Penulisan pidato
Penulisan pidato (Foto: bobo.grid.id)

Penulisan Pidato: Metode Penyusunan Dan 5 Jenis Menggugah Audiens

Diposting pada

Penulisan Pidato adalah seni berkomunikasi yang di susun secara sistematis, menggunakan teknik, dan taktik tertentu untuk mencapai ragam maksud dan tujuan. Dalam penyusunan naskahnya pun, di butuhkan metode khusus. Berikut ini penulis jabarkan metode penyusunan dan penulisan 5 jenis pidato secara rinci.

Beritaku.id, Organisasi dan Komunikasi – Dunia ini luas. Jaraknya bukan hanya sekadar halaman belakang rumah, yang bersandar malas di pinggiran kota yang terengah. Hiruk-pikuk menjalani hidup, berkejaran dengan siang dan malam yang datang bergantian.

Ditulis oleh: Riska Putri (Penulis Organisasi dan Komunikasi)

Dunia ini luas. Hamparan parasnya tak bisa di jangkau kemauan belaka, kerasnya tak bisa di lunakkan kata-kata hampa. Manusia hilir mudik di panggung drama, keluar masuk episode yang membekas samar pada memoar.

Dunia ini luas. Permadaninya berbeda warna, atapnya berbeda rasa, penghuninya berbeda rupa. Rupa-rupa jenis, macam-macam spesies, semua menghirup nafas dunia, yang perlahan bergerak mengikuti linimasa.

Dunia ini luas. Usianya pun telah renta. Makhluk ciptaan-Nya telah muncul dan musnah silih berganti, berulang dalam siklus bergenerasi. Makhluk hidup, hasil kreasi kemampuan adikodrati, di ciptakan dengan banyak perbedaan, sekaligus rupa-rupa kesamaan.

Perbedaan antar makhluk rasanya tak perlu lagi di bahas, buka saja buku Biologi, maka tabir misteri akan beranjak untuk hanyut di selokan. Kesamaannya pun membutuhkan lebih dari 1.500 kata untuk di jelaskan, maka di pilih hanya satu untuk di perbincangkan.

Komunikasi Sebagai Jembatan Penghubung Antar Makhluk Hidup

Komunikasi adalah kemampuan yang menjembatani benak antar makhluk hidup. Sifatnya universal, jangkauannya tak sesempit sutet congkak penyedia layanan telekomunikasi.

Pidato

Semua makhluk ciptaan Sang Pelukis Dunia, di ciptakan dengan kemampuan untuk berkomunikasi. Bahkan tanaman, yang sunyi senyap di latar belakang kehidupan, memiliki caranya sendiri untuk berkomunikasi. Begitu pula para hewan, mau yang di laut, di hutan, maupun yang bersembunyi di gorong-gorong perkotaan, semua memiliki teknik komunikasinya sendiri-sendiri.

Cicitan, lolongan, maupun auman, berbeda bunyi tapi sama fungsinya. Untuk terkoneksi atau sekadar mempertahankan denyut nadi.

Lebih purba dan sederhana mungkin jika di bandingkan dengan manusia. Tapi apakah hal itu begitu aneh, mengingat hanya manusia yang di anugerahi akal budi oleh Sang Pencipta?

Tak bisa di sangkal, manusia memang memiliki cara komunikasi yang kompleks. Bukan sekadar menyampaikan maksud lewat getaran udara, melainkan mengolah getaran tersebut menjadi simbol dan kata sarat makna.

Perihal komunikasi, secara teknis komunikasi di bagi menjadi tiga macam berdasarkan arahnya. Komunikasi satu arah, dua arah, dan banyak arah.

Komunikasi satu arah di lakukan oleh satu individu saja, dan yang mendengarkan bertugas hanya untuk mendengar saja.  Sementara itu, komunikasi dua arah di lakukan antara pembicara dan pendengar, dan terjadi umpan balik antara keduanya.

Sedangkan komunikasi banyak arah adalah komunikasi yang terjadi antara pembicara dan pendengar yang memiliki hubungan timbal balik antara kedua belah pihak, serta pihak ketiga yang ikut serta dalam pembicaraan. Komunikasi banyak arah biasanya di lakukan untuk membahas topik yang hendak di selesaikan bersama.

Pidato Sebagai Seni Komunikasi Satu Arah

Secara spesifik, artikel ini akan membedah lebih lanjut salah satu bentuk komunikasi satu arah, yaitu pidato.

Dalam ranah ilmiah, para pakar mendefinisikan pidato sebagai suatu seni berkomunikasi di hadapan orang banyak, dengan menggunakan teknik dan taktik tertentu. Pidato diramu menggunakan diksi dan retorika, yang di rangkai sedemikian rupa agar dapat merebut telinga pendengarnya.

