Kalimat Puitis saat Tahun baru, dan perayaan adalah hal identik dengan perayaan dan resolusi.Bagaimana Asal Usul tahun baru, hukum perayaan dan perbedaan hijriah dan masehi.
Beritaku.Id, Lifestyle – Hampir seluruh masyarakat di dunia merayakan pergantian tahun dengan cara mereka masing-masing.
Oleh: Tika Yanti (Penulis Lifestyle)
Namun entah sebuah kebetulan atau tidak seluruh dunia kompak menyalakan kembang api di hari tersebut.
Tepat jam dua belas dini hari suasana langit di seluruh dunia nampak terang benderang karena cahaya kembang api. Tak sedikit yang menghiasi halaman Facebook mereka dengan kalimat dan kata-kata puitis saat menjelang tahun baru.
Dalam ilmu pendidikan, terdapat dua versi tahun baru yaitu tahun baru Masehi dan tahun baru Hijriyah.
Perbedaan tersebut merupakan sebuah hasil perhitungan revolusi bumi mengitari bulan atau matahari.
Entah bagaimana sejarahnya sehingga tahun baru Masehi merupakan kejayaan bagi umat nasrani sedangkan tahun baru Hijriyah merupakan tahun kejayaan umat muslim.
Artikel ini akan membahas lebih lanjut mengenai kedua macam tahun baru tersebut.
Sebagian orang menganggap pergantian tahun sebagai momentum memperbaiki diri.
Perayaan Tahun Baru, Harus atau Ikut Arus?
Sebagian lagi merasakan bahwa tahun yang baru mampu memberikan semangat kehidupan yang baru dan menutup hal-hal buruk di tahun sebelumnya.
Oleh sebab itulah merayakannya menjadi sesuatu yang wajib.
Tidak sedikit juga yang mengapresiasi diri mereka terhadap kerja keras selama satu tahun terakhir.
Sehingga menganggap perayaan tahun baru bukanlah untuk menyambut tahun yang baru melainkan mengakhiri derita di tahun sebelumnya.
Lalu bagaimana hukum merayakan tahun baru dalam Islam?
Berbagai pendapat mengenai perayaan tahun baru dan makna yang ada di dalamnya.
Salah satunya adalah merayakan yang bertujuan memberikan motivasi kepada orang lain.
Hal ini dapat memberikan makna tersendiri bagi diri sendiri dan orang lain. Tahun baru tidak selalu identik dengan hura-hura dan pesta pora.
Saling mengirimkan sedekah dan menambahkan kalimat puitis untuk memotivasi sanak saudara.
Juga dapat memberi kesan tersendiri di hati pemberi dan penerima. Hal ini juga akan mempererat tali silaturahmi terutama antar muslim.
Asal Usul Tahun Baru Masehi dan Hijriah
Tahun Masehi merupakan kalender Gregorian. Pada mulanya, penanggalan satu Masehi memiliki makna sebagai tahun kelahiran nabi Isa atau Yesus.
Dr. Aloysius Lilius mengusulkan pertama kali. Beliau merupakan warga Napoli-Italia.
Paus Gregorius XIII juga menyetujui usulan tersebut. Sebelum kalender Gregorian mendapat perhatian dari masyarakat, kalender Julian telah ada lebih dahulu.
Keduanya memiliki persamaan dalam perhitungan penanggalannya yaitu melalui pergerakan matahari terhadap bumi.
Saat bangsa Romawi masih memimpin di abad ke 46 Sebelum Masehi, Julius Caesar membuat keputusan bahwa awal tahun Masehi dimulai pada tanggal satu Januari.
Nama Januari merupakan nama seorang dewa dengan dua wajah yaitu Janus.
Kedua wajah tersebut memiliki makna menatap masa depan dan sebagian menatap masa lalu.
Sampai saat ini seluruh dunia menggunakan acuan itu sebagai awal dari sebuah tahun.
Bahkan nama-nama bulan pada kalender Masehi juga diambil dari nama-nama Dewa Yunani.
Contohnya adalah bulan Juni artiya adalah Dewi Juno dan bulan Mei dari Dewi Maiya yaitu Dewi Kesuburan.
Berbeda dengan tahun baru Hijriyah yang menjadi tatanan umat muslim.
Pemerintahan Umar bin Khatablah yang menggagas adanya sistem penanggalan.
Melihat tatanan negara yang mulai membingungkan terutama mengenai surat-surat yang tidak memiliki tanggal penulisan akhirnya beliau memutuskan membuat sistem penanggalan.
Awalnya beliau ingin menggunakan tahun lahir maupun tahun wafat Nabi Muhammad sebagai acuan namun ia merasa kurang tepat.
Ali bin Abi Thalib mengusulkan untuk memulai awal tahun saat umat Islam hijrah karena hal itu merupakan peradaban baru Islam.
