Andi Mappanyukki Masuk Sebagai Pahlawan Nasional Republik Indonesia
BERITAKU.ID, SEJARAH – Berhubung dengan tertangkapnya Raja Bone ke- XXXI La Pawawoi dan diasingkan ke Bandung.
Menyebabkan kosongnya jabatan Raja Bone. Dengan terbentuknya kembali pemerintahan kerajaan Bone dalam bentuk Zelf Bestuur.
Dengan Dewan Ade’ Pitunya, oleh dewan Ade’ Pitu ketajaan Bone mengusulkan kepada pemerintah Benlanda untuk mengisi kembali jabatan Raja Bone.
Dan atas usaha Dewan Ade’ Pitu yang disetujui oleh pemerintah Belanda, maka terpilihlah Sosok Andi Mappanyukki di antara calon yang di ajukan, untuk menduduki tahta kerajaan Bone ke XXXIII.
Andi Mappanyukki Naik Tahta
Mappanyukki adalah putera dari Makkulawu Karaeng Lembang Parang Sombayya ri Gowa.
Ayahanda beliau adalah keturunan dari La Tenri Tappu Raja Bone Matinroe ri Rompegading.
Pelantikan Andi Mappanyukki menjadi Raja Bone ke- XXXII dilakukan secara adat penuh di Watampone dengan menggunakan peralatan arajang kerajaan Bone.
Dalam bidang keagamaan, Raja Bone A Mappanyukki adalah seorang raja yang taat melaksanakan syariat Islam.
Hal ini dapat di lihat dalam tingkah laku dan tindakan beliau dalam pemerintahan yang selalu mengutamakan musyawarah untuk memperoleh mufakat dalam hal-hal yang menjadi wewenang pemerintahannya.
Usaha dalam mengembangkan syiar Islam di masa pemerintahannya nampak menonjol.
Sosok Pahlawan Nasional
Termasuk di antaranya sebagai bukti dengan dibangunnya sebuah Masjid di Ibukota Kerajaan Bone yang terkenal dengan nama Amier Islam School.
Dengan kekalahan tentara sekutu (termasuk Belanda) dalam Perang Dunia II oleh tentara Jepang.
Mengakibatkan menyerahnya pemerintah Belanda di Indonesia kepada tentara Jepang.
Mengakibatkan menyerahnya pemerintah Belanda di Indonesia kepada tentara Jepang dan mendaratnya tentara Jepang untuk berkuasa termasuk di Kerajaan Bone.
Tingkah laku dan tindakan tentara Jepang di kerajaan Bone selama berkuasanya, sangat menyakitkan.
Salah satu tindakan yang dilakukan adalah memaksakan kehendaknya membeli pangan (padi, beras, jagung) milik rakyat dengan harga murah dengan alasan untuk kepentingan perang Asia Timur Raya.
Oleh karena tindakan yang demikian terus dilakukan terhadap rakyat, sehingga terjadi suatu pemberontakan rakyat di Daerah Bone pada tahun 1943 melawan keserakahan Jepang yang berlokasi di Kampung Unra Distrik Jaling (Kecamatan Awangpone).
Setalah perang dunia ke-II dengan kekalahan pihak Jepang kepada sekutu dan kemudian disusul dengan pengumuman Proklamasi Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
Keadaan kerajaan Bone mulai terguncang di bawah Sosok Raja Bone XXXIII Andi Mappanyukki.
Dengan beberapa pertimbangan dan untuk menyelamatkan roda kepemimpinan di Wilayah Bone Mappanyukki menyampaiakan bahwa pemerintahan dan rakyat Bone tidak mau lagi bekerjasama dengan pemerintahan Belanda.(*)