Masyarakat Sumatera memiliki ikatan budaya yang erat dengan Pohon Andalas. Ia bahkan memiliki nama lain yang asal muasalnya istimewa.
Beritaku.id, Lestari – Warga memanfaatkan pohon ini juga untuk banyak hal, mulai dari bahan baku 3 benda adat hingga menjadikan buahnya sebagai kudapan sehari-hari.
Oleh: Riska Putri (Penulis Lestari)
Sebuah masyarakat yang berbudaya pasti memiliki benda yang istimewa. Sebagai hal yang menyatukan dan mengeratkan hubungan mereka sekaligus manifestasi dari nilai-nilai yang mereka yakini.
Benda itu bisa jadi sebuah senjata pusaka, tempat yang disucikan, dan lainnya. Dalam masyarakat Sumatera, benda yang istimewa itu adalah sebuah pohon. Namanya pohonnya. Andalas.
Tak sekonyong-konyong, posisi pohon ini sebagai tumbuhan yang istimewa hingga memiliki sejarah yang panjang dan menarik.
Namun sebagaimana kisah mitologi lainnya, tidak diketahui. Apakah kisah itu nyata atau tidak?.
Meski begitu, kisah tersebut terus tersampaikan secara turun temurun di kalangan masyarakat Sumatera dan menjadi bagian dari identitas budaya mereka.
Seperti apa keterikatan mereka dengan pohon Andalas?
Bagaimana ikatan kuat tersebut bisa terjalin kemudian apa saja manfaat pohon berbuah manis legit ini? Penulis akan menyajikan uraiannya dalam artikel berikut ini.
Baca juga beritaku: Mengenal Pulau Sumatera Dengan Suku Melayu Yang Mendominasi
Nama Lain Pohon Andalas
Morus adalah nama oleh para ahli botani untuk salah satu genus tumbuhan berbunga dalam famili Moraceae. Tumbuhan dalam genus Morus terdiri dari beragam spesies pohon yang secara umum kita kenal sebagai Murbei.
Termasuk dalam keluarga Tanaman Peluruh (Deciduous), pohon Murbei akan menggugurkan seluruh daunnya berdasarkan siklus tertentu.
Jika tumbuh di negara empat musim, Murbei biasanya menggugurkan daun pada musim gugur.
Sedangkan di Indonesia, karena hanya memiliki dua musim, Murbei menggugurkan daunnya untuk beradaptasi dengan keadaan iklim tertentu.
Umumnya ketika tanah Indonesia di landa kemarau, saat tanah tak kunjung di cumbu hujan.
Selain untuk beradaptasi, Murbei juga akan menggugurkan daunnya ketika musim berbuah sudah habis. Seperti pepohonan yang lain, buah Murbei akan jatuh dari buaian dahan ketika sudah matang.
Matangnya buah menandai rentanya dedaunan, yang kemudian gugur untuk diganti dengan yang baru.
Daun hijau nan segar, bertugas berfotosintesis, memupuk nutrisi bagi kuncup bunga dan benih buah.
Pohon Murbei termasuk tumbuhan yang tumbuh dengan pesat saat muda, hingga seperti anak laki-laki di usia pubertas. Maka dalam waktu singkat, pohon Murbei dapat tumbuh setinggi 24 meter.
Baca juga beritaku: 10 Daftar Kerajaan Terlama Berjaya Di Indonesia
Daun Dan Ranting Murbei
Dahan dan ranting Murbei bermahkota dedaunan sederhana bertepi gerigi, yang berbagi tempat dengan bunga ketika musim berbuah.
Dibandingkan dengan tinggi batang induknya, buah Murbei memiliki ukuran cukup kecil, panjangnya hanya sekitar 2-3cm saja. Saat mentah, buah Murbei berwarna putih, hijau atau kuning pucat.
Warna tersebut akan berubah saat buah mulai matang, menjadi merah jambu atau merah, dengan rasa asam yang mendominasi.
Saat matang sempurna, buah Murbei berubah warna menjadi ungu tua hingga berwarna hitam. Maka pada fase ini, buah Murbei akan memiliki rasa manis dan nikmat saat kita makan.
Dari berbagai spesies Murbei, salah satu yang paling terkenal adalah Murbei Putih.
Murbei Putih sendiri merupakan tanaman endemik Asia, yang penyebarannya mudah kita temukan di Tibet, Himalaya, Indonesia, dan wilayah Indocina lainnya.
