Kitab

Suhuf dan Kitab: 10 Daftar Nama Nabi yang Menerima

Diposting pada

Suhuf dan kitab, dua hal yang kemudian menjadi satu topik yang perlu adanya pembelajaran lebih untuk ummat Islam. Berikut beberapa pembahasan mengenai daftar nama para nabi, yang menerima hal tersebut.

Beritaku.id, Berita Islami – Ketika menciptakan semesta, Allah SWT menuliskan nubuat perihal akhir dari segala ciptaan. Pokok utamanya adalah kejadian berakhirnya kehidupan fana, seketika malaikat Israfil meniupkan senandung as-sha’iq dari sangkakala yang ia sandang.

Oleh: Riska Putri(Penulis Berita Islami)

Mengenal Perbedaan Antara Suhuf dan Kitab: 5 Hikmah Turunnya Kitab Suci

Terjadinya hari kiamat adalah hal yang absolut. Semua yang fana akan binasa, bersiap kembali ke pangkuan keabadian. Firman Allah SWT dalam Al-Quran surat Al-Naml ayat 87 berbunyi yang artinya:

“Dan (ingatlah) pada hari (ketika) sangkakala ditiup, maka terkejutlah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, keucali siapa yang dikehendaki Allah. Dan semua mereka datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri.”

Setelah segenap nafas terputus, sekali lagi malaikat Israfil meniup sangkakalanya. Kali ini, senandung al-ba’ts lah yang menggema di sepenjuru semesta.

Segera setelah gema suara menguap habis, umat manusia bangkit kembali dari kematian. Dalam limbo menanti giliran mendapat hisab, menunggu keputusan Sang Hakim Semesta.

Peristiwa kebangkitan ini terdapat dalam Al-Quran surat Az-Zumar ayat 68. Firman Allah SWT:

“Dan sangkakala pun ditiup, maka matilah semua (makhluk) yang di langit dan di bumi kecuali mereka yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sekali lagi (sangkakala itu) maka seketika itu mereka bangun (dari kuburnya) menunggu (keputusan Allah).”

Bagi umat Islam, mempercayai datangnya hari akhir adalah salah satu pokok kepercayaan yang termaktub dalam Rukun Iman.

Begitu pula dengan iman kepada Allah SWT, iman kepada malaikat, iman kepada nabi dan rasul, iman kepada qada dan qadar, serta iman kepada kitab-kitab Allah SWT.

Pada dasarnya, kitab-kitab Allah SWT adalah himpunan atau kumpulan wahyu yang Ia turunkan kepada pada rasul-Nya.

Selanjutnya para rasul meneruskan wahyu ini kepada umat manusia, supaya menggunakannya sebagai pedoman dan pegangan hidup.

Keberadaan kalam Illahi di tengah-tengah manusia merupakan salah satu hal terpenting dalam eksistensi semesta. Adanya kitab suci sebagai sumber tekstual terkait dengan filosofi Islam sebagai sebuah agama, yang berhadap dengan dua sumber ilmu pengetahuan.

Sumber pengetahuan yang pertama adalah kebenaran absolut yang berasal dari Allah SWT (revealed knowledge) berupa wahyu dan firman-Nya.

Sedangkan padanannya adalah kebenaran rasional sebagai hasil kreasi manusia dalam berpikir (acquired knowledge).

Sejatinya akal manusia bersifat lemah jika berdiri secara mandiri. Tak ayal, agar dapat menggunakan akal dengan sempurna manusia membutuhkan naungan wahyu untuk membuktikan baik hal yang logis maupun yang di luar kemampuan nalar manusia.

Mengenai keberadaan kitab-kitab Allah SWT, terdapat 5 hikmah sebagai berikut:

Pertama, sebagai hujjah (argumentasi) atas hakikat penciptaan. Allah SWT menurunkan kitab-kitab samawi ke dimensi dunia untuk menggenapkan hujjah tentang penciptaan semesta.

Karena itu, tak ada alasan bagi manusia untuk menggugat takdir-Nya, sebab telah dijelaskan dengan firman dalam kitab-Nya.

Kedua, sebagai pendukung dan penjelas kebenaran para rasul. Akal yang di anugerahkan pada manusia, bisa menjadi pedang bermata dua.

Sebab itulah Allah SWT menjelaskan kebenaran tentang para nabi dan rasul dan misi yang mereka emban dalam kitab suci.

Tujuannya untuk menuntaskan rasa sangsi dalam hati, yang muncul dari usaha manusia merasionalkan setiap kejadian di alam semesta.

Ketiga, sebagai rujukan hukum. Berbagai perkara yang terjadi di alam dunia bisa menjadi perdebatan jika tiada wasit dan aturan yang hakiki.

Karena itulah, Allah SWT selaku Hakim Semesta menurunkan hukum-hukum Illahi, yang Ia suratkan dalam lembar-lembar kitab suci-Nya.

