Jasa Letjend Kemal Idris, Sehingga Makassar mengalami perluasan Wilayah seperti sekarang ini. Dia Penentang Soekarno, yang dibuang Soeharto.
Beritaku.Id, Budaya – Dimata Letnan Jenderal Kemal Idris, seorang Soekarno dianggap pemimpin hebat dan besar dimata orang lain. Namun kontraproduktif dengan pengalaman Kemal Idris.
Sehingga dia memandang Soekarno memiliki beberapa kelemahan.
Sebelum menginjakkan kakinya ke Makassar dengan jabatan Pangkowilham Tahun 1968. Ada sebuah peristiwa besar di Jakarta tepatnya 17 Oktober 1952.
Jasa Kemal Idris Untuk Soeharto
Peristiwa 17 Oktober 1952, kondisi politik Djakarta yang tidak menentu. Akhirnya Mayor Kemal Idris saat itu sebagai Komandan Resimen Tujuh Divisi Siliwangi. Dipanggil untuk membantu memantau keamanan Djakarta.
Soekarno pada saat ini menghadapi situasi yang sangat sulit, akibat perlawanan dari dalam. Terdapat beberapa, pejabat internal yang dipimpinnya (militer), tidak menunjukkan integritas loyalis.
Pagi itu, Mayor Kemal mengarahkan pasukan didepan istana dengan 2 Tank dan 4 kendaraan lapis baja. Bersama Infanteri dan Kavaleri, bersenjata lengkap. Dengan moncong meriam mengarah ke Istana Negara.
Dalam hal Protokol Kepresidenan, posisi moncong meriam mengarah kearea istana adalah sebuah pelanggaran.
Namun saat itu Kemal Idris melakukannya, bukan karena inisiatif pribadi. Tapi atas perintah Panglima ABRI, Jenderal Abdul Haris Nasution.
Dalam benak Mayor Kemal Idris, bertentangan. Perintah A.H. Nasution adalah pelanggaran. Tetapi sebagai bawahan di militer, maka hanya kata “Siap” yang bisa diucapkan dalam setiap perintah.
Kemal Idris, Anti Soekarno, selain anti terhadap Orde Baru, dia juga Anti Komunis (PKI). Menjadikannya berpendirian tegas menentang sang proklamator. Meski sebenarnya memposisikan meriam seperti itu, bertentangan dengan jiwanya.
Buku “Melawan Dalam Revolusi” ditulis Oleh Rosihan Anwar
Disisi yang sama didepan Istana, mahasiswa melakukan pergerakan “Menentang Orde Lama”. Dan meminta Presiden Soekarno membubarkan parlemen/DPRS.
Alasan gerakan mahasiswa tersebutlah yang menjadi argumen A.H.Nasution. Memerintahkan Kemal Idris untuk mengarahkan hulu meriam ke Istana.
Belakangan A.H.Nasution melepaskan Kemal Idris untuk mempertanggungjawabkan sendiri peristiwa tersebut.
Atas peristiwa 17-10-52 tersebut, seluruh Pimpinan pasukan yang bergerak di Istana dipanggil menghadap Istana.
Telah duduk dalam pertemuan tersebut, Jenderal Achmad Yani, Sutoyo, Suprapto, dan MT Haryono. Kemal Idris. Ketika itu Soekarno belum datang.
Soekarno Enggan Menjabat Tangan Kemal
Pertemuan tersebut, adalah pertemuan dengan tujuan “mendetekasi dan mengadili” militer. Yang dianggap terlibat dalam peristiwa moncong meriam ke istana tersebut.
Pameran kekuatan ini mencerminkan kelatahan dari zaman itu. Tindakan ini tidak dapat dikatakan bijaksana, karena para panglima yang memimpin gerakan itu berada bersamaku di dalam istana.
Bung Karno Dalam Otobiografhi Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. (Sumber:Historia.Id)
Ketika Soekarno tiba dalam ruangan, seluruh pejabat militer dijabat tangannya oleh Presiden RI 1.
Kemal Idris yang berposisi siap menerima uluran tangan sang presiden. Harus menelan kepahitan, sebab Soekarno memalingkan wajah dan menganggapnya tidak ada.
