Hadis, adalah sumber informasi bagi ummat Islam, untuk mendapatkan kevalidan dari berbagai informasi yang ada, terutama berkaitan dengan aturan ajaran agama Islam. Terdapat pembahasan tentang pengertian, serta 3 jenis bentuk dari hal tersebut.
Beritaku.id – Berita Islami_ Lalu Tuhanmu menurunkan sebuah pedoman bernama ‘aturan’, yang kemudian seorang dengan gelar ‘Nabi’, pun melaksanakan sesuai dengan ketetapan-Nya. Kemudian para manusia berkata, ‘apa yang harus terlaksana di awal dan akhir aturan?’
Oleh: Dina Zubaidah (Penulis Berita Islami)
Hoax, ya… kata ini semakin populer sejak kehidupan memasuki era digital. Berita atau kabar apapun mudah sekali tersebar diberbagai platform dan media sosial.
Mulai diterima satu orang, menjadi tiga orang, sepuluh orang, seratus orang, dan seterusnya sampai walla… tak ada yang mengira itu dapat merambah kancah internasional. Jika berita tersebut merupakan realita tentu sangat bermanfaat. Lantas bagaimana jika sebaliknya?
Pernah dengar kisah tentang seorang model Korea Selatan yang karirnya hancur karena berita hoax? Dia adalah model yang amat terkenal. Wajahnya cantik dengan postur tubuh ideal.
Banyak produk yang sukses menguasai pasar karena memakai jasanya. Suatu ketika ada sebuah perusahaan yang meminta izin wajahnya untuk diedit sedemikian rupa menjadi sedang berfoto dengan seorang pria dan beberapa anak.
Tak dapat diduga, ternyata wajah anak-anak yang ada pada foto tersebut jauh dari kata cantik maupun ganteng menurut banyak orang.
Fotonya tersebar dan menjadi perbincangan. Ia dituduh melakukan operasi plastik! Kabar tersebut semakin membumbung bahkan orang tuanya pun mempertanyakan apakah hal tersebut benar.
Ia tak habis pikir, tak ada lagi yang menawarinya job setelah itu. Karirnya sebagai model benar benar hancur. Sungguh menyedihkan.
Baca juga beritaku: Aѕаl usul pеrnіkаhаn dalam Islam: Definisi, Hukum, 7 Tujuan, Serta Hadist
Empat belas abad lalu, umat manusia di jazirah Arab telah mengenal kaidah penyampaian informasi dari mulut kemulut agar tidak terkontaminasi dengan hoax.
Ketika mendengar berita, mereka tidak langsung menerimanya mentah mentah. Mereka menelaah apakah isi berita tersebut rasional dan apakah si pembawa berita memang pantut dipercaya. Kaidah inilah yang kelak diterapkan kedalam ilmu hadis.
Pengertian Hadis
Adapu pengertian ini, terbagi menjadi beberapa hal, dengan menitikberatkan pada pembahasan masing-masing. Berikut pembahasannya:
Pengertian Hadist Terbatas
Pengertian ini dikemukakan oleh sebagian besar ulama’ ahli hadis. Mereka mengemukakan bahwa hadis mengandung empat macam unsur yaitu perkataan, perbuatan, ketetapan, dan sifat-sifat nabi Muhammad Ṣalla Allah ‘Alayhi wa Sallam saja. Hanya khusus beliau, bukan yang lain seperti sahabat maupun tabi’in.
Misalnya seperti ini, si A menyampaikan informasi bahwa “malu itu sebagian dari iman” lalu si B yang mendengar tersebut bertanya, “Itu kata siapa?” si A menjawab “Aku mendengarnya dari si C, C mendengar dari Rasulullah Ṣalla Allah ‘Alayhi wa Sallam”. Dalam kasus ini, dapat disimpulakan bahwa informasi tentang “malu itu sebagian dari iman” merupakan sebuah hadis.
Pemberitaan terhadap hal-hal yang disandarkan kepada nabi Muhammad Ṣalla Allah ‘Alayhi wa Sallam seperti dalam contoh diatasdisebut sebagai berita yang marfu’. Sedangkan yang disandarkan kepada sahabat disebut berita mauquf, dan yang disandarkan kepada tabi’in disebut maqthu’.
Perlu dipahami bahwa yang dimaksud sahabat dalam konteks sejarah Islam adalah orang beriman yang hidup pada masa nabi Muhammad Ṣalla Allah ‘Alayhi wa Sallam dan pernah bertemu langsung dengan beliau.
Sedangkan tabi’in adalah orang beriman yang hidup setelah masa nabi Muhammad Ṣalla Allah ‘Alayhi wa Sallam dan pernah bertemu langsung dengan para sahabat.
Setelah diteliti ternyata berita ini disandarkan kepada Ibnu Umar, bukan kepada Rasulullah Ṣalla Allah ‘Alayhi wa Sallam. Ibnu Umar adalah salah seorang sahabat nabi. Jadi, ini bukanlah hadis tetapi mauquf.