Keempat, sebagai penegak keadilan di antara manusia. Hukum Illahiah memastikan setiap manusia mengambil haknya dengan benar, serta tak ada yang menganiaya satu sama lain.

Kelima, sebagai petunjuk dan bimbingan bagi manusia. Keberadaan kitab suci di tengah-tengah manusia layaknya mercusuar ilmu dan sumber hikmah.

Berkat itulah manusia bisa menemukan segala sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupannya di dunia, maupun di akhirat kelak.

Baca Juga Beritaku: Rasul Ulul Azmi Beserta Nabi Dan Kitabnya, Utusan Allah SWT

Perbedaan Kitab dengan Suhuf

Kitab Alquran

Selain kitab, Allah SWT juga menurunkan sesuatu bernama suhuf kepada para nabi terdahulu. Menurut bahasa, suhuf memiliki arti “lembaran”. Asal muasal namanya datang dari bentuk suhuf itu sendiri, yang memang berupa lembaran-lembaran.

Adapun menurut istilah, suhuf adalah wahyu yang di sampaikan kepada Rasul, namun tidak wajib untuk di teruskan kepada umat manusia.

Sifat inilah yang kemudian menjadi pembeda antara kitab tersebut dengan kitab. Meskipun sama-sama mengandung wahyu, sifat tersebut membuat hal tersebut berkedudukan di bawah kitab suci.

Allah SWT menyampaikan wahyu kepada para rasul melalui perantaraan malaikat-Nya. Para rasul yang menerima wahyu tersebut kemudian bertugas menyebarluaskan wahyu tersebut kepada seluruh umat manusia. Dalam hal isi, kitab suci mengandung firman yang menjadi dasar dan pedoman hidup bagi manusia.

Baca Juga Beritaku: Cara Dhuha Dan Tahajud Yang Benar Serta Doa Setelah Shalat

Sejarah Kitab Suci Yang Telah Turun

Kitab suci dan sejarahnya

Sepanjang sejarah umat manusia, Allah SWT menurunkan 4 kitab suci yakni; Taurat, Zabur, Injil, dan Al-Quran. Dalil mengenai keberadaan kitab-kitab tersebut terdapat dalam Al-Quran surat Al-Maidah ayat 48, yang artinya:

“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu.

Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang.

Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.”

Sementara itu, wahyu yang berada di dalam suhuf mengandung pedoman yang secara khusus di sampaikan kepada rasul penerimanya saja.

Perihal keberadaan suhuf pun sebetulnya tertera dalam Al-Quran. Firman Allah SWT dalam surat Al-A’la ayat 18-19 berbunyi yang artinya:

“Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab yang terdahulu, (yaitu) suhuf Ibrahim dan Musa.”

Berkenaan dengan bukti fisiknya, kitab adalah lembaran wahyu Allah SWT yang telah dibukukan. Meskipun pada awalnya diturunkan secara berkala (seperi Al-Quran), pada akhirnya kitab akan berbentuk buku.

Sedangkan suhuf berupa potongan-potongan lembaran wahyu, yang ditulis dalam beberapa media seperti pelepah kurma, batu, maupun kulit ternak.

Persamaan Suhuf dengan Kitab

  • Sama-sama mengajarkan tentang keesaan Allah SWT.
  • Sama-sama menjelaskan tentang kelahiran Islam sebagai agama tauhid.
  • Kecuali Al-Quran, kitab dan suhuf sama-sama bersifat lokal. Artinya, hukum yang termaktub hanya berlaku di daerah dimana mereka diturunkan, dan hanya bersangkutan dengan kaum tertentu saja. Isi ajarannya pun lebih sederhana dibandingkan dengan ajaran yang terkandung dalam Al-Quran.
  • Semua kitab dan suhuf sama-sama hanya di turunkan kepada nabi dan rasul pilihan-Nya.

Jika ada persamaan, maka ada pula perbedaan. Selain bentuk fisiknya, perbedaan antara suhuf dan kitab antara lain:

  • Isi dri kitab tersebut cenderung sederhana, sedangkan kitab paling sederhana pun memiliki isi lebih kompleks daripada suhuf.
  • Kitab, sekalipun di turunkan secara berkala, sesungguhnya telah berbentuk buku ketika pertama kali di sampaikan kepada rasul pilihan-Nya.
  • Isi kitab lebih lengkap jika di bandingkan dengan isi lembaran-lembaran kitab tersebut.

Baca Juga Beritaku: Keteladanan Nabi Idris A.S: 5 Mukjizat, Umur Dan Kisah Menarik

Intisari Suhuf Para Nabi

Intisari dari kitab suci

Berkenaan dengan isi kandungan suhuf para nabi, tidak banyak informasi yang bisa di ulik. Salah satu hal yang menjadi alasannya adalah suhuf memiliki sifat melekat yang ekslusif pada para penerimanya saja. Sebab itulah, kelestariannya tidak dengan serta merta terjaga.