Murbei Dan Andalas Itu Sama
Termasuk dalam keluarga Murbei Putih, Morus Macroura atau yang lebih kita kenal dengan nama Pohon Andalas, adalah salah satu spesies endemik Indonesia, yakni tepatnya di Pulau Sumatera.
Andalas merupakan pohon berukuran sedang. Dahan, ranting, dan daunnya tumbuh menyebar, hingga saling berseling dengan posisi merunduk menyerupai sebuah kanopi.
Buah Andalas memiliki karakteristik warna yang sama dengan Murbei lainnya, dengan perbedaan pada rasanya yang manis seperti madu.
Selain terkenal dengan nama Andalas, atau Andaleh di daerah Sumatera, pohon ini juga kita kenal dengan nama-nama lain, yakni:
- Raja Putih
- Shahtoot
- Murbei Tibet
- Murbei Panjang
Baca juga beritaku: 3 Cara Merawat Jenis Anggrek Dendrobium Yang Menggemaskan
Asal Muasal Nama “Andalas”
Meski memiliki berbagai nama, tumbuhan berbuah legit ini tetap lebih terkenal dengan nama Pohon Andalas (Morus Macroura).
Ketika mendengar kata “Andalas”, benak orang Indonesia kebanyakan akan melayang ke kota Padang, tempat Universitas Andalas menancapkan fondasinya.
Wajar saja, karena Universitas Andalas adalah salah satu universitas tertua di Indonesia, yang merupakan buah karya Drs. Mohammad Hatta atau lazim dipanggil Bung Hatta. Sang Wakil Presiden Pertama negara ini.
Andalas merupakan nama yang memiliki sejarah panjang, yang jika kita telusuri bisa membawa kita mundur hingga 1.000 tahun ke masa lalu. Namun sebelum mundur ke masa lalu, mari sejenak berpetualang ke daerah paling Barat Indonesia, yaitu Pulau Sumatera.
Nama Lain Pulau Sumetara
Pulau terbesar keenam di Indonesia ini, selain memiliki nama Pulau Sumatera, juga memiliki beberapa nama lain. Nama-nama tersebut adalah Pulau Percha, Suwarnadwipa, Suwarnabhumi, dan Andalas.
Menurut beberapa riwayat, pemberian nama Andalas pada pulau ini karena adanya kemiripan antara bentuk daun tanaman endemik yang oleh warga yakni Andaleh, dengan bentuk Pulau Sumatera.
Kata Andalas itu sendiri berasal dari bahasa Melayu atau Minang, yang merujuk pada pohon Andaleh.
Dalam kisah oleh seorang tokoh masyarakat bernama Hali Salmi Datuk Paduko Basa atau yang biasa kita kenal dengan nama Angku Ladang. Pohon Andaleh pertama kali mendapatkan namanya setelah nenek moyang datang dari Nagari Pariangan ke Nagari Andaleh.
Di Andaleh ini, mereka beristirahat, melepas lelah dan penat setelah menempuh perjalanan jauh.
Bawaan di geletakkan di atas tanah, bersisian dengan tubuh penuh peluh. Tongkat yang ia gunakan untuk membantu berjalan, ia tancapkan di tanah Nagari Andaleh.
Atas izin Tuhan Yang Maha Esa, tongkat yang ia tancapkan itu kemudian tumbuh.
Akar mencengkeram tanah, dahan dan ranting muncul menjangkau langit. Pohon yang tumbuh dari tongkat itu kemudian benama “Andeh Lai”, yang berasal dari kata-kata yang mereka ucapkan saat menancapkan tongkat.
“Andeh lai panek den (amboi penatnya badan ini)” seru mereka saat menancapkan tongkat.
Selayang keluhan atas rasa penat yang melekat di badan. Lama kelamaan, pengucapan nama pohon itu berubah menjadi Andaleh.
Penyebutan Pohon
Hingga saat ini, masyarakat setempat masih menyebut pohon Andalas sebagai “Urek Andaleh” yang berarti “kayu Andaleh”.
Menurut kisah dari cerita turun temurun, nenek moyang orang Sumatera telah lama merawat pohon-pohon Andalas.
Karenanya wajar jika orang Sumatera memiliki kebanggaan tersendiri terhadap keberadaan Morus Macroura.
Bahkan, sejak zaman dahulu Pemerintah Sumatera Barat telah menjadikan pohon Andalas sebagai maskot daerahnya.