Benih pikiran di susupkan dalam buaian kata-kata, datang melalui telinga kemudian menetap dalam benak. Benih lalu tumbuh di pupuk kata dan rasa, menanti di semai di kemudian hari.

Seni berpidato akan efektif jika di sampaikan dan di susun menggunakan struktur yang sistematis. Kesistematisan suatu naskah pidato merupakan salah satu bentuk keindahannya, formulasinya memunculkan makna yang mudah di mengerti. Pentingnya sistematika penulisan pidato kemudian memunculkan urgensi untuk mengetahui tujuan dari pidato tersebut.

Tujuan Penulisan Pidato

Secara umum, pidato di lakukan dengan tujuan sebagai berikut:

  1. Memberikan informasi, yaitu memberikan pengetahuan tentang sesuatu hal.
  2. Ajakan, yaitu berusaha untuk meyakinkan dan mengajak audiens untuk melakukan sesuatu hal.
  3. Mendidik, yaitu merupakan usaha untuk meningkatkan pengetahuan orang lain dalam kaitannya dengan pendidikan. Misalnya tentang pentingnya menjaga kesehatan, hidup hemat, toleransi sesama manusia, dan lain sebagainya.
  4. Menghibur, yaitu bertujuan untuk memberikan hiburan pada audiens.

Sistematika Umum Penulisan Pidato

Terlepas dari tujuan di lakukannya pidato, secara umum pidato memiliki sistematika umum sebagai berikut:

  1. Judul, harus singkat dan menimbulkan hasrat ingin tahu dari pendengar.
  2. Salam pembuka untuk mengawali suatu pidato, yang bisa di sampaikan secara umum maupun berkaitan dengan agama tertentu. Setelah menyampaikan salam pembuka, di lanjutkan dengan pujian-pujian kepada Tuhan, serta ucapan terima kasih atas kehadiran pendengar.
  3. Pendahuluan, di sampaikan untuk memberi gambaran pokok-pokok masalah dari isi pidato yang akan di uraikan lebih lanjut oleh pembicara.
  4. Isi, adalah bagian yang menjelaskan dengan lengkap maksud dan tujuan pidato yang di sampaikan. Penjelasan ini di sampaikan secara runut dan lengkap, serta di dukung oleh data dan fakta dengan tujuan untuk meyakinkan pendengar.
  5. Penutup, adalah simpulan dan harapan atau anjuran berdasarkan apa yang di sampaikan oleh pembicara.
  6. Salam penutup, adalah bagian terakhir dari suatu pidato yang berisi permohonan maaf atas kekurangan dalam penyampaian pidato, ucapan terima kasih, dan salam.

Selanjutnya, naskah pidato yang di susun menurut sistematika umum ini, kemudian terbagi lagi menjadi lima macam sesuai metode penulisannya. Jika di ibaratkan, metode penulisan naskah pidato layaknya strategi perang, yang di susun sedemikian rupa untuk menaklukkan lawan di medan pertempuran.

Terdapat lima metode penyusunan atau penulisan naskah pidato, yang akan di uraikan satu per satu di bawah ini.

Baca Juga Beritaku: 5 Kelebihan Kekurangan Pidato Ekstemporan

Metode Penulisan pidato Definitif

Metode yang pertama adalah metode definitif. Cara ini di gunakan untuk mempersenjatai pembicara, saat hendak memberikan keterangan atau informasi yang terperinci mengenai suatu hal kepada audiens.

Diksi di rangkai untuk disajikan sebagai alat konkritisasi informasi, atau menguraikan makna yang terkandung dalam suatu konsep atau istilah. Contohnya, mendefinisikan arti dari istilah-istilah komunikasi, jargon media, jargon medis, dan lain sebagainya.

Menjadi singa podium

Naskah yang singkat umumnya lebih disukai pada metode penulisan pidato satu ini, namun tidak menutup kemungkinan naskah menjadi lebih panjang jika dirasa informasi harus dijelaskan serinci-rincinya.

Alasannya sederhana, agar pendengar dapat menangkap maksud dan tujuan penyampaian informasi dengan sempurna. Retensi informasi adalah kuncinya, maka metode definitif biasanya menihilkan unsur-unsur humor dalam formulasinya.

Lugas, jelas, langsung pada intinya dan tidak banyak basa-basi menjadi ciri khas penulisan pidato dengan metode definitif. Bisa jadi sedikit membosankan, tapi yang terpenting adalah informasi dapat tersampaikan dengan sempurna.

