Kahar Muzakkar merupakan sosok pahlawan nasional. Beliau pernah melayangkan tuntutan kepada pemerintah namun tertolak, karena itu ia melancarkan 2 tahap pemberontakan. Peristiwa ini kita kenal sebagai Pemberontakan Darul Islam atau Tentara Islam Indonesia. (DI/TII).
Beritaku.id, Berita Pendidikan – Berjalan di tengah kilauan lampu-lampu yang begitu indah di malam hari. Gedung yang menjulang tinggi, memukau setiap mata yang melihatnya.
Dengan teknologi yang ada pada zaman modern ini, manusia dapat melakukan setiap kegiatan dengan mudah. Berkunjung ke berbagai tempat di penjuru nusantara maupun melanglang buana ke negara-negara yang ada di dunia.
Oleh: Riska Putri(Penulis Berita Pendidikan)
Mendapatkan informasi, memberi kabar, bekerja, dan lain-lain hanya menggunakan satu barang kecil yang memiliki kecanggihan di dalamnya. Setiap orang pada zaman ini, berhak memberikan pendapat atau mengkritik sesuatu hal dengan bebas dengan menggunakan cara yang baik.
Lain halnya dengan di masa lalu. Zaman yang begitu kelam, penuh ketakutan, karena terintimidasi oleh kalangan elit yang sewenang-wenang. Seperti itulah suramnya masa penjajahan. Namun, dengan keberanian para pahlawan, perjuangan kemerdekaan membuahkan hasil yang gemilang. Generasi saat ini pun bisa menikmati kebebasan.
Namun, perjuangan besar itu perlu untuk selalu kita kenang dan teruskan. Sebagaimana Bung Karno, pada pidato pada 17 Agustus 1966 pernah mengatakan:
“Djangan Sekali-kali Meninggalkan Sedjarah.”(Soekarno, 1966)
Dengan tidak meninggalkan sejarah, kita akan lebih menghargai dan menjaga apa yang kita miliki saat ini. Dalam artikel ini akan memberikan informasi sejarah tentang sosok Kahar Muzakkar yang berpengaruh dalam kemerdekaan dan pemberontakannya di Sulawesi Selatan.
Sosok Kahar Muzakkar
Abdul Kahar Muzakkar atau lebih terkenal dengan Kahar Muzakkar memiliki nama kecil “La Domeng”. Ia lahir di Lanipa, Ponrang Selatan, Luwu, Sulawesi Selatan, Hindia Belanda pada tanggal 24 Maret 1921. Ia merupakan tokoh Muhammadiyah yang mendapat gelar sebagai pahlawan nasional.
Beliau menempuh pendidikan di Standarschool milik Muhammadiyah dan lulus pada tahun 1935. Setelah itu, ia pun melanjutkan pendidikan ke sekolah guru Mualimin Solo yang berada di bawah naungan Muhammadiyah. Ia juga aktif dalam pasukan Hizbul Wathan (HW).
Banyak kisah yang tertulis mengenai sang overste (Letkol) Kahar tentang kepatriotan sampai pemberontakannya kepada pemerintah Soekarno pada masa itu. Ia memiliki sikap yang anti feodalisme dan anti penjajahan.
Hal ini di tunjukkan ketika masih berada di tanah kelahirannya di Luwu. Ia pernah memberontak kepada para kepala adat setempat. Alasannya karena dia membenci sistem feodal yang saat itu berlaku di Sulawesi Selatan. Selain itu, ia juga geram karena pemerintah tidak ingin mengusir Jepang dari tanah kelahirannya.
Akibat hal tersebut, maka Kerajaan Luwu menghukum Kahar Muzakkar dengan tuduhan menghina kerajaan dan mencuri. Hukuman yang ia terima adalah “ri paoppangi tanah”, yaitu yang mengharuskannya keluar dari tanah kelahiran di Luwu. Beliau lalu keluar dari kampung halamannya dan balik ke Solo.
Berbagai Aksi Patriotisme Kahar Muzakkar
Setelah proklamasi 17 Agustus 1945, ia lalu pergi ke Jakarta. Di kota ini lah, Kahar sang pejuang kemerdekaan mendirikan Gerakan Pemuda Indonesia Sulawesi, yang selanjutnya berubah menjadi Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi. Banyak hal yang ia lakukan untuk memperjuangkan negara ini. Dengan berbagai aksi patriotisme telah ia tunjukkan, yakni:
- Pada 19 September 1945 saat Presiden Soekarno dan wakilnya Muhammad Hatta di desak agar berpidato. Ia berkesempatan menjadi pelindung kedua proklamator tersebut. Dengan berani Kahar mendesak mundur bayonet-bayonet pasukan Jepang yang pada saat itu telah mengepung.