Pertanyaannya, apakah Morus Macroura mendapatkan namanya dari nama daerah tumbuhnya?
Ataukah sebaliknya, daerah tumbuhnya pepohonan Andalas mendapatkan nama dari sang pohon?
Tidak ada informasi yang pasti mengenai hal ini. Hanya satu hal yang jelas, yaitu Morus Macroura memiliki keterikatan sangat erat dengan pulau Sumatera, terutama Nagari Andaleh.
3 Benda Adat Dari Pohon Andalas
Seperti penjelasan sebelumnya, masyarakat Sumatera telah lama merawat Morus Macroura.
Mereka tidak hanya merawat dan melestarikannya, tetapi pohon-pohon Andalas ini juga termanfaatkan dalam berbagai segi kehidupan.
Salah satu contohnya adalah menggunakan kayu pohon Andalas sebagai bahan bangunan.
Salah satu kebudayaan Sumatera yang paling terkenal adalah rumah adatnya yang terbangun menggunakan kayu.
Di Sumatera Barat, rumah adat masyarakat bernama Rumah Gadang. Rumah adat ini memiliki atap mencuat ke atas yang bernamakan “gojong” dan berjumlah 4-7 buah per rumah.
Rumah Gadang juga biasanya memiliki 2-3 lumbung padi yang nama dan fungsinya berbeda-beda, sebagai berikut:
- Si Bayo-bayo, sebagai persediaan padi untuk keluarga rantau
- Si Tinjau Lauik, sebagai persediaan padi untuk diberikan pada orang tidak mampu
- Si Tangguang Litak, sebagai persediaan padi khusus untuk pemilik rumah
Sementara itu, masyarakat Sumatera Utara memiliki dua jenis rumah adat. Pertama, rumah adat bernama Parsakistan untuk menyimpan barang-barang pusaka. Kedua, Jabu Bolon sebagai lokasi pertemuan suatu keluarga besar.
Jenis Rumah Adat Lain Sumatera
Selain keduanya, masyarakat Sumatera Utara juga memiliki jenis rumah adat lainnya:
- Bolon
- Karo
- Pakpak
- Mandailing
- Melayu
- Nias
- Angkola
- Simalungun
Sedangkan di Sumatera Selatan, rumah adatnya bernama Rumah Limas. Keseluruhan Rumah Limas bertopang pada tiang-tiang kayu, yang tertanam jauh kedalam tanah.
Rumah yang umumnya memiliki luas antara 400 hingga 1.000 meter persegi ini terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu ruangan utama (ruang gajah), bilik tidur (pangkeng), dan dapur (pawon).
Selain bermanfaat sebagai bahan bangunan rumah adat, kayu dari pohon Andalas juga kerap berguna untuk membuat berbagai senjata adat, yakni:
- Sumatera Barat
- Kerambit
- Karih
- Kalewang
- Ruduih
- Piarik
- Sumatera Utara
- Piso Gaja Dompak
- Tongkat Tunggal Panaluan
- Hujur Siringis
- Piso Silima Sarung
- PisoSitolu Sasarung
- Piso Karo
- PisoGading
- Piso Sanalenggam
- Piso Toba
- Sumatera Selatan
- Keris Palembang
- Tombak Trisula
- Skin
- Kudhok
- Klewang Hemburg
Tanah Sumatera, selain memiliki banyak kekayaan alam yang indah, juga memiliki beragam seni yang menawan. Salah satunya adalah seni tari, yang jumlahnya ratusan.
Persebaran Seni Pada Tanah Sumatera
Berbicara tentang seni tari, tentu tak bisa lepas dari seni musik dan instrumen musik. Nah, kayu Andalas ternyata juga kerap bermanfaat dalam proses pembuatan berbagai instrumen tradisional, yaitu:
- Sumatera Barat
- Talempong Bansi
- Gendang Tabuik
- Serunai
- Pupuik Tanduak
- Rabab
- Tambua
- Pupuik Batang Padi
- Sumatera Utara
- Doli-doli
- Druni Dana
- Faritia
- Garantung
- Gendang Sisibah
- Gordang
- Hapetan
- Hesek
- Sulim
- Sarune Bolon
- Ole-ole
- Odap
- Ogung
- Pangora
- Taganing
- Sumatera Selatan
- Tenun
- Burdah (Gendang Oku)
- Genggong
- Kenong Basemah
- Terbangan (Rebana)
- Gambus
- Kulintang (Kolintang)
Selain dimanfaatkan dalam pembangunan serta pembuatan senjata dan instrumen musik, pohon Andalas juga menjadi simbol pengetahuan tentang sejarah tanah leluhur.