Di dalam Al Qur’an dijelaskan mengenai sistem penanggalan dengan qomariyah atau bulan.
Surat At Taubah mengatur konsep pertanggalan dan kalender Hijriyah.
Ada empat bulan yang haram untuk melakukan perang yaitu bulan Muharram, Rajab, Dzulqoda, dan Dzulhijjah.
Nama-nama bulan dalam kalender Hijriyah diambil berdasarkan kondisi di Arab.
Perbedaan Tahun Baru Hijriah Dan Masehi
Tahun Hijriyah dan Masehi sama-sama memiliki dua belas bulan dalam satu tahun.
Perbedaannya terletak pada nama bulan sebagai tanda awal tahun. Bulan Muharram menjadi awal tahun Hijriyah sedangkan bulan Januari menjadi awal tahun Masehi.
Selanjutnya, Bulan Muharram merupakan bulan hijrah bagi umat muslim sehingga menjadi momentum peradaban baru.
Bulan Januari merupakan kelahiran Isa Al Masih dan pemujaan terhadap Dewa Janu yang juga merupakan titik balik peradaban Nasrani.
Perbedaan juga terjadi pada jumlah hari dalam setahun. Tahun baru Masehi terjadi setiap 365 hari sekali kecuali tahun kabisat sedangkan tahun baru Hijriyah setiap 354 atau 355 hari.
Jumlah angka pada tahun Masehi merupakan pergerakan bumi mengelilingi matahari sedangkan jumlah angka pada tahun Hijriyah merupakan pergerakan bumi terhadap bulan.
Penghitungan, Nama dan Makna Bulan Hijriah
Perhitungan tahun Sinodik bulan adalah 12 x 29,53059= 354,36708 hari.
Setiap bulan baik kalender Masehi maupun Hijriyah memiliki selisih hari.
Dalam satu bulan, kalender Hijriyah memiliki 29 hingga 30 hari sedangkan tahun Masehi memiliki 30 hingga 31 hari.
Itulah yang menyebabkan tahun Hijriyah memiliki jumlah hari lebih sedikit dibandingkan tahun Masehi. Tahun baru Hijriyah dapat terjadi di pertengahan tahun Masehi.
Nama-nama bulan memiliki makna berbeda baik pada kalender Hijriyah maupun Masehi.
Kalender Masehi memasukkan nama-nama dewa pada penamaan bulan. Contohnya adalah Desember yang berasal dari nama Dewa Matahari. Sedangkan dalam Islam nama-nama bulan mengacu pada kondisi bangsa Arab.
Pemberian nama bulan pada tahun hijriah memiliki makna dan arti masing-masing, berikut nama bulan dan makna bulan hijirah, yaitu:
- Muharram merupakan bulan yang haram untuk berperang
- Shafar artinya kosong. Para kaum lelaki pergi merantau dari Arab.
- Rabiul Awal merupakan kembalinya para lelaki yang merantau.
- Rabiul Akhir adalah menetapnya kaum lelaki.
- Jumadil Awal merupakan awal mula musim kering.
- Jumadil Akhir adalah berakhirnya musim kering.
- Rajab artinya mulia.
- Sya’ban merupakan kelompok mencari nafkah.
- Ramadhan artinya panas dan merupakan bulan puasa bagi umat muslim.
- Syawal artinya kebahagiaan.
- Zulqaidah merupakan waktu istirahat bagi kaum Arab.
- Zulhijjah artinya adalah yang menunaikan haji.
Demikian juga dengan nama-nama hari. Kalender Hijriyah menyerap bahasa Arab dalam penamaan hari.
Penentuan pergantian hari pun berbeda. Jam menjadi acuan pada pergantian hari dalam Masehi yaitu jam 00.00.
Dalam kalender Hijriyah, terbenamnya matahari merupakan tanda pergantian hari.
Itulah yang membedakan tahun baru Hijriyah dan tahun baru Masehi.
Hukum Perayaan Tahun Baru
Setelah mengulik sejarah tahun baru Masehi, tentu kita menjadi paham makna dari tahun tersebut.
Baca juga Beritaku: 6 Keuntungan Merayakan Tahun Baru, Jangan Dilarang
Selain merupakan pemujaan terhadap Dewa Janu, tahun baru Masehi juga merupakan kebangkitan Isa Al masih.
Oleh sebab itulah hari natal dan tahun baru menjadi satu kesatuan. Dalam perkembangannya perayaan tahun baru identik dengan pesta pora tanpa manfaat dan penuh dengan permainan-permainan.
Meniup terompet dan membunyikan lonceng adalah sesuatu yang identik dengan umat Nasrani.
Begadang menantikan pergantian tahun juga merupakan kegiatan yang sia-sia.
