Film Sejarah Janur Kuning

Film Sejarah Janur Kuning: Fakta atau Pencitraan?

Diposting pada

Film Sejarah Janur Kuning merupakan film yang di produksi pada tahun 1979 ketika Soeharto menjabat menjadi Presiden Indonesia.

Beritaku.id, Budaya – Film ini mendapat beberapa kritik dari sejarawan karena dianggap sebagai pencitraan peran Soeharto dan mengesampingkan peran pelaku-pelaku sejarah yang lain dalam Peristiwa Serangan Umum 1 Maret

Oleh: Retno Ika (Penulis Budaya)

Pernahkah kamu mendengar judul film “Janur Kuning”? Pasti yang pertama terlintas di pikiran adalah pernikahan.

Tapi, apakah betul ya janur kuning hanya identik dengan pernikahan?

Para jomblo jangan baper duluan ya! Kita nggak akan bahas tentang pernikahan.

Janur Kuning (foto:Inibaru)

Tenang-tenang, kita hanya akan bahas tentang janur kuningnya aja. Lebih khusus lagi, tentang film Janur Kuning.

Sebelum itu, kita perlu tahu nih janur kuning di kehidupan kita. Janur kuning di kehidupan masyarakat Indonesia.

Karena janur kuning dekat dengan aktivitas masyarakat, sudah pasti janur kuning memiliki tempat dalam konteks budaya.

Pengertian Janur Kuning dalam Konteks Budaya

Sejating nur adalah asal muasal istilah ‘janur kuning’. Pada salah satu budaya di Jawa, kata ‘janur’ dan ‘kuning’ memiliki arti khusus.

Janur artinya cahaya dari surga, berasal dari bahasa Arab. Sementara itu, kuning dalam bahasa Jawa artinya suci.

Janur bermakna cahaya yang di butuhkan manusia, yang di gunakan agar mereka dapat melihat mana yang baik dan buruk.

Jika di amati sebagai nama benda, janur menjadi cikal dari tumbuhnya daun kelapa. Bagian dari tanaman yang memiliki sejuta manfaat.

Selain identik dengan pernikahan, masyarakat Bali percaya janur dapat di gunakan sebagai penolak bala.

Mereka menganggap janur dapat menangkal hal-hal yang tidak baik.

Representasi janur kuning sendiri sebenarnya telah ada selama berabad silam di Nusantara.

Terutama pada suku Jawa, Bali, dan Sunda. Ketika mendengar kalimat janur kuning, maka kita akan langsung memikirkan pernikahan.

Tetapi, janur kuning ternyata tidak hanya digunakan untuk acara pernikahan lhoo.

Contohnya pada saat hari Kemerdekaan Indonesia. Pemasangan ornamen janur bisa dilihat di setiap sudut bagian depan Istana Negara.

Makna janur kuning memang melekat sebagai petunjuk baik di negara Indonesia.

Bahkan pada pernikahan, di kaitkan dengan keperawanan dan keperjakaan. Agak sensitif ya, sobat?

Ada pula yang mempercayai semakin lama janur kuning bertahan warnanya (tidak layu), maka semakin banyak hal baik yang akan terjadi. Wah, kepercayaan yang unik bukan?

Tapi, apa ya makna sebetulnya dari janur kuning? Bagaimana filosofi janur kuning berkembang di masyarakat? Di bawah inilah jawabannya.

Mengenal Film Janur Kuning dan Serangan Umum 1 Maret

Sekilas info, film Janur Kuning merupakan film bergenre drama/perang. Film ini tentunya penuh dengan laga aksi dari para aktor. Siapa aja sih aktornya?

Ada empat tokoh utama dalam film ini. Ada Deddy Sutomo yang berperan sebagai Jenderal Soedirman.

Dicky Zulkarnaen berperan sebagai Dutch Officer. Ada juga Sutopo HS yang memerankan Amir Machmud.

Supersemar dan Dilema Soekarno

Sementara peran utamanya adalah Kaharuddin Syah. Iya, beliaulah yang berperan sebagai Soeharto.

Film berdurasi selama tiga jam ini masuk nominasi Piala Citra dengan kategori Pemeran Pendukung Pria Terbaik.

Produser dari film Janur Kuning adalah Abbas Wiranatakusuma. Skenario film ditulis oleh Arto Hady dan Syafnizal Durab.

Dalam IMDb, rating film ini mencapai 7,5 dari total nilai 10. IMDb sendiri adalah basis data daring, portal informasi yang berkaitan dengan film, acara televisi, dan lainnya.

Termasuk di dalamnya, ada ringkasan alur cerita sampai daftar kru dan pemeran film.

Baca Juga Beritaku: Keunikan Teater : Definisi, Sejarah, Ciri Serta 3 Teknik Latihan Pra Pentas

Kenapa Film Janur Kuning Berhubungan Dengan Sejarah Supersemar?