Kemal Idris seketika itu merasa dikucilkan, dan kecewa dengan Soekarno.
Peristiwa didepan istana berakibat pada jabatannya.
Peristiwa Supersemar, Dan Posisi Kemal Idris
Kondisi Politik terus berjalan di Jakarta, para pejabat dan politisi memainkan skema pengaruh masing-masing.
Kondisi politik yang mengalami instabilitas, menciptakan beberapa kubu dalam pusaran istana, sementara tekanan massif terus terjadi diluar istana.
Hingga tiba masa peristiwa 11 Maret 1966, sebagai buntut panjang pasca peristiwa G 30/S/PKI pada tanggal 30 September 1965.
Kemal Idris yang merasa benar menjalankan perintah, belum menerima perlakuan dari Soekarno.
Dan akhirnya peristiwa Supersemar mencatatkan dirinya sebagai kelompok militer yang mendukung penggulingan orde bentukan Soekarno (Orde Baru).
Bermula ketika hari itu 11 Maret 1966, Soekarno memimpin rapat di Istana Negara.
Sekira 100 pasukan dikerahkan secara liar ke Istana. Kemal Idris yang menjabat sebagai Kepala Staff Pangkostrad. Dari pasukan RPKAD (Resimen Para Komando Angkatan Darat).
Tujuannya untuk menangkap Soebandrio, yang dianggap otak dan dalang pemberontakan PKI.
Namun Soekarno merasa terancam dengan pasukan “liar” tersebut. Dan akhirnya Soekarno diamankan ke Istana Bogor.
Kondisi politik semakin memanas, benar-benar Jakarta mengalami kekacauan dan menurunnya kepercayaan publik kepada pemerintah. Tekanan kepada Soekarno “serahkan kepada militer untuk menjaga stabilitas negara” terus menggemah.
Beritaku, peristiwa: Soekarno Di Ancam Pistol Untuk Tandatangan Supersemar?
Kudeta “ringan” dengan peristiwa 11 Maret 1966, pengambil alihan pemerintahan melalui jembatan Surat tersebut. Dari Soekarno ke Seoharto.
Soeharto tancap gas untuk menjaga stabilitas Negara, membubarkan parlemen. Hal ini sekaligus mencabut akar kekuasaan Soekarno dan menancapkan kekuasaannya sebagai pemerintah baru RI.
Mayjend Kemal Idris Menjadi Pangkostrad
Tepatnya tahun 1967, saat Soeharto menjadi Pemimpin Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dirinya diangkat sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad).
Jabatan yang sebelumnya dijabat oleh Mayjend TNI Umar Wira Hadikusuma.
Misinya untuk mencabut pengaruh Soekarno dari tanah air, melakukan kampanye “Pancasila” dan “Anti Komunis”.
Perlahan Panglima Kostrad Terbuang
“Diasingkan KeMakassar” namun berjasa Buat Kota Makassar.
Mayjed TNI Kemal Idris, memiliki jasa besar atas kepemimpinan Soeharto. Namun bagi Soeharto, hal itu bisa menjadi ancaman. Sehingga perlahan, Soeharto membuat list mengurai kekuatan yang menempel pada dirinya.
Tak terkecuali Mayjend yang berjasa tersebut, masuk dalam skenario pembuangan.
Panglima Komando Wilayah Pertahanan (Kowilhan)
Dilepaskan posisinya sebagai Pangkostrad, dan dipindahkan ke Wilayah Timur sebagai Panglima Komando Wilayah Pertahanan (Pangkowilhan). Yang sekarang mengjadi Komando Daerah Militer (Kodam) XIV Hasanuddin (Dulu Kodan VII Wirabuana).
Dengan alasan masih berkembangnya perlawanan dari Kota Makassar. Dan sisa-sisa DI-TII masih memiliki pengaruh di Sulawesi dengan sentra pergerakan di Kota Makassar.
Namun bagi para pengamat menilai bahwa langkah itu, diambil Soeharto untuk menyingkrikan satu persatu Jenderal yang berpengaruh. Dan beresiko menyaingi kepemimpinannya.