Dalam hukumnya, mauquf tidak boleh dijadikan pedoman kecuali jika ada indikasi yang mengarahkan ia kepada marfu’.
Perkataan Nabi
Yang dimaksud dengan perkataan nabi muhammad Ṣalla Allah ‘Alayhi wa Sallam ialah semua perkataan yang pernah beliau ucapkan dalam berbagai bidang seperti bidang hukum (syari’at), akhlak, aqidah, pendidikan, dan sebagainya.
Sebagai contoh perkataan beliau yang mengandung syari’at misalnya:
Hukum yang terkandung dalam sabda nabi tersebut ialah kewajiban niat dalam segala amal perbuatan untuk mendapat pengakuan shah dan syara’.
Perbuatan Nabi
Perbuatan nabi Muhammad Ṣalla Allah ‘Alayhi wa Sallam merupakan penjelasan terhadap peraturan-peraturan syari’at yang belum jelas cara pelaksanaanya. Misalnya, cara shalat dan cara menghadap qiblat dalam shalat sunnat diatas kendaraan yang sedang berjalan.
Perbuatan tersebut dapat kita ketahui melalui berita dari Jabir r.a katanya:
Perbuatan nabi Muhammad Ṣalla Allah ‘Alayhi wa Sallam ini juga meliputi:
Sebagian Tindakan yang Spesifik Dilakukan Oleh Beliau Sendiri
Sebagai seorang muslim, tentu kita pernah mendengar kisah tentang nabi Muhammad Ṣalla Allah ‘Alayhi wa Sallam yang hidup didampingi oleh beberapa istri.
Baca juga beritaku: Induk Organisasi Olahraga Berkuda: Sejarah, Hadist Dalam Islam
Setelah wafatnya sayyidah Khadijah, beliau memiliki istri yang jumlahnya lebih dari empat orang. Rasulullah juga dapat menikahi mereka tanpa maskawin. Hal tersebut merupakan dispensasi Allah Subhanahu wa Ta’ala seperti yang telah termaktub dalam al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 50
…. dan kami halalkan seorang wanita mu’minah menyerahkan dirinya kepada Nabi (untuk dikawini tanpa mahar), bila Nabi menghendaki menikahinya, sebagai suatu kelonggaran untuk engkau (saja) bukan untuk kaum beriman umumnya.
Qs Al-Ahzab: 50
Sebagian Tindakan Beliau yang Berhubungan dengan Persoalan Duniawi Seperti Pertanian, Perdagangan, dan Strategi Perang.
Suatu hari, Rasulullah Ṣalla Allah ‘Alayhi wa Sallam bertemu dengan seorang petani kurma. Ia sedang mengawinkan antara bunga kurma jantan dan betina.
Lalu Rasulullah Ṣalla Allah ‘Alayhi wa Sallam bertanya, bagaimana jika kurma itu dibiarkan tanpa engkau mengawinkannya? Setelah waktu panen tiba, ternyata hasilnya tidak memuaskan. Akhirnya beliau bersabda “Kamu lebih tau mengenai urusan keduniaan”.
Sebagian Tindakan Beliau yang Dilakukan Selayaknya Manusia Biasa Seperti Makan, Minum, dan Berpakaian
Banyak sekali contoh tindakan nabi Muhammad Ṣalla Allah ‘Alayhi wa Sallam yang sampai sekarang kita amalkan seperti makan menggunakan tangan kanan, membaca doa sebelum tidur, makan secukupnya kira-kira sepertiga isi perut dan lain sebagainya.
Taqrir atau Ketetapan Nabi
Arti taqrir nabi, ialah keadaan dimana Rasulullah Ṣalla Allah ‘Alayhi wa Sallam mendiamkan, tidak menyanggah atau menyetujui apa yang telah dilakukan atau dikatakan para sahabat dihadapan beliau.
Contohnya seperti ketika para perempuan keluar rumah untuk pergi ke masjid dan diundang untuk kepentingan suatu pertemuan. Rasulullah Ṣalla Allah ‘Alayhi wa Sallam mendiamkan hal tersebut. Artinya hal itu tidak dilarang.
Tidak semua diamnya nabi Muhammad Ṣalla Allah ‘Alayhi wa Sallam ini digolongkan sebagai hadis. Ada waktu-waktu dimana beliaumendiamkan tingkah orang kafir atau orang munafik. Ini bukan berarti beliau menyetujui hal tersebut.
Sifat-sifat Nabi
Sifat-sifat nabi Muhammad Ṣalla Allah ‘Alayhi wa Sallam termasuk watak dan juga keadaan jasmaniyah beliau pernah digambarkan oleh sahabat Anas Radliyallahu ‘Anhu.
Rasulullah itu adalah sebaik-baiknya manusia mengenai paras mukanya dan bentuk tubuhnya. Beliau bukan orang tinggi dan bukan pula orang pendek…
HR. Bukhori Muslim
Silsilah keluarga, nama-nama, dan tahun kelahiran beliau yang telah ditetapkan dalam sejarah. Berbagai buku dan literatur dapat menyampaikan nama-nama keluarga nabi Muhammad Ṣalla Allah ‘Alayhi wa Sallam, kapan beliau dilahirkan, dimana beliau tinggal dan lain sebagainya itu karena adanya hadis yang diriwayatkan secara turun temurun.
