Semangat perang di Wadi Al Qura dipicu dengan pemberontakan di perbatasan tanah Arab, Usama di daulat menjadi Panglima Perang
Beritaku.Id, Rasul dan Sahabat – Dari Negeri Yaman ada yang mendeklarasikan diri sebagai Nabi. Dan beberapa daerah di perbatasan memunculkan gejolak perlawanan.
Kondisi kesehatan Rasulullah yang terus mengalami penurunan. Hal itu di manfaatkan oleh para musuh untuk melakukan gejolak dan perlawanan terhadap Rasulullah.
Untuk hal tersebut, maka Rasulullah mengambil sikap dengan tetap pada misi Islam. Menegakkan Agama Allah SWT di muka bumi milik Allah ini.
Usamah Panglima Perang di Wadi Al Qura
Kisah Perang yang terjadi Di Wadi Al Qura pada bulan Muharam tahun 7 H, sebagai perang terakhir yang direncanakan Rasulullah.
Dengan Mengangkat Panglima Terakhir kejadian dari Peperangan ini setelah sebelumnya kaum muslimim dari pertempuran Khaibar untuk menaklukkan Yahudi.
Pertempuran Al Quran menjadi momentum terakhir pengangkatan panglima perang terakhir Rasulullah Muhammad SAW.
Adalah Usamah Bin Zaid Bin Haritsah yang di daulat menjadi pemimpin pasukan untuk mengatur strategi serangan.
Usamah Panglima Perang Termuda
Dengan umur 18 tahun, Usamah sebagai panglima perang, menjadikannya Panglima termuda dikepemimpinan Islam.
Kondisi teresebut membuat beberapa senior perang memperbincangkan keputusan Rasulullah Muhammad SAW. Para sahabat rasul mulai mempertanyakan keputusan tersebut.
Mengingat beberapa ponggawa Sa’ad bin Abi Waqqash, Said bin Zaid, Abu Ubaidah bin Jarrah, Khalid Bin Walid dan sebagainya. Merupakan pimpinan pasukan Islam yang memiliki pengalaman tak diragukan.
Kemampuannya memainkan seni perang dan pedangnya yang mampu mengoyak-ngoyak pasukan kaum kafirun. Para senior tersebut tercatat memiliki “jam terbang” yang tinggi memimpin pasukan. Harusnya bukan Usamah yang menjadi pimpinan.
Terjadi generation gap (generasi terpisah), untuk pengangkatan panglima tersebut.
Adalah di Masjid Nabawi para sahabat melakukan perundingan. Hampir seluruh sahabat ada ditempat, kecuali Abu Bakar As Shiddiq yangs edang melakukan perjalan ke Makkah.
Mendengar diskusi tersebut, Umar Ibn Khattab (Sang Singa Padang Pasir) menemui Rasulullah. Dan menjelaskan hal tersebut.
Rasulullah Muhammad SAW yang bijak, meski dalam kondisi Sakit, dirinya menemui para sahabat. Terjadi pertemuan Rasul dan Sahabat di Masjid tersebut.
Rasulullah bersabda “Wahai para sahabatku (sekalian manusia), aku mendengar pembicaraan (kalian) mengenai pengangkatan Usamah (sebagai panglima perang)? Demi Allah, seandainya kalian menyangsikan kepemimpinannya, berarti kalian menyangsikan juga kepemimpinan ayahnya (Zaid bin Haritsah). Demi Allah Zaid sangat pantas memegang pimpinan, begitu pula dengan puteranya (Usamah).”
Rasulullah melanjutkan, “Jika ayahnya sangat aku kasihi, maka putranya pun demikian. Mereka orang baik. Hendaklah kalian memandang baik mereka berdua. Mereka juga sebaik-baik manusia di antara kalian.”
Persiapan Perang Wadi Al Qura
Setelah mendapatkan pernyataan Rasulullah SAW, seluruh sahabat tanpa ada satupun yang bertanya dan mengiyakan apa yang diperintahkan Sang Rasul terakhir.
Persiapan dimulai, seluruh sahabat ikut bergabung dalam pasukan menjadi bawahan dari Usamah Bin Zaid.
Tidak ada kesal, mereka hanya iri karena berlomba menjadi yang pertama menjadi Syuhada. Mereka menginginkan kesempurnaan kematiannya dengan menjadi yang terdepan dalam peperangan sebagai panglima.
Sebelum menuju lahan luas untuk memburu kesyahidan, Usamah menghadap Nabi Muhammad SAW. Memohon pamit untuk segera menuju medan perang.
Beritaku: Pertempuran Rasulullah, Perang Bersama Aqidah
Mencium wajah Rasulullah Muhammad SAW, dan dengan tangannya yang lembut Rasulullah mengusap kepalanya (sebagai bentuk kasih sayang). Tak ada kata yang keluar dari Rasulullah dalam pertemuan pamit itu.
Laju Pasukan Terhenti
Belum jauh bergerak meninggalkan Rasulullah Muhammad SAW (Madinah), pasukan tersusul oleh utusan, untuk membawa berita “Kepergian Rasulullah Muhammad SAW”.
Sang Panglima perang mengambil sikap, dan memerintahkan beberapa sahabat untuk berhenti. Seketika padang pasir yang luas tersebut menjadi saksi airmata pasukan yang kekar, terkulai lemas.
Airmata mereka berjatuhan, hampir tanpa kata. Hampir tanpa ucapan. Ketika sang panglima mengumumkan dilokasi tersebut berita duka. Innalillah Wa Inna Ilaihi Rojiun “Sang Rasul Terakhir Telah Meninggalkan Kita Semua”.
Panglima menghentikan pasukan dan memutar, dengan kecepatan tinggi. Ingin segera kembali ke Rumah Rasulullah. Menyaksikan yang terakhir kalinya dalam kondisi tak bernyawa.
Umar menghunus pedang, tak menerima berita tersebut. Bahwa Rasulullah tidak akan meninggal. Dan siapapun yang mengatakan kepergian Rasulullah, pedangnya akan memisahkan kepala dan tubuhnya.
Betapa cinta Sahabat kepada Rasul yang mendalam. Namun Abu Bakar As Shiddiq menenangkan Umar bin Khattab dan menjelaskan bahwa benar Rasulullah telah pergi.
Persiapan pemakaman disiapkan, namuns ebelum proses jenazah dimulai. Maka pengangkatan Khalifah, menjadikan Abu Bakar As Shiddiq sebagai Panglima perang yang pertama.
Tuntaskan Misi Perang Al Qura Oleh Panglima Terakhir
Abu Bakar As Shiddiq memerintahkan kepada Usamah Bin Zaid menyelesaikan perintah rasulullah.
Seluruh pasukan yang dipimpin Usamah kembali ke Formasi untuk menyelesaikan misi perang.
Dan dalam waktu 40 hari dalam peperangan tersebut. Mereka berhasil menaklukkan wilayah Yaman yang menjadi target dan perbatasan yang melakukan upaya mengganggu teritorial kaum Muslimin.
Sang Panglima termuda kembali dari Perang Wadi tersebut dengan membawa banyak persembahan dan harta rampasan perang.