Mahasiswa UNHAS Lakukan Penelitian Desa Bebas Asap Rokok

Diposting pada

BERITAKU.ID, MAKASSAR – Penelitian Desa. Berawal dari ketertarikan dengan informasi Desa Bebas Asap Rokok pertama di dunia, mahasiswa Universitas Hasanuddin (UNHAS) yang diketuai Muh.

Taufik (Ilmu Ekonomi 2016, Riski Rswatum Mu’si (Ilmu Pemerintahan 2016) dan Nirmalasari (Pendidikan Kedokteran 2017) mengangkat ini dalam perogram kreatifitas mahasiswa atau PKM dan berhasil lolos untuk didanai untuk melakukan penelitian, Makassar, Senin (27/5/2019).

Setelah melakukan penelitian, Muh. Taufik mengatakan banyak fakta menarik yang terungkap, mulai dari sejarah, potensi sampai permasalahan masyarakat. Penelitian Desa.

“Pertama: Sejarah: gagasan konsep desa bebas rokok dimunculkan oleh Drs.idris, seorang tokoh masyarakat asli desa bone bone kab. enrekang yang sangat hawatir dengan gaya hidup tidak sehat masyarakat di sekitarnya, dimana gagasan ini dimulai sejak tahun 2000, beliau menggunakan 4 pendekatan untuk bisa memberikan pemahaman ke masyarakat mengenai konsep ini yaitu pendekatan ekonomi, kesehatan, pendidikan dan ekonomi, melalui pendekatan ini gagasan ini mampu diterapkan secara 100% pada 2005 dan menjadikannya desa pertama di dunia yang menerapkan desa bebas asap rokok dan telah mendapatkan penghargaan langsung dari WHO,” ujaf Muh. Taufik.

“Kedua: Potensi: dari hasil pemetaan yang tim kami lakukan kami menemukan banyak potensi untuk menjadi desa wisata yaitu desa ini terdapat 7 air terjun yang sangat alami, landscape yang sangat indah tepat di kaki gunung latimojong yang menyuguhkan pemandangan yang sangat indah, potensi kopi arabika yang pada tahun 2012 mendapatkan juara 1 kopi Arabika terbaik Nasional, potensi madu asli yang sangat melimpah dan potensi air tawar yang bisa dijadikan sebagai konsep Desa Wisata Sehat,” kata Muh. Taufik.

“Ketiga: Oermasalahan: Desa ini telah dikenal secara luas dan memiliki brand yang kuat membuat banyak orang yang berkunjung ke desa ini. baik dari mancanegara dan dari dalam negeri yang melakukan penelitian, studi banding dan berkunjung semata, namun dari banyaknya orang yang berkunjung tidak memberikan perputaran ekonomi yang berdampak ke masyarakat dan masyarakat tidak merasakan manfaat dari potensi yang ada, hampir 100% bangunan rumah warga masih tradisional dan masih dominan bertani,” ucapnya.

Ia mengatakan dari permasalahan tersebut ia memberikan rekomendasi blue print pengembangan Desa Wisata Sehat.

“Sehingga melihat permasalahan ini tim kami memberikan rekomendasi yang berupa blue print pengembangan Desa Wisata Sehat dengan memanfaatkan potensi yang ada agar memberikan dampak ke masyarakat dalam peningkatan perekonomian masyarakat. dan model pembangunan desa wisata ini akan kami rekomendasikan ke pihak pemda dan pemerintah desa untuk pengembangan desa wisata,” tutupnya. (*)

Editor: Dicky Minion