Soeharto dan Jendral Soedirman di Film Janur Kuning

Film ini merupakan rekonstruksi sejarah. Terlepas dari kebenaran detil ceritanya, peran, instansi, kejadian yang ada dalam film juga ada di dalam sejarah Indonesia.

Serangan Umum 1 Maret bertujuan menguatkan pengaruh Indonesia di mata Dewan Keamanan PBB.

Untuk menunjukkan bahwa Tentara Nasional Indonesia (TNI) memiliki kekuatan. Serangan ini terjadi pada tanggal 1 Maret 1949 di Yogyakarta.

Letkol Soeharto adalah orang yang menjalankan perintah untuk melakukan penyerangan setelah berkoordinasi dengan semua pihak.

Termasuk did dalamnya Kolonel Wiyono dari Pepolit Kementerian Pertahanan. Jauh sebelum itu, sejak Januari serangan telah dilancarkan kepada pasukan Belanda.

Membedah Makna dan Simbolitas Filosofi Janur Kuning

Secara filosofis, janur memiliki makna dan pengharapan bahwa si pemilik acara akan bersinar.

Lain lagi dengan warna kuning pada janur. Ada harapan bahwa setiap yang di katakan dari hati dan jiwa yang bening akan terwujud.

Kurang lebih, makna filosofis janur kuning yakni isyarat pengharapan yang tinggi dari hati yang suci untuk mendapatkan cahaya Tuhan.

Supaya segala tindakan serta aktivitas yang dilakukan berjalan dengan baik dan berakhir pada kebahagiaan. Filosofi yang indah ya?

Alur Cerita Film Sejarah Janur Kuning

Para pemeran film Janur Kuning

Sementara itu, film sejarah Janur Kuning bercerita mengenai peristiwa Serangan Umum 1 Maret.

Janur kuning di dalamya mewakili pengharapan mengenai sesuatu yang baik. Sesuatu yang dibarengi dengan usaha dari hati yang tulus dan suci untuk mendapatkan sebuah ‘cahaya’ yang berarti pengharapan.

Posisi Soeharto dalam film ini diperankan oleh seorang aktor yang menceritakan bahwa dialah simbol harapan.

Iya, janur kuning. Selain itu, janur kuning sebetulnya adalah atribut lengan para pejuang. Adanya janur kuning di lengan, menjadi lambang perlawanan.

Bermula dari Soedirman dan pasukannya yang menuju ke Yogyakarta setelah begerilya. Jenderal Soedirman sakit dan merasa ragu untuk memasuki Yogyakarta.

Kemudian, ia memanggil Soeharto. Seolah menjadi pengharapan bagi kondisi saat itu. Soeharto memberi saran & pertimbangan pada Soedirman yang ragu untuk memasuki Yogyakarta.

Jenderal Soedirman merasa khawatir Belanda akan berkhianat, makanya dia meminta pendapat Soeharto.

Namun apabila mengungkap makna yang tersirat, film menunjukkan pentingnya keberadaan Soeharto pada situasi itu. Jenderal Soedirman yang dilukiskan seolah tidak bisa memutuskan tanpa pertimbangan Soeharto.

Kalau kita cermati literatur sejarah, Serangan Umum 1 Maret merupakan peristiwa mengejutkan.

Penentuan waktu serangan tersebut hanya beberapa hari sebelum sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Hal yang tidak mungkin di lakukan jika bukan oleh seorang elit atau yang nampak melegenda dalam dunia serang-menyerang.

Bila kita melihat filosofi Janur Kuning, maka Serangan Umum 1 Maret merupakan satu kesatuan yang saling mengikat secara utuh.

Pengharapan untuk memenangkan pertarungan. Filosofi janur kuning tergambarkan dengan kemunculan dan keputusan Soeharto.

Baca Juga Beritaku: Orkes Melayu Pantura: Sejarah, Daftar Artis, dan Profil 5 OM Populer

Film Sejarah Janur Kuning dan Realitas, Kenapa Dianggap Rekayasa Soeharto?

Peran dan karakter Soeharto menjadi yang paling dominan. Tampak dengan jelas film ini mengandung banyak representasi perjuangan untuk kemerdekaan.

Representasi tersebut muncul melalui peran Soeharto. Soeharto menjadi figur sentral. Ia menjadi pusat narasi film Janur Kuning.

beberapa orang ternyata sudah mencari tahu tentang hal tersebut. Faktanya, ada yang tak sesuai antara sejarah yang terjadi dan yang film ceritakan.

Salah satunya mengenai keputusan untuk melakukan Serangan Umum terhadap Belanda.

Menceritakan keputusan Soeharto yang akhirnya mencetuskan Serangan Umum.