- Pada Desember 1945 ia membebaskan sekitar 800 tahanan di Nusakambangan. Kemudian membentuknya sebagai laskar andalan di bawah Badan Penyelidik Khusus atau Badan Intelejen di bawah pimpinan Kolonel Zulkifli Lubis. Lalu mengikuti serangkaian pertempuran penting dalam mempertahankan kemerdekaan. Oleh karena itu, karirnya di Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI) semakin menanjak.
- Pada serangan umum 1 Maret 1946 ia bersama laskarnya menjadi pertahanan paling depan dan mereka mampu menguasai Yogyakarta selama 6 jam, namun yang saat itu di agung-agungkan adalah Soeharto. Pada akhirnya, ia menjadi Komandan Tentara Republik Indonesia-Sulawesi dan menjadi orang Bugis-Makassar pertama yang berpangkat sebagai letnan kolonel (Letkol).
Baca Juga Beritaku: Pahlawan Perawat, Emmy Saelan Yang Mati Di Ujung Peluru Belanda
Tuntutan kepada Pemerintah
Sejak awal tahun 1950, terjadi perselisihan antara mantan pasukan geriliya dengan petinggi militer di Sulawesi Selatan. Kolonel Kaliwarang yang merupakan Panglima Komando Tentara dan Teritorial Indonesia Timur (KTTIT) memerintahkan kepada Kahar Muzakkar bersama Mursito untuk menemui pasukan Komando Geriliya Sulawesi Selatan (KGSS) di pedalaman dan memberikan pengertian kepada mereka bahwa peleburan ini di lakukan secara perorangan apabila memenuhi syarat untuk masuk APRI.
Kesatuan ini terbentuk saat perang kemerdekaan dan berkekuatan 16 batalyon atau satu divisi. Pemerintah menginginkan agar KGSS di bubarkan terlebih dahulu untuk selanjutnya di lakukan re-organisasi tentara kembali dalam rangka penataan ketentaraan.
Namun, anggota kelompok ini menolaknya. Kahar Muzakkar sebagai komandan resimen oleh anggota kelompok KGSS, mereka meminta penggabungan secara berkelompok.
Ia melayangkan tuntutan kepada pemerintah dengan mengirimkan surat, agar seluruh anggota KGSS masuk ke dalam APRI dengan mengambil nama “Brigade Hasanuddin”. Sebagai respon pemeritah yang akan membubarkan pasca-revolusi kemerdekaan selesai.
Presiden Soekarno menolak tuntutan ini, karena mayoritas anggota kesatuan ini tidak memenuhi syarat sebagai tentara yang profesional. Hanya sebagian saja yang lolos dalam saringan perekrutan sebagai Angkatan Perang Republik Indonesia. Pemerintah hanya bersedia bila eks-KGSS masuk ke dalam Korps Cadangan Militer.
2 Tahap Pemberontakan
Alasan Kahar Muzakkar mulai memimpin pemberontakan dengan bergabungnya ia dalam pasukan geriliya Sulawesi Selatan, karena adanya penolakan atas tuntutannya tersebut.
Ia termasuk dalam kubu yang mendukung pasukan KGSS. Pada tanggal 5 Juli 1950, secara resmi ia meletakkan tanda pangkat letnan kolonelnya di depan Kawilarang dan memilih bergabung dengan pasukan geriliya. Kekecewaan yang ia rasakan begitu besar kepada pemerintah, memaksanya untuk melakukan aksi separatisme.
Ia melakukan pemberontakan sebanyak dua tahap. Pada tahun 1950 sampai 1952 yang merupakan pemberontakan pada tahap pertama dan pada tahun 1953 sampai 1965 merupakan pemberontakan kedua.
- Pada tahap pertama pemberontakan (1950-1952), Kahar dan kelompoknya menggunakan Pancasila sebagai ideologi gerakannya. Ia juga menggalang masa untuk melakukan pemberontakan di tahap berikutnya.
- Pada tahap kedua pemberontakan (1953-1965), ideologi yang semula Pancasila berubah menjadi ideologi Islam atau dapat kita sebut sebagai revolusi islam.
- Kemudian pada 20 Januari 1952 Kahar Muzakkar memutuskan untuk bergabung dengan Darul Islam atau Tentara Islam Indonesia (DI/TII) pimpinan Kartosoewirjo.
Namun dalam perjalanannya, ia memilih mendirikan negara Islam sendiri. - Kemudian, pada 7 Agustus 1953 ia mengumumkan jika Sulawesi Selatan dan daerah sekitarnya adalah bagian dari Negara Islam Indonesia. Ia ingin membuat perubahan dalam banyak hal di jazirah Sulawesi Selatan.
