Beritaku.Id, Xinjiang – Wanita Suku Uighur, dilenyapkan, ditahan tanpa pengadilan. Dibunuh tanpa keputusan, diborgol ketika tidurpun. Dan Tiap Malam Wanita diperkosa, sepanjang malam adalah suasana biasa di Reedukasi Camp Xinjiang, China, 18/12/2019.
Bersyukur kita bisa hidup di Indonesia, terlepas bahwa masih mengeluh tentang ekonomi. Namun ada satu kemerdekaan di Negara ini, yakni kemerdekaan menjalankan Ibadah sesuai keyakinan, tanpa paksaan.
Berikut catatan akhir tahun Beritaku.Id, dengan analisis redaksi yang mendalam, tentang kasus Wanita DiPerkosa di Uighuriztan.
Suku di Uighur menempati luas wilayah di Uighuriztan atau Turkeztan Timur seluas 1.664.897 KM persegi. Dengan jumlah 10 Juta orang, atau 45 % dari penduduk Xinjiang, China.
Sebaran Suku Uighur
Suku Uighur disamping tinggal di daerah tersebut, beberapa kini menyebar ke beberapa negara, diantaranya :
- Rusia sekitar 3.600 jiwa,
- Turki 45 ribu jiwa, dan
- 300 ribu di Uzbekistan, Kazastan, Tarjikiztan, Turmeniztan dan Tajikiztan.
Bahasa yang dipakai adalah bahasa Suku Uighur/Turki serta sedikit mandarin.
Kamp yang disebut pemerintah otonomi Xinjiang, China. Sebagai kamp pembelajaran kejuruan, atau Reedukasi Camp, diperkirakan dibuat oleh pemerintah China melalui pemerintah otonom Xinjiang antara tahun 2015 – 2019.
Hal ini, bisa dilihat dari hasil pantauan google maps, seperti dilansir sebelumnya, bahwa tahun 2015. Lokasi tersebut sebelumnya masih berupa gurun pasir.
Namun fakta mengejutkan foto satelit tahun 2017, telah berdiri bangunan dengan tembok mengelilingi gedung sepanjang 2 KM. Lengkap dengan ruangan penjaga sebanyak 16 ruangan.
Skenario Buat Wanita Suku Uighur, Diperkosa Hingga Lenyap
Program Berteman dan Hidup Berdampingan, sebagai langkah awal, untuk pemorkosaan dan dilenyapkan begitu saja.
Program berteman dan hidup berdampingan, pemerintah memberikan pembenaran, bahwa program ini adalah upaya penyatuan etnis dan asimilasi budaya.
Skenario awal permpuan DiPerkosa, dimulai dari sini, para suami mereka dikirim kamp tahanan, dan penjaga (Partai Komunis/Suku Han) yang tinggal dirumah mereka. ketika malam akan memasuki kamar wanita (istri dan anak perempuan). Yang ditahan tersebut (Sumber : Radio Free Asia).
Para lelaki dari suku Han, ditugaskan untuk mengawasi para wanita suku Uighur dirumah-rumah mereka. Tangkap, hingga lenyapkan.
Suku Han yang tinggal tersebut, melakukan pengawasan atas segala aktifitas warga yang dilakukannya. Awal mula program ini adalah disebut dari partai komunis sebagai program penyatuan etnis.
Anggota partai komunis, bermalam dirumah warga Uighur selama enam hari. dan datang setiap 2 bulan. Pengalaman perempuan DiPerkosa dengan program ini telah dimuat oleh beberapa media internasional.
Dan mereka (etnis han) akan naik ketempat tidur etnis Uighur atau dimana saja perempuan Uighur tidur. Dan melakukan apasaja, dengan dalih sebagai kerabat.
“Praktik Asimilasi Paksa yang sangat invasif” ini dilakukan sebagai upaya untuk menghabisi budaya di Uighur. Dengan mayoritas Islam, proses asimiliasi melenceng ini, jelas bertentangan dengan nilai-nilai agama yang mereka anut.
Bertentangan nilai-nilai yang dimaksud adalah lelaki tinggal dirumah perempuan Uighur tanpa ada lelaki lain dirumah tersebut. Skenario Wanita DiPerkosa berlangsung dari program ini, meski ada pula yang dilenyapkan.