Lebih lanjut, taklif daripada suhuf juga terkunci secara regional atau lokal, pada masa tugas nabi penerimanya saja. Sehingga, ajaran-ajaran atau nasihat-nasihat yang terkandung dalamnya, hampir semuanya telah ter-update oleh apa yang terdapat pada Al-Quran.

Bahkan, ketika merujuk pada Al-Quran, tidak terdapat gambaran detail mengenai isi dari kitab-kitab dan suhuf-suhuf sebelumnya. Namun, meyakini bahwa Al-Quran adalah pembenar (mushaddiq) atas kitab-kitab pendahulunya, serta mengimani kebenaran Al-Quran merupakan kewajiban setiap muslim yang beriman.

Al-Quran yang memiliki peran sebagai mushaddiq sekaligus juga berperan sebagai penyempurna hukum-hukum sebelumnya. Sebagai contoh, sebagian hukum-hukum yang ada dalam kitab Taurat, ternyata di batalkan oleh kehadiran firman Allah SWT dalam Al-Quran.

Hal tersebut terutama karena hukum-hukum Taurat secara khusus di-taklif-kan kepada kaum Bani Israil, pada masa kenabian Musa AS. Kehadiran Al-Quran untuk menyempurnakan hukum Islam menandakan adanya sifat-sifat perubahan dan kesinambungan dalam proses pewahyuan, yang pada akhirnya bersifat universal.

Meskipun demikian, mengimani eksistensi suhuf adalah hal yang wajib, sebab Allah SWT sendiri telah mewartakan keberadaan suhuf dalam bait-bait Al-Quran.

Firman Allah SWT:

قُولُوا آَمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَى وَعِيسَى وَمَا أُوتِيَ النَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ

“Katakanlah (hai orang-orang mukmin):’Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Yaqub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya’. (QS. Al-Baqarah: 136)”

Firman Allah SWT:

أَمْ لَمْ يُنَبَّأْ بِمَا فِي صُحُفِ مُوسَ. وَإِبْرَاهِيمَ الَّذِي وَفَّى. أَلَّا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى

“Ataukah belum diberitakan kepadanya apa yang ada dalam lembaran-lembaran Musa? Dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji? (Yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. (QS. An-Najm: 36-38)”

Firman Allah SWT:

إِنَّ هَذَا لَفِي الصُّحُفِ الْأُولَى. صُحُفِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى

“Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu. (Yaitu) kitab-kitab Ibrahim dan Musa. (QS. Al-A’la: 18-19)”

Mengenai isi dari suhuf, para ulama menegaskan bahwa suhuf berisi nasihat-nasihat. Intisari yang bisa umat Islam pelajari dari kitab-kitab pendahulu Al-Quran dan suhuf adalah sebagai berikut:

  1. Semua kitab dan suhuf berisi ajaran tauhid, kebenaran tentang keesaan Allah SWT, warta mengenai kemustahilan adanya makhluk yang serupa dengan Allah SWT, serta kebenaran bahwasanya Allah SWT tidak beranak maupun di peranakkan.
  2. Pewahyuan yang berisi syari’at Islam ada dalam suhuf Ibrahim serta kitab Taurat, Injil, dan Al-Quran.
  3. Suhuf Ibrahim mengandung syari’at dalam konteks sempit, ajarannya belum mengatur tata masyarakat dan memberikan ajaran tauhid yang di perlukan dalam tatanan sosial.
  4. Dalam tafsir Al-Zamakhsyary, suhuf Ibrahim terdiri dari 30 sahifah dengan pembagian:
  5. 10 pokok tentang pertaubatan
  6. pokok tentang ciri-ciri mukmin
  7. 10 pokok tentang konsekuensi keimanan
  8. Kitab Taurat selain berisikan ajaran tauhid, juga berisi hukum rajam, hukum mengenai pencurian, halal-haramnya makanan, proses penciptaan semesta, dan pengkhianatan kaum Yahudi terhadap kematian para nabi sebelum nabi Isa AS.
  9. Selain kitab Taurat, nabi Musa AS juga menerima suhuf. Tidak ada literatur Islam yang menyebutkan jumlah ashfar dari suhuf Musa. Tetapi, para ulama sependapat bahwa suhuf Musa adalah penjelas dari kitab Taurat.
  10. Kitab Injil merupakan pelurusan hukum-hukum Taurat yang telah di selewengkan oleh kaum Yahudi. Selain itu, kitab Injil juga berbicara tentang penguatan-penguatan hukum syari’at yang ada dalam Taurat. Meskipun demikian, kitab Injil tidak memuat syari’at baru selain yang Allah SWT telah tetapkan dalam Taurat.

Daftar Pustaka

  1. Wardani. 2013. Al-Qur’an Sebagai Sumber Tekstual Filsafat Islam. Banjarmasin: Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin.
  2. merdeka.com
  3. kumparan.com
  4. konsultasisyariah.com