untuk menjadi penerus dakwah. Hal ini benar-benar terwujud karena beliau mendidik Nabi Yahya dengan baik sejak kecil. Tak ada kesombongan ataupun rasa berpuas diri yang berlebih dalam diri Nabi Zakaria. Ia menepati kata-katanya kepada Allah.

5. Teguh pada Kebenaran

Meski hidup Nabi Zakaria dan Yahya berakhir tragis, mereka mati dalam keadaan syahid. Keduanya memegang teguh ajaran agama walau nyawa taruhannya. Tidak ada ketakutan dalam hati mereka, selain rasa takut terhadap Allah. Maka surga adalah ganjaran bagi keduanya.

Itulah hikmah yang bisa kita teladani dari kisah Nabi Zakaria yang shaleh lagi berbudi mulia. Semoga menjadikan kita pribadi yang lebih baik dan mampu mengaplikasikan pelajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Baca juga beritaku: Silsilah 25 Nabi & Rasul: Asal Usul, Lokasi Dakwah Dan Sejarah Singkat

Daftar Pustaka

  1. Mardatila. 2020. Kisah Nabi Zakaria, dan Penantiannya Puluhan Tahun Mengharap Anak. https://www.merdeka.com
  2. Benarkah Kisah Nabi Zakaria dan Yahya Berakhir Tragis. https://www.eramuslim.com
  3. Zakariyya. https://id.wikipedia.org/wiki/Zakariyya