Wanita Uighur, yang ditinggal suami karena dikirim kamp tahanan, tidak memiliki akses komunikasi kemanapun. Apalagi mau mendokumentasikan kejadian yang dialami mereka, perempuan DiPerkosa tidak punya sumber daya untuk mengeluhkan penderitaan mereka.
Program Sejak 2017
Sejak 2017, Cina telah menjalankan program “Berteman dan Hidup Berdampingan dengan Suku Uighur” di wilayah tersebut. Di mana pejabat Partai Komunis yang merupakan etnis Han – kelompok etnis yang merupakan sebagian besar penduduk Tiongkok. Tinggal di rumah orang Uighur.
Mereka berdiskusi, makan dan tidur bersama (laki-laki Suku Han dan wanita Uighur), tidurnya satu ranjang secara bersama-sama, tanpa bisa melakukan penolakan, perempuan DiPerkosa, baik istri maupun anak gadis dari etnis Uighur.
Mereka harus menerima program ini, Karena keluarga yang melakukan penolakan. Dianggap menolak kehadiran keluarga baru dari suku Han, dan itu dianggap sebagai suatu pelanggaran. Efeknya adalah ditahan ke kamp tahanan atau dibunuh ditempat, ngeri!
Labelisasi “Praktik Asimilasi Paksa yang sangat invasif” dengan slogan penyatuan budaya. Pada dasarnya adalah kebohongan komunis, sebab kalau asimilasi, maka tidak seharusnya melenyapkan budaya yang ada di Uighur.
Kenyataannya, kebebasan untuk menjalankan ibadah, sholat dan membaca AlQuran telah di hilangkan. Sementara pergaulan bebas di galakkan, berlabel belajar budaya China (Han)
Suku Uighur Tidak Patuh Maka Di Kirim Ke Kamp Reedukasi, lenyapkan!
Kamp reedukasi maksudnya adalah pembinaan awal, yang masuk ke kamp tersebut yang dianggap melakukan pelanggaran. Ini berdasarkan laporan etnis Han yang mendatangi rumah-rumah mereka sebelumnya.
Jika selama program penyatuan etnik ditemukan mereka melaksanakan sholat, membaca AlQuran, atau aktifitas lainnya. Maka mereka akan digolongkan sebagai kelompok teroris, separati dan ekstrimis.
Entah pula ini alasan subjektif, ketika perempuan diperkosa ini menolak atau melakukan perlawanan. Sebagai alibi untuk menghukum mereka, sebab penangkapan mereka sangat subjektif, tanpa alasan beralaskan hukum.
Ketika sampai di kamp, mereka akan menempati ruangan yang berukuran 16 meter persegi, berjumlah 20 orang dalam satu kamar.
Didalam kamar tersebut, disiapkan satu ember (pengganti closet), sebagai toilet (buang air kecil dan besar). Ember tersebut di bersihkan hanya sekali dalam sehari, dan jika ember tersebut penuh, maka tunggu pembersihan keesokan harinya.
Pengawasan Penuh
Bisa dibayangkan, bagaimana bau dalam ruangan tersebut, sepanjang waktu.
Diawasi dengan 5 kamera CCTV, jenis camera network, lengkap dengan DVR (digital video recorder), untuk merekan seluruh aktifitas mereka, 4 dipasang disetiap sudut dan satu dipasang ditengah atas (plafond).
Ketika malam, para penjaga akan datang ke ruangan mereka, dan mengambil siapa saja yang dikehendaki. Rata-rata mereka memilih perempuan dengan umur paling tua 40 tahun
Dari beberapa korban perempuan diperkosa memberika penjelasan kepada Washington Post :
Perhat, sekarang berusia 30 tahun, mengatakan bahwa dia berulang kali diperkosa oleh penjaga Han China, di kamp reedukasi
Membuatnya 2 kali hamil, namun otorita kamp, memaksanya untuk menggugurkan kandungan tersebut.
Mantan tahanan lain menggambarkan bagaimana perempuan yang lebih muda akan diambil dari sel mereka ketika malam hari.
