Sehat Makanan Kita Dari Pertanian Alami
Sumber Sehat Makanan Kita Dari Pertanian Alami, Tidak Mengandung Zat Kimia dan Racun

Dalam 24 Jam, Makanan Kita Adalah Zat Kimia & Racun

Diposting pada

BERITAKU.ID, OPINI – Untuk mendapatkan apa yang diinginkan maka kamu harus bersabar dengan apa yang dibenci (Iman Gazali). Senin (26/08/2019), Apakah Makanan yang kita makansehari hari, tidak alami lagi sebab telah mengandung zat Kimia dan Racun?

Oleh : Redaksi Beritaku.Id

Penyakit semakin banyak jenisnya disaat teknologi kedokteran semakin modern. Semakin hari manusia terserang penyakit tidak sedikit, bahkan seimbang dengan peningkatan jumlah pakar kesehatan yang semakin canggih kemampuan yang dimilikinya.

Makanan di Rumah Kita Penuh Zat Kimia dan Racun?

Kita semakin heran dengan kejadian tersebut, sebab seharusnya berbanding terbalik antara tingkat penyakit dengan tingginya teknologi kesehatan. Bagaimana ini bisaterjadi?

Makanan Yang kita yang di konsumsi setiap hari, mengandung zat anorganik (bukan alami), meski kelihatan segar. Baik yang dijual di mall, toko maupun dipasar tradisional.

Zat makanan “segar” tersebut telah tercemar oleh bahan-bahan buatan. Sebab tumbuhan yang ada sekarang beredar yang dikonsumsi dari tanah adalah bukan hasil dari hara yang melibatkan mikroorganisme alam. Tetapi dari zat-zat yang dibuat melalui pupuk buatan.

Zat ini menyerupai zat hara yang ada dalam tanah tapi bedanya adalah ada yang bersumber secara alami. Dan ada yang bersumber dari racikan manusia yang melakukan penyerupaan (pupuk buatan).

Ini realitasnya, makanan yang kita konsumsi adalah “zat kimia buatan”. Beredar dalam perdaran darah bahkan darah yang berfungsi sebagai alat transportasi pun juga telah menyerap makanan yang tidak alami.

Mindset petani mendapatkan hasil tani secara instan telah membudaya dengan menggunakan bahan-bahan sintetik. Pupuk buatan, pestisida buatan, pola pertanian konvensional telah meracuni otak para petani.

Membunuh hama dilahan dengan cara menyemprot racun misalnya adalah prilaku yang bukan sekedar mengancam mikroorganisme atau unsur hara dalam tanah.

Tetapi telah melakukan pembunuhan secara massal mikroorganisme tersebut.

Sementara unsur hara adalah unsur yang paling dibutuhkan petani dalam menghasilkan hasil tani dengan harga yang berkualitas. Dalam beberapa dekade terakhir, petani telah pesimis dengan kondisi pertanian yang semakin menurun tingkat kesuburannya karena reaksi “racun” yang bersumber dari pupuk buatan telah membumi. Akibatnya harus dilakukan penambahan “dosis” pupuk untuk meningkatkan hasil tani, hal ini akan terus terjadi, penambahan demi penambahan akan terus dilakukan sebab unsur hara semakin berkurang.

Zat Hara, Makanan Beracun Oleh Zat Kimia

Unsur hara habis, hal ini memungkinkan terjadi, sebab pada masanya jika menggunakan secara terus menerus dilakukan pemupukan dengan bahan menggunakan material (pupuk) buatan.

Unsur hara dan mikroorganisme didalam tanah telah habis, dan pada kondisi ini akan semakin sulit mengembalikan tanah pada kondisi yang seimbang kecuali dengan waktu yang relatif lama. Efek makanan kita akan tercemar zat kimia.

Penyemprotan dengan pestisida buatan, disamping menghancurkan struktur hara dalam tanah juga mengancam biota laut dan sungai, sebab pemupukan dengan menggunakan pupuk buatan tersebut, tidak semua diserap oleh tanaman sehingga sisanya yang terbawa air akan mengalir kesungai sampai kelaut akan merusak komponen biotik pada ekosistem di sungai atau laut (ikan yang kita konsumsi adalah “zat kimia”)

Pupuk yang tinggal dan tidak terserap oleh tumbuhan, pasca panen tetap akan tinggal pada tanah mengakibatkan perlengketan pada tanah dan menurunkan kegemburan tanah, jika tanah tidak gembur maka wadah unsur hara semakin sempit, dalam pengertian lain bahwa pupuk buatan telah mengurangi jumlah unsur hara dan mikroorganisme dan disamping itu telah merusak wadah mikroorganisme tersebut, pada masa inilah untuk pemupukan harus dilakukan penambahan dosis. Begitu seterusnya.

Makanan Sehat tidak Mengandung Zat Beracun

Pendidikan Pertanian Organik

Pemerintah dan swasta telah terlibat langsung dalam penanganan pendidikan pertanian organik, instansi-instansi pemerintah yang berstatus negeri dan dikelolah oleh negara telah mengeluarkan biaya yang tidak sedikit dalam hal peningkatan pendidikan masyarakat dalam hal pembuatan pupuk organik tersebut.

Disinilah fungsi penyuluh pertanian lapangan (PPL) yang berada dibaris terdepan untuk memberikan pembelajaran tersebut (tulisan mengenai PPL akan diulas pada tulisan lain).

Doktrin menggunakan pupuk buatan telah merasuk dalam mindset petani, persoalan pertanian ada disisi ini yang paling dasar, sebab sebagian besar petani tidak pernah terpapar pendidikan pertanian modern.

Disisi lain, penyuluh pertanian atau pendamping petani yang dibiayai oleh pemerintah, banyak yang ikut dan lebih banyak mengarahkan petani kepenggunakan pupuk buatan baik padat maupun cair. Sangat sedikit persentase PPL yang melakukan pendampingan pembuatan pupuk organik.

Dalam beberapa tulisan dan artikel telah ditemukan bahwa mereka dituding telah ikut punya andil mengkerdilkan petani dalam hal pendampingan pertanian organik, banyak pula yang menuding bahwa pendamping petani “nyambi” menjual pupuk untuk iut mendapatkan keuntungan (hasil) penjualan pupuk buatan tersebut.

“Harus diajarkan bahwa penanganan hama dan penyakit tidak hanya melalu pestisida sintetik, begitu pun dengan pupuk yang bisa disiapkan sendiri, yang lebih murah dan terjangkau, sekaligus sehat bagi ekosistem pertanian,” ungkap Prof. Dr. Sylvia dalam sebuah diskusi di Unhas.

Edukasi pertanian organik adalah edukasi yang idealnya dilakukan untuk mengembalikan unsur tanah yang alami, agar menghasilkan hasil pertanian yang alami dan bersinergi dengan tubuh manusia yang mengkonsumsi hasil pertanian tersebut, menjadi makanan kita yang sehat.