BERITAKU.ID, MAKASSAR – Setiap perjalanan manusia akan melewati fase jatuh dan bangun, namun perjalanan konsisten adalah hal yang memungkinkan setiap orang untuk berjaya dimasa datang, Legendaris PSM Makassar (8/8/2019)
Persatuan Sepak Bola Makassar atau lebih populer dengan sebutan PSM Makassar, adalah sebuah tim sepak bola Indonesia yang berbasis di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Tim berjuluk Juku Eja yang juga biasa dijuluki Ayam Jantan dari Timur, merupakan salah satu tim terkuat di pentas sepak bola nasional.
Kisah terbentuknya PSM Makassar dimulai pada 2 November 1915 yang dinyatakan sebagai berdirinya sebuah perkumpulan sepak bola bernama Makassar Voetbal Bond (MVB) yang di kemudian tercatat sebagai embrio PSM. Dalam perjalanannya, MVB menampilkan putra-putra pribumi di jajaran elite persepak bolaan Hindia Belanda, seperti Sagi dan Sangkala sebagai pemain andal dan cukup disegani. Pada masa itu, sekitar 1926-1940, MVB sudah melakukan pertandingan dengan beberapa kesebelasan dari dalam maupun luar negeri. Di antaranya dari Jawa, seperti Quick, Excelcior, HBS, sejumlah klub dari Sumatera, Kalimantan, dan Bali. Sedang dari luar negeri kesebelasan dari Hongkong dan Australia. Pendek kata, MVB langsung melejit sebagai klub ternama.
Sayang pada usianya yang ke-25, kegiatan MVB mulai surut seiring dengan kedatangan pasukan Jepang di Makassar. Itu karena orang-orang Belanda yang tergabung dalam MVB ditangkap, sedangkan pemain-pemain pribumi dijadikan Romusa. Sebagiannya lagi dikirim ke Myanmar. MVB praktis lumpuh total, sebagaimana klub-klub sepak bola di Indonesia kala itu. Apalagi Jepang menerapkan aturan segala yang berbau Belanda harus dimusnahkan. Tak terkecuali itu adalah klub sepak bola.
Sebaliknya, untuk mencari dukungan penduduk setempat, Jepang membiarkan masyarakat menggunakan nama-nama Indonesia. MVB pun berubah menjadi Persatuan Sepak bola Makassar (PSM Makassar). Pada dekade 1950, PSM mulai melakukan ekspansi ke Pulau Jawa untuk menjalin hubungan dengan PSSI.
Bintang-bintang PSM pun bermunculan. Salah satunya yang paling fenomenal tentunya adalah Ramang. Bahkan kehebatan Ramang yang menjadi ikon PSM dan tercatat dalam sejarah sepak bola nasional sebagai legenda itu tetap dikenang hingga saat ini. Mungkin itu pula yang membuat tim ini terkadang dijuluki Pasukan Ramang.
PSM pertama kali menjadi juara perserikatan pada 1957 dengan mengalahkan PSMS Medan di partai final yang digelar di Medan. Sejak saat itu PSM menjadi kekuatan baru di jagad sepak bola Indonesia. Lima kali gelar juara perserikatan mereka raih serta beberapa kali runner-up di era sepak bola profesional, tim ini pernah mencatat prestasi mengesankan dengan menjadi The Dream Team ketika mengumpulkan sejumlah pilar tim nasional seperti Hendro Kartiko, Bima Sakti, Aji Santoso, Miro Baldo Bento, Kurniawan Dwi Julianto, yang dikombinasikan dengan pemain asli Makassar seperti Ronny Ririn, Syamsudin Batola, Yusrifar Djafar, dan Rachman Usman, ditambah Carlos de Mello, dan Yosep Lewono. Hebatnya, PSM kala itu hanya dua kali menelan kekalahan dari 31 pertandingan yang mereka mainkan.
Stadion Andi Mattalata, dahulu bernama Mattoangin didirikan tahun 1955 dan merupakan pusat penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional yang ke-4 pada tahun 1957 dan saat ini merupakan Markas PSM Makassar. Stadion ini memiliki kapasitas untuk 20.000 orang. Sebelum Stadion Utama Gelora Bung Karno dibangun tahun 1962, stadion ini termasuk salah satu stadion terbesar di Indonesia dan sering dipakai untuk menggelar pertandingan sepakbola internasional.
5 Pesepak Bola Legendaris Klub PSM Makassar
PSM Makassar adalah klub tertua di Indonesia yang masih eksis di persepak bolaan tanah air. Berdiri pada 2 November 1915 dengan nama awal Makassar Voetbal Bond (MVB), PSM bukan hanya sarat prestasi tapi juga pernah melahirkan pesepak bola terbaik Indonesia pada era masing-masing.
Di level klub, PSM tercatat lima kali juara Perserikatan yakni pada tahun 1957,1959, 1965, 1966, dan 1992. Klub berjuluk Juku Eja ini juga berjaya di Soeharto Cup 1974.
Ketika era Perserikatan berakhir pada 1994, PSM berhasil menembus partai puncak di Stadion Gelora Bung Karno sebelum takluk ditangan Persib Bandung.
Pamor PSM tetap terjaga di era Liga Indonesia dengan merebut juara pada musim 1999/2000 plus jadi runner up pada pada tahun 1996, 2001 2003 dan 2004. Di pentas internasional, PSM juara di Piala Ho Chi Minch City 2001 dan menembus perempat final Liga Champions pada tahun sama.
Di level pemain, puluhan nama tercatat pernah membawa Juku Eja juara plus terpilih masuk timnas di era masing-masing. Di era 1950 sampai 1960, sosok Ramang sangat kental mewarnai permainan PSM. Tradisi juara PSM tetap terjaga pada tahun 1960 sampai 1970 dengan Ronny Pattisarany jadi ikon Juku Eja.
Setelah itu, PSM sempat ‘tenggelam’ dengan hiruk pikuk kompetisi Galatama, dimana semua pemain terbaiknya hijrah ke luar Makassar atau membela Makassar Utama, klub Galatama Kota Daeng saat itu. PSM sempat menggeliat pada 1983 dengan munculnya pemain seperti Hengky Siegers dan Surul Lengu yang sempat masuk dalam skuat Garuda. Sayang keduanya tidak lama memperkuat timnas karena cedera.
Di era Liga Indonesia, PSM kembali jadi pemasok pemain timnas, baik yang berasal dari Makassar atau luar Makassar yang bermain untuk PSM. Sebut saja Ansar Razak, Yeyen Tumena, Ponaryo Astaman, Syamsul Chaeruddin, Jack Komboy, Ortizan Salossa, Charis Yulianto, Bima Sakti, Aji Santoso, Hendro Kartiko, dan Hamka Hamzah.
Dari puluhan nama pemain yang pernah membawa PSM juara dan berkiprah di timnas, bola.com mencatat lima pemain yang berpengaruh besar dalam perjalanan sejarah kejayaan PSM
Ramang, Rasyid Dahlan, Ronny Pattinasarany, Bima sakti dan Luciano Leandro