Manusia bepergian dan mengeksplorasi dunia dengan bermacam cara. Salah satunya menggunakan alat transportasi laut. Bagaimanakah hadits tentang kendaraan itu dalam Islam? Bagaimana pula perkembangannya dari masa ke masa? Temukan jawaban serta contoh pidatonya dalam artikel ini.
Beritaku.id, Berita Islami – Kehidupan adalah suatu konsep abstrak. Berbeda rupa, berbeda warna, berbeda arti pula. Jika di ibaratkan kendaraan, mungkin hidup adalah kendaraan umum.
Ditulis oleh: Riska Putri (Penulis Berita Islami)
Bentuk, warna, dan trayeknya berbeda, namun sejatinya masing-masing memiliki tujuan yang sama, yaitu mengantarkan penumpang pada suatu tujuan.
Lantas katakanlah kehidupan ini adalah sebuah bus antar kota. Tak masalah berapa banyak penumpang yang naik dan turun di sepanjang trayek, bus tetap melaju hingga pemberhentian terakhir. Bukan pula juga suatu perkara jika sesama penumpang saling tidak menyukai.
Peduli amat, masing-masing punya kisah dan tujuannya sendiri-sendiri. Bus yang di tumpangi hanya bertugas mengantarkan ke terminal. Tidak lebih, tidak kurang.
Kendaraan, dengan segala kecanggihan dan juga kerumitannya, merupakan buah dari akal pikiran manusia. Ya, manusia yang di anugerahi akal budi untuk berpikir, mencipta, dan berinovasi.
Sejak zaman dahulu, manusia senantiasa mencari cara mempermudah kehidupan. Memanfaatkan alam untuk berteduh, melegakan dahaga, serta membungkan raungan perut yang lapar. Manusia juga berkawan dengan hewan, untuk di ambil bulunya, di makan dagingnya, maupun di tunggangi tenaganya.
Berabad-abad berevolusi, manusia yang dulu menunggang keledai, unta, dan kuda, kemudian kini bergantung pada sihir bernama teknologi untuk bepergian. Berbagai alat transportasi tercipta dari khayalan di siang bolong, hingga menjelma menjadi bagian kehidupan yang kini tak bisa di lepaskan.
Dari berbagai moda transportasi yang di ciptakan manusia, salah satu yang paling ajaib adalah kapal. Bersama rangkaian kata dalam artikel ini, kita akan sama-sama menyelami seluk beluk moda tranportasi penjelajah samudera.
Baca Juga Beritaku: Ekonomi Maritim Dan Kelautan, Tujuan Serta Perbedaan Dari Keduanya
Hadits Tentang Laut
Sebelum berbicara tentang kapal, ada baiknya kita mengenal terlebih dahulu medan yang di arungi oleh kapal. Laut, dengan segala keindahan dan misterinya, adalah salah satu tanda kekuasan Allah SWT.
Sungguh tiada terkira anugerah dan karunia-Nya, yang memberikan segala yang ada di muka bumi untuk digunakan oleh manusia. Dalam Al-Qur’an surah Luqman ayat 20, Allah SWT berfirman yang artinya:
“Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan diantara manusia ada yang membantang tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa kitab yang memberi penerangan”.
Di antara kenikmatan dan karunia Allah SWT yang di sebut dalam ayat tersebut, salah satu yang ada di bumi adalah lautan, sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an surah An-Nahl ayat 14 yang artinya:
“Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai, dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur”.
Dalam ayat di atas, terdapat klausa bahwa Allah SWT menyediakan lautan salah satunya adalah untuk kepentingan perut manusia. Berbeda dengan hewan yang hidup di darat, semua hewan yang hidup di laut (termasuk yang memiliki sama dengan hewan di daratan), halal untuk dimakan.
Allah SWT berfirman yang artinya, “Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan” (Q.S. Al-Maidah ayat 96).
Ayat tersebut menunjukkan kehalalan hewan yang diburu di lautan bahkan bangkai hewan saja halal sebagaimana di sebutkan dalam hadits berikut.
Dari Abu Hurairah RA, ia mengatakan:
Seseorang pernah menanyakan pada Nabi SAW, ‘Wahai Rasulullah, kami pernah naik kapal dan hanya membawa sedikir air. Jika kami berwudhu dengannya, maka kami akan kehausan. Apakah boleh kami berwudhu dengan air laut?’ Rasulullah SAW lantas menjawab, ‘Air laut itu suci dan bangkainya pun halal’. (H.R. Abu Daud no. 83, An-Nasai no. 59, At-Tirmidzi no. 69).