Negara Islam yang di dirikan Kahar Muzakkar hanya terkenal di hutan-hutan sekirar Gunung Latimojong, Enrekang, Sulawesi Selatan. Negara ini bernama Republik Persatuan Islam Indonesia (RPII). Dengan adanya RPII, ia harus bermusuhan dengan Soekarno, yaitu sosok yang sempat di jaganya dalam peristiwa Ikada.
Sebelum RPII berdiri, pihak Kahar Muzakkar mengadakan pertemuan dengan tentara pemerintah pada 21 Oktober 1961.
Kemudian, ia menyerahkan komando pasukannya kepada Panglima Kodam Hasanuddin Kolonel M. Jusuf, pada 12 November 1961. Namun, tidak tercapainya kata sepakat dan Kahar tidak jadi menyerah. Meski kekuatannya makin melemah pada 1960-an, akibat “tergembosi”.
Baca Juga Beritaku: Andi Mappanyukki Raja Bone Ke-33, Sosok Pahlawan
Penangkapan Kahar Muzakkar
Pada hari berikutannya, Jusuf melayangkan laporan kepada Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Letnan Jendral Achmad Jani dan Preside Soekarno, bahwa perundingan tidak perlu lagi. Pada saat itu dikirimkan pasukan TNI dari dari Jawa untuk mengadakan “Operasi Kilat”. Di satu sisi, pasukan Kahar kian berkurang, lebih lagi setelah koleganya, Bahar Mattaliu terhasut propaganda dari pemerintah.
Pada tahun 1965, pasukan Kahar mulai terdesak dan saat lokasi persembunyiannya di ketahui, pada tanggal 3 Februari ia di tangkap dan tertembak mati oleh pasukan Siliwangi dari Batalyon 330 Kujang I, di tepi Sungai Lasolo, Sulawesi Tenggara.
Ia terkena tiga peluru yang meletup dari senjata Thomson milik Kopral Dua Ili Sadeli sehingga menembus dadanya hingga tewas tepat pukul 06.05 WIB.
Kontroversi mengenai kematiannya muncul setelah penembakan, ada yang meyakini bahwa ia masih hidup dan menyembunyikan diri. M. Jusuf yang bertanggung jawab atas jenazah Kahar melarang istrinya yang bernama Corry untuk melihat jasad suaminya yang kala itu terbang ke Makassar.
Saat tiba di Makassar, Jusuf memanggil dua anak Kahar yaitu Abdullah Ashal dan Farida untuk melihat jenazah ayahnya di Rumah Sakit Palemonia, Makassar.
Berdasarkan cerita anaknya, Corry yakin bahwa jenazah itu merupakan suaminya karena ada bekas eksem pada kaki, leher, serta cambangnya.
Letak makam Kahar Muzakkar, tidak diberitahu secara pasti oleh Jusuf. Ia beralasan, jika diketahui masyarakat, kuburannya akan disembah dan dikeramatkan.
Banyak spekulasi yang menyebutkan soal keberadaan makam tersebut, seperti:
- Berdasarkan sumber intelijen di TNI AD, saat jenazah dibawa ke Jakarta, sebetulnya ada dua peti jenazah. Satu dibawa ke Makassar dan dimakamkan di taman makam pahlawan Panaikang Makassar dan satu peti lagi dibuang ke laut.
- Adapun yang menyebutkan jenazahnya dimakamkan di kilometer 1 jalan raya, Kendari.
Meskipun semasa hidupnya, Kahar Muzakkar sebagai salah satu tokoh pemberontak. Namun, berbeda bagi warga Luwu, mereka begitu menghormati dan menganggapnya sebagai pahlawan.
Daftar Pustaka
- 2015. Kisah Jenderal M Jusuf Rahasiakan Makam Kahar Muzakkar. http://makassartoday.com
- Abdul Kahar Muzakkar. https://id.wikipedia.org/wiki/Abdul_Kahar_Muzakkar
- Azizah, N. 2019. Islamisme: Ideologi Gerakan Kahar Mudzakkar di Sulawesi Selatan 1952-1965. Jurnal Penelitian Keislaman. Volume 15, No 2, hal. 95-104.
- Said. 2014. Kahar Muzakkar Patriot atau Pemberontak ?. https://daerah.sindonews.com/
- Wirayudha R. 2015. Tuntutan Ditolak Soekano, Kahar Muzakkar ‘Terpaksa’ Berontak. https://nasional.okezone.com
- Tuntutan Kahar Muzakkar. mustaqimzone
- Matanasi, P. 2018. Sejarah Usang Khalifah Kahar Muzakkar di Sulawesi Selatan. https://tirto.id/