Wawancara Virtual ditengah serangan wabah.
Oleh Prof. M. Nadjib Bustan
Dalam sebuah wawancara Virtual untuk Virus Corona yang menakutkan,
Virus: Assalamu alaikum Pa Imam
Imam: Walaikummussalam warahmatullahi wabarakatuh
V: Apa kabar Pa Imam, sehat-sehatki iye.
I: Pura-pura tanya lagi. Sudah merajalela kemana-mana menyebarkan diri dan menjangkit jamaah masjid saya.
V: Tenangki dulu ustaz. Jangan langsung salahkan saya. Saya tidak pernah masuk dan menyerang masjidta pa Imam.
I: Lalu apa yang terjadi. Kamu ramai-ramai buat sakit orang beriman yang rajin beribadah dan shalat jamaah di masjid.
V: Tunggu dulu pa Imam. Jangan tuduh saya dulu. Saya dan teman-teman virus tidak dapat masuk sendiri ke mesjid. Kami sangat kecil dan lemah. Tidak bisa berjalan karena tidak punya kaki, dan tidak bisa terbang seperti pesawat karena tidak punya sayap.
I: Banyaknya bicarana.
V: Kami ini mahluk kecil ciptaan Sang Maha Pencipta. Kami tidak diciptakan sia-sia, kecuali untuk bertasbih dan patuh kepada Allah swt. Jadi, saya sebenarnya datang ke sini untuk membawa kabar gembira untuk Pa Imam, jamaah masjid, bahkan untuk penduduk Indonesia dan bumi seluruhnya.
I: Ya, kedengarannya menarik
V: Begini pa Imam. Bukankah sudah ada peringatan dari pemerintah/umara, alim-ulama/cendikiawan Muslim (termasuk professor dan dokter spesialis), bahwa untuk sementara, selama masa wabah, diharapkan supaya tidak berjamaah di masjid, dan tidak perlu ke luar rumah kalau tidak ada yang penting sekali.
I: Iye, lalu bagaimana.
V: Janganki bilang Iye. Saya bukan orang Bugis. Bilangki Naam, karena begitu yang tertulis dalam Al Quran.
I: Astagfirullah 3x. Thayeb.
Kelanjutan Wawancara Virtual
V: Itu dia, kenapa masih ada sekelompok jamaah masuk beribadah di masjid; bahkan saya lihat ada juga kelompok jamaah tertentu mengadakan pertemuan besar, rapat akbar, dan pesta keramaian.
I; Lalu apa salah mereka.
V: Ya, mereka tidak salah, tetapi salah paham besar saja.
I: Karena….
V: Mereka mau beribadah, cari pahala. Hanya saja mereka lupa bahwa kalau mereka ke mesjid mereka mengikutkan kami virus di tangannya, di bajunya, di hidungnya, dan atau di paru-parunya.
Akibatnya, memang mereka ke masjid cari pahala, tetapi tidak sadar bisa tertular atau menularkan virus korona dari atau kepada jamaah lainnya. Karena itu, mereka justru berdosa berat. Ikut menyebarkan kemudaratan dalam bentuk penyakit wabah.
I: Oh, saya mulai paham sedikit. Tetapi kenapa kamu ikut-ikut juga ke masjid.
V: Kami virus itu mempuyai sifat yang orang Inggris sebut “silent attack”, atau menyerang sembunyi-sembunyi untuk menyerang musuh Allah dimana saja berada.
I: Bagus, tetapi kenapa kamu menyerang juga orang beriman yang rajin jamaah di masjid dan beramal shaleh.
V: Naam, kalau mereka itu tidak patuh sepenuhnya kepada Allah swt, Rasulullah, Ulama dan Umara, serta berpikiran akal sehat.
Wawancara Virtual Berlanjut
I: Maksudta?
V: Mereka sudah tahu bahwa ada bahaya besar penularan wabah penyakit korona yang berat dan mematikan, namun mereka masih tetap senang berkumpul-kumpul di warkop, termasuk di masjid.
Sehingga mereka mudah tertular atau menularkan virus kami ke teman atau anggota jamaah lain.
I: Naam, semua orang sudah tahu itu. Apa saranta?
V: Iye, gampang ji ustaz.
I: Eh, kenapa kamu bilang “Iye” seakan tahu bahasa Bugis.
V: Iye, karena saya tahu bahwa ustaz itu orang Bugis.sehingga lebih terasa nyambung pembicaraanta ini secara psikologis.
I: Oke, lanjutkan saranta.
V: Gampang sekaliji ustaz. Termasuk pa Imam, tinggal saja di rumah 14 hari sambil beribadah shalat jamaah dengan keluarga, termasuk puasa dan shalat tarwih.
I: Naam, namun berbeda pahalanya dibanding dengan di masjid.
V; Salah pahami Pa Imam. La (tidak), samaji pahalanya.
I: Apa dasarnya?
V: Wah, jangan tanya saya. Seluruh ulama sudah bilang demikian. Saya hanya dengar-dengar tonji.
I: Jadi?
V: Terserahmami sama kita. Kita buru pahala atau mau tertular dan menularkan virus kepada sesame jamaah/ummat/manusia lainnya.
Ingatki, berdosa besar katanya kalau kita membuat mudarat dengan menyebarkan virus dan bikin jatuh sakit orang lain.
I: Astagfirullah. Toba’ma.
V: Sehat-sehatki selalu Pa Imam, Jaga jarak dan tetap jadi imam di rumah sendiri. Dan ini hanya sementara waktu.
I: Maksud.ta sementara waktu, berapa lama itu.
V: Tergantung kita semua saja, tergantung jamaah.ta, penduduk kelurahan/kabupaten/kota/negara seluruh dunia. Kita semua minta beapa lama saya mewabah atau mengakhiri wabah ini.
I: Katanya prediksi sampai 3 bulan bahkan bisa sampai 1 tahun.
V: Iye, bisa tergantung kita saja. Tetapi saya bisa menentukan berapa lama yang baik dan benar.Sebenarnya saya hanya minta waktu 14 hari.
I: Setuju sekali. Bagaimana caranya, saya pasti menurut.
V: Mantap…sekarang saya mau beri tahukan rahasia ini Pa Imam.
I: Hmmm, apa itu ( dalam hati: mau nebus dosa virus nakal ini)
V: Sabarki saja tinggal di rumah beribadah dan bekerja selama 14 hari secara serentak bersama-sama seisi masjid, seisi kampung, kota, hingga negara dan seluruh dunia kalau bisa. Gampang bukan.
I: Attojeng-tojengki anne virus.
Wawancara Virtual
V: Attojeng-tojengka. Sumpah!
Rahasianya adalah kalau saya tidak bergerak pindah dari satu orang ke orang lain. Tentu tidak bisama menularkan diri ke manusia. Dan kalau selama 14 hari ini hal ini terjadi, bukan saja saya tidak bisa pindah, tetapi kami akan segera mati.
I; Masya Allah.
V: Begitulah sunnahtullah. Kami virus adalah juga mahluk Allah yang patuh seperti pa Imam yang mau sabar dalam menanggulangi wabah korona, dan tidak ingkar janji seperti banyak terjadi sebelum ini.
I: Syukran. Tarima kasik maloppo.
V: Iye, ingakki, 14 hari stay at home serentak, mulai 1 Ramadhan sampai 15 Ramadhan, atau segera kapan saja; yang penting serentak, bersamaan seluruh dunia. Insya Allah kita tidak ketemu lagi. Taddampengngekka.
I; Syukran, thank you.
V: Jangan ki lupa kelu
Demikian wawancara virtual, atau wawancara tidak nyata.