Gulzira Auelkhan, 40, selama 18 bulan yang dihabiskannya di kamp, dan selama itu pula dirinya diperkosa kapanpun penjaga kamp menginginkannya.
Wanita Suku Uighur diperkosa ini, jangankan mengadu untuk pemerkosaan yang dialami. Makan mereka saja dalam sehari diberikan makanan yang tidak baik, air sup dan sepotong roti.
Warga Kazakh dan warga negara Tiongkok, Gulzira Mogdyn, 38, dipenjara setelah WhatsApp ditemukan di teleponnya pada Desember 2017. Juga menjadi korban pemerkosaan.
Membuat ia hamil 10 minggu, tetapi Mogdyn mengatakan para pejabat mengatakan kepadanya. Bahwa ia tidak diizinkan memiliki anak, dan anaknya digugurkan tanpa anestesi.
Kasus perempuan diperkosa terjadi, hampir pada semua wanita muda yang ada dalam tahanan.
Pada kasus lain, 200 orang perempuan dibaris didepan para tahanan lainnya, dipaksa untuk membuka baju mereka. Setelah itu, para perempuan ini diperkosa didepan yang lainnya.
Perempuan diperkosa, perbudakan seksual, pelacuran paksa, kehamilan paksa, sterilisasi paksa dan kekerasan seksual masing-masing merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Dan ini pemandangan yang sering terjadi di kamp tersebut, sejak tahun 2017. Praktik perkosaan ini berlangsung, namun tidak terekspos secara besar-besaran.
Akhir Tahun 2018
Diakhir tahun 2018, baru terbongkar, setelah beberapa tahanan berhasil mendapat suaka dari beberapa negara. Termasuk Swedia, Rusia dan Turki, sebagai alasan kemanusiaan.
Media dilarang melakukan peliputan di area kamp, mereka diawasi dengan pengawasan penuh. Dan suku Uighur di pantau diseluruh provinsi (bukan hanya di Xinjiang).
Dengan Infrastruktur pemantauan yang dibangun di kawasan itu berupa artificial intelligence, melalui piranti elektronik. Mereka membuat sistem pemantauan di seluruh provinsi itu, aplikasi ini menggunakan sistem pengenalan wajah.
Sehingga tidak ada satupun orang Uighur yang bisa meloloskan diri, disamping itu Kamp Reedukasi tersebut. Dikawal ketat oleh Polisi bersenjata lengkap.
Tiap malam mereka ibarat tikus yang akan diterkam, tiap malam mereka akan menghadapi lelaki yang akan memaksanya.
Tiap malam mereka menjerit, namun tidak ada yang bisa menolongnya, bahkan sesama mereka tidak ada interaksi satu sama lain.
Tiap malam mereka menunggu waktu, tiap malam tidak ada yang terlewatkan dengan indah, semua akan kacau buat mereka.
Sampai kapan drama perempuan diperkosa dan dibunuh di Xinjiang, China berakhir?
Pemerintah China, memberikan klarifikasi bahwa di Xinjiang baik-baik saja, dan negara seperti Amerika Serikat. Tidak akan memberikan pengaruh mengenai ini (Perkosaan. perbudakan sexual dan pembunuhan).
Meski pernyataan Menlu China Wang Yi, dianggap sebagai suatu pembohongan publik. Sebab kenyataannya, pelanggaran Hak Asasi Manusia masih terus terjadi pada Suku Uighur di Xinjiang, sampai saat ini.
Sementara itu Xu Hairong, ketua Partai Komunis kota Urumqi, ibukota Xinjiang, menyebut kamp-kamp itu sebagai “upaya kontra-terorisme dan deradikalisasi.”
Terorisme terhadap Suku Uighur harus dihadapi bersama, dan terorisme tidak bisa di identikkan Islam. Upaya memperkosa para perempuan etnis Uighur juga tindakan terorisme, sebab kenyataannya Jerit tangis wanita diperkosa terus terdengar dari kamp ini.
Tiap malam buat mereka adalah kegelapan bagi suku Uighur yang menunggu waktu sebagai wanita target diperkosa atau dilenyapkan.