Manfaat Pohon Andalas
Memanfaatkan kayu pohon Andalas sebagai bahan bangunan maupun material pembuatan furniture bukanlah hal yang aneh.
Selain bernilai kuat, kayu Morus Macroura juga memiliki serat berwarna cokelat tua yang indah.
Bahkan, keindahan dan kekuatannya seringkali berbanding dengan kayu Jati. Di masa lampau, selain menggunakannya sebagai bahan bangunan, kayu pohon Andalas juga menjadi bahan utama pembuatan tuas roda kincir air.
Selain kayunya, bagian-bagian tubuh Morus Macroura lainnya ternyata juga bisa bermanfaat. Seperti kita katakan pada bagian awal artikel ini, pohon Andalas menghasilkan buah yang manis seperti madu.
Buah dari pohon Andaleh bisa kita konsumsi secara langsung, maupun kita olah menjadi beragam panganan.
Daun dari pohon Andalas juga kerap berguna sebagai pakan alternatif dalam budi daya ulat sutera.
Masyarakat Sumatera juga kerap menggunakan daun Andalas untuk membuat obat tradisional untuk mengobati penyakit batuk, asma, hipertensi, influenza, kudis, dan rematik.
Selanjutnya, penelitian pada tahun 2012 mengungkapkan bahwa akan, daun, dan batang Morus Macroura mengandung senyawa kimia yang berpotensi sebagai obat leukimia, anti tumor, dan anti bakteri.
Kandungan senyawa alkaloid yang dikandung Morus Macroura juga tengah diteliti sebagai obat HIV dan obat anti kanker.
Kelangkaan Pohon Andaleh
Sayangnya, meskipun memiliki segudang manfaat, saat ini pohon Andalas mulai langka dan sulit ditemukan.
Hasil penelitian beberapa ahli mengatakan, punahnya beberapa jenis serangga yang biasa membantu penyerbukan Morus Macroura, menjadi salah satu faktor penyebab kelangkaan Andalas.
Pembukaan lahan dan penebangan liar juga turut andil dalam ancaman kepunahan pohon Andalas. Sifat serakah memang tak bisa lepas dari diri manusia, dengan semena-mena batang-batang Andalas dipotong, hanya untuk memuaskan nafsu duniawi belaka.
Oleh sebab itu, perlu dilakukan upaya-upaya pencegahan kepunahan pohon Andalas. Dalam hal ini, langkah yang diambil Pemerintah Provinsi Sumatera Barat patut diapresiasi.
Melalui beragam stakeholders terkait, Pemprov Sumbar berusaha mengatasi kelangkaan Morus Macroura, sekaligus mengenalkan kembali pohon ini kepada masyarakat melalui Gerakan Tanam Serentak Pohon Andalas (Gertak Andalas).
Kegiatan ini meliputi penanaman di setiap halaman kantor, baik kantor pemerintahan maupun swasta, sekolah, taman-taman, objek wisata, dan beberapa kawasan konservasi pohon Andalas.
Daftar Pustaka
- Suttie, J. M. 2002. Morus Alba L. Quebec: Food and Agriculture Organization of the United Nations.
- Duke, James A. 1983. Morus Alba L., Moraceae: White Mulberry, Russian Mulberry, Silkworm Mulberry, Moral Blanco. Quebec: Food and Agriculture Organization of the United Nations.
- Tanjung, Ghamil S. 2015. Andalas, Sebuah Sejarah yang Terlupakan. Jakarta: Andalasmile Blog on WordPress. Diakses pada 06 Februari 2021.
- Pratama, Luzian. 2019. Andalas, Sebuah Sejarah yang Terlupa. Tanah Datar: Minang Kini. Diakses pada 06 Februari 2021.
- Vannisa. 2018. Kebudayaan Sumatera Barat. Perpustakaan Online Nasional. Diakses pada 06 Februari 2021.
- Vannisa. 2019. Kebudayaan Sumatera Utara Lengkap Berserta Gambar dan Penjelasannya. Perpustakaan Online Nasional. Diakses pada 06 Februari 2021.