Metode Uraian

Selanjutnya, adalah penulisan pidato dengan metode uraian. Pidato yang disusun menggunakan metode ini, di maksudkan agar pembicara dapat memberikan penjelasan atas informasi yang ingin di sampaikan kepada publik.

Penjelasan yang di berikan akan di jelaskan sedetail mungkin, tanpa ambiguitas agar audiens dapat memahami informasi secara utuh dan sempurna.

Di bandingkan dengan metode definitif, metode uraian umumnya menghasilkan naskah yang lebih panjang. Hal ini di sebabkan sifat alaminya yang menjelaskan setiap detail informasi serinci mungkin, serta penambahan unsur humor agar audiens tidak merasa bosan.

Dinamika adalah kuncinya. Emosi dan fokus audiens di mainkan, naik turunnya di atur sedemikian rupa untuk menghasilkan retensi informasi sesempurna mungkin. Silogisme dan analogi kerap di ikutsertakan, supaya penjelasan menjadi segamblang sinar matahari di siang bolong.

Pidato yang menaklukan audiens.

Formulasi naskah dengan metode ini bisa juga di katakan bertujuan untuk menyamakan frekuensi paradigma intelektual pembicara dan pendengar. Retorika di atur sedemikian rupa, supaya menghasilkan keselarasan pada dimensi kognitif, afektif, dan konatif pada benak pembicara dan pendengar.

Kenapa paradigma perlu di samakan? Sederhananya, analogikan paradigma sebagai kacamata. Jika satu orang menggunakan kacamata hitam, dan orang lainnya menggunakan kacamata baca, bukankah paras dunia akan nampak berbeda di mata keduanya?

Metode Perbandingan

Metode selanjutnya, merupakan metode hibrida dari kedua metode sebelumnya. Di namakan metode perbandingan, karena naskahnya di susun untuk memberikan atau menyajikan perbandingan antar fakta atau informasi, sebagai alat konkritisasi informasi yang hendak di sampaikan.

Dua atau lebih informasi di perbandingkan, dalam arena setara menggunakan metode definisi dan uraian. Tujuannya untuk memperkuat pokok dari informasi yang hendak di rasukkan pada benak pendengar.

Contoh paling mudah yang bisa di temukan dalam kehidupan sehari-hari, adalah pidato promosi promotor telepon genggam. Supaya audiens memutuskan untuk melakukan pembelian, telinganya di buai dengan kalimat promosi yang legit bagaikan madu.

Tipe dan jenis telepon genggam di pertarungkan spesifikasinya, membujuk dompet pendengar agar terbuka, memindahtangankan lembaran-lembaran bukti supremasi kerja keras dan keringat.

Tipe A katanya punya spesifikasi ini, harganya sekian, kelebihan dan kekurangannya di bedah dengan apik. Lantas di pertontonkan pula telepon genggam tipe B, yang sama-sama ditelanjangi spesifikasinya dengan setara.

Bisa juga, yang di gunakan sebagai perbandingan adalah merk lain. Berbeda cara, berbeda teknik, namun tujuannya tetap sama. Menegaskan poin yang ingin di sampaikan, supaya bermuara pada penjualan.

Berpidato harus dengan persiapan. sumber Inc. Magazine

Dengan kata lain, pidato yang di susun menggunakan metode ini adalah taktik efektif untuk memperkuat intisari yang hendak di sampaikan. Pengejawantahan fakta dan perbandingan juga bisa di percantik lagi dengan menambahkan entimem visual.

Rupanya terserah sang pembicara. Mau itu berbentuk grafik statistik, daftar poin dalam tabel, maupun komik, yang penting adalah informasi bisa tersampaikan. Kreatifitas pemilihan senjata menjadi rahasianya.

Sejatinya, membandingkan suatu hal dengan hal lainnya, tidak cukup jika hanya indera pendengaran yang di jadikan sasaran jajahan. Indera penglihatan jangan di anaktirikan, harus turut serta di manjakan demi merebut fokus secara keseluruhan.

Metode Ilustrasi

Metode keempat, adalah metode ilustrasi. Pada pidato yang di ramu menggunakan metode ini, keberadaan ilustrasi visual di titikberatkan sedemikian rupa. Tentunya, ilustrasi yang di gunakan harus berkaitan dengan tema informasi yang hendak di sampaikan.

Sama seperti penambahan humor atau lelucon, penambahan ilustrasi bertujuan untuk mengendurkan ketegangan. Keseriusan pidato di pecah sejenak, interaksi dengan audiens di pancing, maksudnya agar rasa bosan terusir dari benak.