Dari Ibnu Umar RA, Rasulullah SAW bersabda yang artinya, “Kami di halalkan dua bangkai dan darah. Adapun dua bangkai tersebut adalah ikan dan belalang. Sedangkan dua darah tersebut adalah hati dan limpa” (H.R. Ibnu Majah no. 3314).
Uraian mengenai lautan di atas bisa di jadikan bahan i’tibar atau mengambil pelajaran. Sesungguhnya laut dan segala isinya adalah nikmat Allah SWT supaya kita menjadi hamba yang senantiasa bersabar dan bersyukur.
Baca Juga Beritaku: Potensi Ekonomi Tertidur, Di Perairan Laut Dalam Dan Pulau Kecil
Filosofi Transportasi dalam Al-Qur’an
Kapal yang mengarungi lautan, adalah salah satu bentuk alat atau moda transportasi. Dalam Al-Qur’an, tema tentang transportasi di sebutkan sebanyak 15 kali dalam 15 ayat.
Dari ayat-ayat tersebut, pertama-tama Allah SWT mengisyaratkan bahwa manusia menggunakan binatang sebagai kendaraan. Hal tersebut dapat dilihat pada surah An-Nahl ayat 8 yang artinya:
“Dan (Dia telah menciptakan) kuda, bighal, dan keledai, agar kamu menungganginya dan (menjadikannya perhiasan, dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya)”.
Penghujung ayat tersebut seolah mengisyaratkan akan ada juga kendaraan dalam bentuk baru, yang berada di luar akal pikiran manusia saat itu. Kun Fayakun kata-Nya, maka jadilah mobil, sepeda, kapal, pesawat, dan alat-alat transportasi lainnya yang kita kenal saat ini.
Ayat-Ayat Yang Berbentuk Doa Dalam Perjalanan
Ayat-ayat mengenai transportasi juga mengajarkan dua bentuk doa ketika berkendara. Yang pertama terdapat pada surah Al-Hud ayat 41 yang artinya “Dengan menyebut nama Allah diwaktu berlayar dan berlabuhnya. Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Yang kedua, surah Al-Zukhruf ayat 13-14 yang artinya, “Maha suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami, padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya. Dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami”.
Kedua doa tersebut mengisyaratkan bahwa ketika berkendara, sepatutnya kita meminta ampunan atau maghfirah dari Allah SWT.
Kemampuan mengendalikan kendaraan sepenuhnya tak lain dari ilusi dan sifat sombong manusia. Karena sesungguhnya, kelancaran dalam berkendara tak lain adalah tanda kekuasaan Allah SWT semata.
Kemudian ada pula ayat yang menjelaskan bahwa, dalam kondisi apapun, orang-orang yang tengah berkendara tidak di perkenankan meninggalkan kewajiban shalat. Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 238-239 yang artinya:
“Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wustha. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’. Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka shalatlah sambil berjalan atau berkendaraan”.
Meskipun demikian, maha suci Allah SWT dengan segala kemurahan hati-Nya, shalat ketika berkendara mendapat keringanan berupa boleh di lakukan secara jamak maupun qashar.
Lantas apa lagi alasan yang mencegah mendirikan shalat saat berkendara? Bukankah satu-satunya waktu yang membuat seorang muslim boleh tidak mendirikan shalat, adalah ketika ia di shalati?
Baca Juga Beritaku: Lautan Dalam AlQuran, Mengungkap Rahasia Ke Permukaan
Contoh Pidato tentang Transportasi Laut dalam Ajaran Islam
Kalimat Pembuka Pidato Yang Berisi Tentang Ungkapan Rasa Syukur:
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Alhamdulillahi Rabbi Alamin Wassalatu Wassalam Ala Asyrofil Anbiya’i Wal Mursalim. Puji dan syukur marilah sama-sama kita panjatkan kepada Tuhan semesta alam, Allah Azza Wajalla yang mengaruniakan berkat, rahmat, serta juga hidayah-Nya kepada kita semua.
Terbit dan tenggelamnya matahari dari timur ke barat, menjalarkan berkas-berkas cahaya yang menghangatkan dunia. Angin yang mendesah lembut, juga menggelitik dedaunan di batang-batang pohon yang mengular sampai nun jauh di ufuk sana.