Masih banyak lagi hal-hal tanpa manfaat saat merayakan tahun baru yaitu pemborosan dan kemungkinan melakukan zina.
Di dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa barangsiapa yang mengikuti suatu kaum maka ia termasuk di dalamnya.
Merayakan tahun baru tidak ada tuntunannya dalam Islam. Tepat di tahun baru umat Nasrani mengadakan ritual-ritual keagamaan dan juga melakukan budaya kufar.
Mereka membuang bunga ke laut ataupun memberi sesaji sebagai penghormatan terhadap Dewa Janus.
Ini adalah sesuatu yang tidak sesuai dengan syariat islam. Islam menentang kaumnya untuk menyembah berhala.
Pesan Rasulullah Tentang Perayaan
Rasulullaah SAW saat tiba di Madinah melihat hari raya yang dipenuhi dengan permainan-permainan.
Beliau menanyakan dua hari apa yang diisi oleh permainan itu dan mereka menjawab hari dimana mereka bermain-main di jaman Jahiliyah.
Rasulullaah pun kemudian menjelaskan bahwa Allaah telah menggantikan kedua hari itu menjadi hari yang jauh lebih baik yaitu Idul Fitri dan Idul Adha.
Hadist ini merupakan shahih riwayat Al Hakim, Imam Ahmad, An Nasa’i, dan Abu Dawud.
Dalam Al Qur’an Surat Al Mumtahanan juga dijelaskan untuk tidak menjadikan musuh-musuh Allaah sebagai teman setia padahal sebenarnya mereka telah ingkar terhadap kebenaran yang datang kepada mu.
Pesan Menjauhi Perayaan Tahun Baru
Islam juga menganjurkan untuk menjauhi hari raya lainnya selain tahun baru sesuai dengan ucapan Umar sahabat Rasulullaah.
Jauhilah hari-hari perayaan musuh Allaah. Demikian pula dengan sahabat Rasul lainnya yaitu Ali bin Abi Thalib.
Beliau menyatakan membenci jika pergantian tahun menjadi hari khusus karena tidak ada dalil atau perintah untuk mengkhususkannya. Setiap umat memiliki aturan dan jalan masing-masing.
Kita dapat menarik kesimpulan dari penjelasan-penjelasan tersebut bahwa umat Islam sebaiknya tidak ikut merayakan tahun baru.
Ingatlah jika kiamat terjadi sejengkal demi sejengkal ketika umat muslim mulai mengikuti peradaban Jahiliyah.
Sekalipun mengadakan dzikir dan membagikan sedekah, sebaiknya tahun baru bukan menjadi alasan melakukannya.
Kalimat Puitis Saat Tahun Baru
Menyampaikan kalimat puitis di tahun baru merupakan hal umum yang dilakukan masyarakat Indonesia.
Banyak pedagang yang menjual parsel tahun baru disertai ucapan selamat tahun baru.
Bisa juga dengan mengirimkan pesan singkat melalui ponsel dan tidak perlu mengirimkan parsel atau hadiah.
Di jaman super cepat saat ini telah banyak stiker aimasi di ponsel yang berisi untaian kata-kata dan gambar lucu terkait tahun baru.
Tentunya pergantian tahun akan memiliki kesan yang lebih indah jika berisi untaian doa dalam kalimat yang dituliskan.
Sebelum menuliskan kalimat puitis, saat tahun baru, sebaiknya menentukan terlebih dahulu siapa yang akan membaca tulisan tersebut.
Contoh kalimat puitis tahun baru untuk teman atau sahabat adalah:
Selamat tahun baru 2021 kawanku
Semoga di tahun yang baru apa yang dicita-citakan terkabul dan dipenuhi keberkahan
Mari kita menuju kehidupan positif yang semakin maju
Kalimat lain yang lebih ringkas adalah
Selamat tahun baru 2021
Semoga tahun ini menyenangkan
Untuk sebuah perusahaan, sebaiknya menggunakan kata-kata yang lebih formal.
Hari berganti dan tahun berganti
Selamat tahun baru 2021
Semoga PT xxxx senantiasa maju
Dan membawa berjuta manfaat di tahun ini
Jika menginginkan kata-kata yang lebih panjang dan puitis maka Anda dapat membuat seperti berikut,
Senja terakhir di tahun ini
Esok awal yang baru memasuki celah jiwa
Semoga derita menghilang
Dan di tahun yang baru hanya terisi dengan senyuman
Begitu pula ucapan tahun baru untuk yang terkasih,
Fajar datang silih berganti
Begitu pula dengan tahun yang silih berganti
Namun kurasa cintaku padamu tak akan silih berganti
Selamat tahun baru untukmu
Untuk membuat kalimat puitis, Anda dapat menambahkan gambar-gambar yang mendukung untuk memberikan kesegaran di dalamnya.