Kemal Idris Berjasa Pada Perluasan Kota Makassar
Kota Makassar yang ada sekarang, tidak bisa melupakan jasa sang Jenderal, ketika itu berpangkat Letnan Jenderal.
Kota Makassar yang awalnya hanya memiliki luas, sekira 23 Km persegi. Dianggap sangat sempit, sebagai suatu Ibu Kota Sulawesi Selatan.
Maka tidak ada cara lain, melakukan perluasan dengan “Mencaplok, dan menggeser batas” Kota, yang mengambil teritorial 3 Kabupaten di Sekitarnya:
- Kabupaten Gowa,
- Kabupaten Maros,
- Kabupaten Pangkajene Kepulauan
Hingga diperkirakan memiliki luas setelah perluasan mencapai 115,87 Kilometer persegi.
Namun Bupati Gowa Kolonel K.S. Mas’ud dan Bupati Maros Kolonel H.M. Kasim DM menentang keras pemekaran tersebut.
Perdebatan tersebut dapat diredam oleh Pangkowilhan III Letjen TNI Kemal Idris untuk melakukan mediasi. Sehingga 2 Kolonel TNI tersebut, tunduk kepada atasannya di militer. Esprit de corps atau Korsa!
Jika bukan karena pendekatan Militer, maka Kota Makassar tidak akan seluas yang ada sekarang. Inilah Jasa Kemal Idris untuk Kota Anging Mammiri.
Nama Makassar Berubah Menjadi Ujungpandang
3 Bupati perbatasan Makassar, menerima meski “tidak ikhlas” perluasan Kota tersebut sebesar 115,87 Kilometer persegi. Dengan 11 Wilayah Kecamatan waktu itu. Penduduk berjumlah 500.000 jiwa.
3 Kabupaten menyetujui dengan syarat, Nama Makassar dirubah.
Sebab para Bupati memiliki argumen bahwa di Makassar bukan hanya dihuni oleh Suku Makassar. Tapi ada Suku Bugis, Mandar dan berbagai etnis heterogen.
Walikota Makassar HM Daeng Patompo, Terpaksa menyetujui perubahan nama tersebut. Yang secara politis merugikannya, sebab Mayoritas Warga Kota Makassar dihuni oleh Suku Makassar.
Saat itu masi berstatus Kota Madya (Sebelum Menjadi Kota Makassar)
“Kebijakan terpaksa” tersebut diambil oleh Walikota (pendiri tanggul Patompo) yang masih ada hingga saat ini.
Makassar berubah menjadi Ujung Pandang tepatnya tanggal 31 Agustus 1971, Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 1971.
Semenjak saat itu, Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan berubah nama menjadi Ujungpandang.
Beritaku: Alasan Perubahan Nama Makassar Tahun 1971, Karena Maros dan Gowa
Berikutnya, tahun 1972 Kemal Idris “dibuang” keluar Negeri, menjadi Duta Besar di Yugoslavia. Sebagai langkah menghentikan laju pengaruhnya.
Setelah ia kembali ketanah air.
Ia kembali melawan Soaharto dengan bergabung dalam Petisi 50. Menandatangani penentangan terhadap Soeharto.
Mendirikan PT Sarana Organtama Resik (SOR), untuk menangani sampah di Ibukota, dan akhirnya banyak di cibir sebagai Jenderal Sampah. Karena menangani urusan sampah di Ibukota.
Wafatnya Kemal Idris
Tepat Pada usia 87 tahun, 28 Juli 2010 ia wafat di Jakarta. Sang Jenderal yang menentang Soekarno dalam posisi lain menguntungkan Soeharto. Namun belakangan disingkirkan pula oleh Soeharto telah pergi untuk selamanya.
Namun terlepas, dari kontroversi perlawanannya kepada 2 presiden (Soekarno dan Soeharto). Ataupun titel yang disematkan kepadanya sebagai Jenderal Pemberang.
Akan tetapi jasanya akan selalu dikenang, oleh orang Makassar, karena atas sikap moderatnya. Sehingga Makassar mengalami perluasan.