Semua itu tak lain merupakan kuasa keagungan Allah SWT, maka marilah kita mensyukuri nikmat-Nya, yang telah menyediakan dunia yang begitu cantik untuk kita nikmati.
Selain hamparan keindahan muka bumi yang di cerna panca indera, salah satu tanda kebesaran Allah SWT lainnya adalah kecerdasan yang di miliki manusia. Nikmat kecerdasan pada akal manusia, telah mengantarkan kita mengarungi zaman, memanfaatkan alam ciptaan-Nya demi kenyamanan dan keamana hidup kita.
Isi Pidato Yang Berisi Inti Dari Yang Ingin Disampaikan:
Salah satu buah dari kecerdasan manusia tersebut adalah alat transportasi bernama kapal. Di dalam Al-Qur’an, Allah SWT menjelaskan mengenai keberadaan alat transportasi ini. Firman Allah SWT yang artinya, “Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah kapal-kapal (yang berlayar) di laut seperti gunung-gunung” (Q.S. Asy-Syuuraa ayat 32).
Ayat tersebut sejatinya menjelaskan bahwa kapal yang sering kita lihat, merupakan salah satu tanda kebesaran Allah SWT. Orang yang membuat kapal adalah seseorang yang di anugerahi ilmu oleh Allah SWT.
Ayat tersebut juga berfungsi sebagai pengingat, bahwa semua yang di ciptakan manusia tak lebih dari anugerah Allah SWT semata. Maka janganlah merasa sombong dan jumawa ketika mampu menciptakan sesuatu, karena sesungguhnya tanpa ilmu dan kecerdasan yang di berikan Allah SWT, manusia tidak bisa apa-apa.
Dalam surah Al-Qur’an lainnya, Allah SWT berfirman yang artinya, “Kapal yang berlayar di laut dengan muatan yang bermanfaat bagi manusia” (Q.S. Al-Baqarah ayat 164).
Ayat tersebut menjelaskan, sekaligus sekali lagi mengingatkan kita, bahwa tidak ada sesuatu apapun di dunia ini yang di ciptakan Allah SWT tanpa memiliki maksud dan tujuan. Segala yang tercipta dari tangan-Nya, mengandung arti dan manfaat tersendiri.
Salah satunya kapal, yang sungguh sangat bermanfaat bagi ummat manusia. Keberadaan kapal meringankan beban manusia dalam bepergian, memungkinkan ummat manusia melintasi lautan dan menjelajah keindahan lipatan-lipatan bumi lainnya.
Ingatkah kita akan kisah nabi Nuh AS, yang di perintahkan Allah SWT membangun bahtera demi menyelamatkan cipataan-Nya? Selain untuk menyelamatkan makhluk hidup dari azab-Nya yang luar biasa pedih, sesungguhnya kisah nabi Nuh AS adalah sebuah pengetahuan mengenai teknologi pembuatan kapal.
Penutup Pidato yang Berisi Pesan Serta Ucapan Terima Kasih:
Bahtera nabi Nuh AS menjadi cikal bakal kapal modern yang kita kenal sekarang. Maha suci Allah SWT dan segala keagungan-Nya, yang telah bermurah hati menjelaskan tentang teknologi yang sungguh luar biasa dalam kitab suci-Nya.
Diceritakan melalui kisah teladan nabi-Nya, di rekam dan di jelaskan dalam kitab suci-Nya yang tidak bisa di sanggah kebenarannya. Maka marilah sekali lagi memanjatkan puji dan syukur kedahapan-Nya, berterima kasih atas segala nikmat-Nya yang begitu luar biasa.
Akhir kata, dengan rendah hati saya memohon maaf apabila dalam penyampaian saya terdapat kesalahan. Terima kasih banyak atas perhatian hadirin yang dirahmati Allah SWT.
Perkembangan Transportasi Laut dari Zaman ke Zaman
Berbicara tentang perkembangan transportasi laut, alat transportasi laut pertama yang tercatat dalam sejarah ummat manusia tentu adalah bahtera nabi Nuh AS.
Sejak saat itu, seiring perkembangan zaman dan cahaya pengetahuan yang semakin cemerlang, berbagai alat transportasi laut lainnya telah di ciptakan manusia. Mulai dari yang tradisional dan modern, turut serta menoktahi lembar-lembar sejarah peradaban.