Soeharto atau lebih tepatnya menjabat Letkol Soeharto, Komandan Brigade X sekaligus Komandan Wehrkreise III pada saat itu.

Film menggambarkan tokohnya sebagai pemuda yang tampan, berwibawa, dan punya pembawaan yang tenang.

Ketika Soedirman telah bersepakat untuk melancarkan Serangan Umum, peran Soeharto dalam film semakin menjadi-jadi.

Adegan Soeharto selanjutnya adalah bergerilya. Ia memimpin Serangan Umum 1 Maret.

Selain alur film yang maju, ternyata film menggambarkan masa lalu juga. Ingatan ketika Agresi Militer Belanda II turut hadir.

Tepatnya ketika Jenderal Soedirman memeriksa barisan pasukan. Film memutar ingatan Soeharto ketika Agresi Militer Belanda II terjadi.

Film menjemput ingatan Soeharto ketika adegan justru sedang terfokus kepada Jenderal Soedirman.

Asvi Warman Adam seorang sejarawan, pernah mengatakan “Peran Sultan Hamengkubuwono IX hampir tidak terlihat dalam film ini.

Padahal saat itu Sultan punya empat fungsi: sebagai Gubernur, Sultan Yogya, Menteri Pertahanan, dan Diplomat yang di percaya melakukan perundingan. Jadi, bukan soeharto.”

Asvi merasa film Janur Kuning tidak obyektif. Seperti yang kita bahas sebelumnya, ia juga melihat film tersebut hanya berisi mengenai sosok Soeharto.

Sementara tokoh lainnya yang dalam sejarah juga ada dalam film, tidak turut menonjol seperti Soeharto.

Kalau sobat mau menonton versi lain film rekonstruksi sejarah Serangan Umum 1 Maret, ada film berjudul “Sebelum Serangan Fadjar”.

Film ini hadir dengan sudut pandang yang berbeda jauh dari film Janur Kuning. Lebih tepatnya, menghadirkan Sultan Hamengkubuwono IX sebagai pencetus ide menyerang.

Kebutuhan Biaya Pembuatan Film Janur Kuning

Selain dari sisi fakta, ada juga yang mengungkap dari sisi produksi film. Untuk ukuran film perang Indonesia, Janur Kuning termasuk yang legendaris.

Biaya Pembuatan Film (Foto: Morningstar)

Bagaimana tidak, film ini melibatkan ribuan figuran, panser, tank, dan pesawat terbang.

Tim produksi membuat film Janur Kuning sekitar tahun 1979. Biaya yang di butuhkan sekitar 350 juta rupiah.

Wah, untuk film tahun ‘79 bukankah itu termasuk biaya yang sangat mahal? Nominal yang sangat besar pada masanya. Kalau kita mengonversikan, hampir mencapai 25000 Dollar Amerika.

Biaya tersebut masuk akal karena banyak menggunakan properti. Jangan lupa, pemerannya yang ribuan itu.

Untuk kostum dan upah aktor saja barangkali sudah sangat menguras biaya produksi. Sampai saat ini, sulit menemukan film perang Indonesia yang melibatkan pemeran sebesar itu. Kalau ada, coba sobat sebutkan!

Lhoo tadi apa katanya? Film ini dibuat sekitar tahun 1979. Iya betul, ketika Soeharto masih menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia.

Sutradara dari film Janur Kuning adalah Alam Rengga Rasiwan Surawidjaja. Ia adalah seorang pemeran yang terkenal sebagai sutradara film Indonesia di tahun 1950-an sampai 1980.

Film Janur Kuning menjadi film terakhir yang ia sutradarai. Lebih detailnya, film terakhir setelah empat film sebelumnya yang dibuat pada masa Orde Baru.

Empat film tersebut yaitu: Cheque AA (1966), Nyi Ronggeng (1969), Perawan di Sektor Selatan (1971), dan Bandung Lautan Api (1974).

Setiap unsur dalam film Janur Kuning bisa dikatakan cukup baik. Kostumnya pas dan gaya bicara para aktor juga natural.

Tentu saja, ini film rekonstruksi sejarah, Maka, sutradara membuat film ini seasli mungkin. Meskipun kesesuaiannya dengan sejarah terus menjadi pertanyaan yang bergulir.

Untuk menutup artikel ini dan meninggalkan prahara di kepala sobat pembaca, ada salah satu kutipan menarik.

“Sejarah ditulis oleh pemenang.” Soeharto punya kekuasaan saat film ini diproduksi.

Terlepas dari keterkaitan di antara keduanya, siapapun yang berkuasa punya kekuatan.

Baca Juga Beritaku: 15 Kisah Cinta Fenomenal dan Berakhir Tragis Sepanjang Sejarah