Keinginan atau himmah beliau yang belum sempat terealisasikan. Ibnu Abbas meriwayatkan hhadis tentang himmah atau keinginan nabi Muhammad Ṣalla Allah ‘Alayhi wa Sallam yaitu berpuasa pada tanggal 9 Asyura.
Namun, keinginan tersebut belum sempat terealisasikan karena beliau telah wafat. Hal ini tertuang dalam salah satu hadist, yakni:
Dikala Rosulullah SAW berpuasa pada hari ‘Asyura dan memerintahkan untuk dipuasai, para sahabat menghadap kepada Nabi mereka berkata: “Ya Rosulullah bahwa hari ini adalah yang diagungkan oleh orang Yahudi dan Nasrani”. Sahut Rosulullah: “Tahun yang akan datang, Insya Allah aku akan berpuasa tanggal sembilan”…
HR. Muslim dan Abu Dawud
Pengertian Hadis secara Luas
Sebagian ulama mengungkapkan bahwa hadis tidak hanya mencangkup sesuatu yang disandarkan kepada nabi Muhammad Ṣalla Allah ‘Alayhi wa Sallam saja, namun juga meliputi perkataan, perbuatan, dan ketetapan yang disandarkan kepada para sahabat dan tabi’in.
Dalam pengertian ini, maka sesuatu yang marfu’, mauquf, maupun maqtu’ itu semua disebut hadis.
Istilah Dalam Menyebut Hadis
Sering kali kita mendengar istilah sunnah disebutkan dalam televisi, majalah, atau media lainnya sebagai padanan kata hadis. Tentu kita bertanya-tanya, apakah dua kata tersebut memang memiliki makna yang sama?
Kebanyakan ulama ahli hadis berpendapat bahwa istilah hadis, khabar, atsar, dan sunnah itu muradif (sinonim). Walaupun ada yang membedakan, namun perbedaannya tidak prinsipil.
Jika dibedakan, maka perbedaannya ada pada seseorang yang menjadi rujukan. Hadis hanya terbatas pada apa yang datang dari nabi Muhammad Ṣalla Allah ‘Alayhi wa Sallam saja, sedangkan selainnya disebut khabar. Misalnya, istilah khabar mutawattir juga dipakai untuk menyebut hadis mutawattir.
Baca juga beritaku: Kiamat Tahun Ini DiHari Jumat, Kajian Hadis Palsu Dan Benturan Asteroid
Istilah hadis nabawi juga dipakai untuk menyebut sunnatun nabi. Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa hadis pastilah khabar, namun setiap khabar belum tentu hadis.
Bagaimana dengan atsar?
Atsar diartikan sebagai sesuatu yang datang dari para sahabat, tabi’in, dan orang-orang sesudahnya. Istilah atsar itu lebih umum penggunaannya karena ia mencangkung segala berita dan perilaku dari sahabat, tabi’in, dan lain sebagainya. Maka dari itu, biasanya para ahli hadis dan khabar itu juga disebut al-atsari (ahli atsar).
Setelah memahami apa yang dimaksud dengan hadis, tentu kita akan berpikir betapa perjuangan orang-orang terdahulu amatlah besar.
Mereka berusaha memberantas informasi-informasi yang bertebaran yang mengatas namakan nabi sebagai sumbernya. Sampai saat inipun, bahkan masih banyak orang yang sulit membedakan mana informasi mauquf, maqtu’, bahkan maudhu’ sehingga mereka menyamaratakannya sebagai sebuah hadis marfu’.
Sungguh masih sangat amat panjang perjalanan kita untuk mengkaji hadis lebih dalam, karena satu hadis saja perlu dilihat dari berbagai sisi sehingga ia diyakini layak untuk dijadikan hujjah umat Islam seluruh dunia. Bukan karena kita meragukan keabsahannya, namun lebih kepada kehati-hatian dalam memperoleh informasi.
Andai kata tidak banyak orang yang menghafal sanad hadis, niscaya menara Islam roboh dan ahli bid’ah berkiprah membuat hadis maudhu’ dan memutar balikkan sanad. (Al-Hakim, Al-Mudlarat fi Ulumil Hadis).
Penutup
Itulah beberapa pembahasan mengenai hadis, serta beberapa hal yang berkaitan dengan pembahasan tersebut. Kesimpulannya adalah, bahwasannya hadist adalah hal yang menjadi patokan kita dalam menerima sebuah informasi.
Adanya sebuah kevalidan tentang informasi yang kita dapat, bisa kita percayai dengan baik, atau mungkin perlu adanya kajian kembali, agar nantinya mendapatkan hasil informasi yang memang benar adanya.
Sekian ulasan kali ini, semoga menginspirasi.
Daftar Pustaka