Transportasi Air Tradisional
Yang paling tradisional adalah Sampan, alat transportasi sederhana, tanpa mesin, dan terbuat dari batang-batang bambu yang di ikat menjadi satu. Daya angkut dari sampan berbanding lurus dengan ukurannya, dan umumnya hanya bisa di gunakan untuk perjalanan jarak pendek.
Sampan biasa di kemudikan menggunakan galah panjang yang terbuat dari bambu, atau tali yang di ikat melintasi perairan yang hendak di arungi.
Yang kedua, Kano. Sama seperti Sampan, Kano merupakan alat transportas laut sederhana, yang pada zaman dulu di buat dari kayu yang di pahat secara khusus. Kano termasuk alat transportasi kecil, yang hanya bisa mengangkut 1 atau 2 orang saja.
Untuk mengendarai Kano, pengemudinya menggunakan alat bernama dayung. Di masa sekarang, Kano umumnya terbuat dari bahan karet, plastik, atau sejenisnya.
Ketiga, Dhow. Alat transportasi tradisional ini memanfaatkan angin sebagai tenaga penggeraknya. Berbekal layar sederhana, hembusan angin laut di jinakkan untuk mengontrol pergerakan Dhow.
Selanjutnya, Lanong. Jika Anda termasuk penggemar film atau cerita bajak laut, tentunya tidak asing dengan bentuk alat transportasi yang satu ini. Lanong merupakan kapal besar yang identik dengan kapal bajak laut.
Sama seperti Dhow, Lanong memanfaatkan angin sebagai tenaga penggerak. Bedanya, jika Dhow hanya memiliki satu layar, Lanong bisa memiliki lebih dari dua layar, tergantung besar tubuhnya.
Mulai Memasuki Era Modern, Alat Transportasi Laut Pun Kian Beragam
Kelima, Penjajap. Kapal Penjajap identik dengan dunia militer, karena umumnya di gunakan dalam pertempuran di laut oleh Tentara Angkatan Laut. Penjajap memiliki bentuk panjang dengan desain haluan dan buritan yang lancip. Penjajap juga di buat menggunakan material berbobot ringan, agar dapat bergerak dengan cepat.
Keenam, Kapal Pesiar. Kapal Pesiar merupakan sejenis alat transportasi laut berukuran besar, yang bisa mengangkut banyak penumpang sekaligus. Kapal Pesiar umumnya di gunakan untuk keperluan melancong atau bepergian menempuh jarak jauh.
Alat transportasi ini di tenagai panas yang di hasilkan pembakaran batu bara, serta memiliki banyak fasilitas yang di butuhkan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, Kapal Pesiar sering di sebut sebagai “hotel tengah laut”.
Ketujuh, Kapal Kargo. Sama seperti Kapal Pesiar, Kapal Kargo memiliki ukuran besar dan ditenagai batu bara atau bahan bakar minyak. Kapal Kargo digunakan untuk mengangkut beragam jenis barang dengan jumlah besar, mengantarkannya ke tujuan dalam sekali jalan.
Kemudian Terakhir, ada Kapal Selam. Kapal Selam yang ini bukan sejenis makanan khas Palembang, ya! Kapal Selam disini adalah alat transportasi laut yang biasa dimiliki pihak militer untuk mengamankan wilayah laut.
Selain untuk keperluan pengamanan wilayah, kapal selam juga kerap digunakan untuk penelitian bawah laut.
Demikian tulisan mengenai kedahsyatan nikmat Allah SWT berupa alat transportasi laut. Semoga artikel ini bisa menjadi pengingat betapa besar kasih karunia yang diberikan-Nya pada ummat manusia, sehingga kita termasuk golongan yang senantiasa bersyukur. Amin Allahumma Amin.
Daftar Pustaka
- Syamhudi, Kholid. 2014. Majalah As-Sunah Edisi Khusus: Nikmat Lautan Dalam Perspektif Fikih. Solo: Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta.
- Tuasikal, Muhammad Abdul. 2014. Tadabbur Ayat Laut. Maluku Utara: Rumahsyo. Diakses pada 10 Februari 2021.
- Rosidin. 2018. Transportasi Qur’ani: Tafsir Tarbawi Terma Rakiba dan Derivasinya. Malang: Dialog Ilmu. Diakses pada 10 Februari 2021.
- Rika. 2017. Kapal, Tanda Kebesaran Allah. Purwakarta: Islampos. Diakses pada 10 Februari 2021.
- Rodrigue, Jean-Paul dan Theo Notteboom. 2020. The Geography of Transport Systems Fifth Edition. New York: Routledge.