Selain untuk tujuan tersebut, ilustrasi juga berfungsi untuk memvisualisasikan data, yang sulit diejawantahkan hanya melalui kata. Bayangkan jika statistik ratusan digit hanya disampaikan lewat ucapan, telinga akan pengang dan benak akan kelelahan. Maka solusinya adalah menyajikan angka-angka tersebut dalam bentuk visual, agar otak tidak bertumpu pada kemampuan spasial semata.

Baca Juga Beritaku: Pendahuluan Pidato Persuasif: 3 Struktur, Ciri, Pendekatan Dan Contoh

Metode Analisis

Terakhir, adalah metode analisis. Metode yang satu ini dapat dibagi lagi menjadi empat tahapan, sebagai berikut:

  1. Analisis Bagian. Pada metode ini, naskah diracik agar pembicara menjelaskan dan mengelompokkan bagian-bagian suatu informasi yang hendak disampaikan kepada publik. Informasi diklasifikasikan, kemudian disampaikan secara runut menurut bagian klasifikasinya.
  2. Analisis Fungsi. Setelah informasi dibagi menjadi bagian-bagian tertentu, pembicara dipandu untuk menjelaskan fungsi-fungsi dari setiap bagian tersebut. Fungsi dijelaskan secara lugas, supaya dapat beranjak pada proses selanjutnya.
  3. Analisis Proses. Setelah mengelompokkan bagian dan menjelaskan fungsinya masing-masing, pembicara kemudian menjelaskan proses-proses yang terjadi pada informasi. Sebab dan akibat dimunculkan, namun simpulannya menunggu hasil analisis yang terakhir.
  4. Analisis Kausal. Kausal berarti hubungan yang bersebab akibat. Pada tahap ini, hubungan sebab akibat berserta kemungkinan-kemungkinan tentangnya dijelaskan dengan gamblang.

Contoh sederhananya, saat merasa lapar, maka makan akan membuat kenyang. Kenyang adalah akibat, dimana makan adalah sebabnya. Ini adalah satu kemungkinan simpulan. Adakah kemungkinan lain? Tentu ada, yaitu tidak makan. Kemungkinan akibat dari tindakan tidak makan kemudian dijelaskan, lalu diperbandingkan simpulannya dengan simpulan terdahulu.

Pidato politik. Sumber Elysee

Sebagai penutup, retorika dalam pidato menjadi sesuatu yang penting untuk dipelajari. Sejarah membuktikan bahwa kemampuan berbicara bisa digunakan untuk berbagai keperluan. Pidato, sebagai sebentuk seni berbicara di hadapan khalayak yang bersifat sistematis, menekankan pada racikan naskah yang efektif.

Metode racikan harus sesuai dengan tema pembahasan pun dengan audiens secara keseluruhan. Jangan sampai pidato menjadi sia-sia, hanya karena efektivitas penyampaian pesan terhambat metode penulisan yang keliru.

Baca Juga Beritaku: Orasi Dan Pidato: Sejarah, Definisi, Persamaan Dan 5 Perbedaan

Daftar Pustaka

  1. Rakhmat, Jalaluddin. 2010. Retorika Modern: Pendekatan Praktis. Bandung: Rosda Karya.
  2. Suhandang, Kustadi. 2009. Retorika: Strategi, Teknik, dan Taktik Berpidato. Bandung: Nuansa.
  3. Supriyatmoko, Irawan. 2010. Mastering Public Speaking: Teknis Praktis Berbicara di Depan Umum. Yogyakarta: Universitas Atmajaya.
  4. Somad, Adi Abdul dan Indriani. 2010. Belajar dan Mengenal Teknik Berpidato. Jakarta: Trans Mandiri Abadi.
  5. Lubis, Mina Syanti. 2018. Struktur Penulisan Teks Pidato Mahasiswa Semester III Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Institut Pendidikan Tapanuli Selatan: Kajian Retorika. Padangsidimpuan: Institut Pendidikan Tapanuli Selatan.
  6. Aly, Bachtiar. 1994. Modul: Retorika. Jakarta: Universitas Terbuka.
  7. DeVito, Joseph A. 1994. The Public Speaking Guide. New York: Harper College.
  8. Hendrikus, Dori Wuwur. 1999. Retorika: Terampil Berpidato, Berdiskusi, Berargumentasi, Bernegosiasi. Yogyakarta: Kanisius.
  9. Stewart, L. Tubbs dan Sylvia Moss. 1996. Human Communication. Bandung: Remaja Rosdakarya.
  10. Sunarjo, Djoenasih S. 1983. Komunikasi Persuasi dan Retorika. Yogyakarta: Liberty.
  11. Susanto, Astrid S. 1988. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remadja Karya.