Banten, Kota Bandar terkenal dan sangat sibuk sejak zaman kerajaan, sebagaimana kerajaan berdiri pada kawasan tersebut pada tahun 1526.
Beritaku.id, Budaya – Tidak hanya Demak saja yang memiliki kerajaan Islam yang besar, Jawa Barat juga punya. Dengan suasana keislaman yang sangat kental dan terasa.
Hal itu menjadi penanda bahwa daerah ini. Pernah berdiri megah sebuah kerajaan yang membawa angin perubahan dan perbaikan, dengan syiar ke seluruh nusantara. Ketika itu Indonesia belum terbentuk.
Apa Nama Sebelum Banten?
Berawal dari keinginan Kesultanan Demak untuk memerluas daerah kekuasaannya. Banten dahulu sebelumnya belum ada, tetapi bernama Wahanten, menjadi sasaran para petinggi kerajaan Islam tersebut.
Keinginan Demak untuk menaklukan Banten muncul karena keamanan yang mulai terusik, setelah Kerajaan Sunda melakukan perjanjian dengan bangsa Portugis kala itu.
Kesultanan Banten atau Kerajaan Banten berdiri pada tahun 1526. Hampir 300 tahun. Para petinggi dan bangsawan kerajaan Islam di tataran Pasundan ini berhasil menjaga kelangsungan hidup seluruh elemen pemerintahan, masyarakat, kebudayaan dan ekonomi.
Sayangnya kerajaan ini harus runtuh setelah terjadinya perang saudara yang tersusup keinginan Kongsi Dagang atau Persatuan Perusahaan Hindia Timur. Bernama Vereenigde Oostindische Compagnie, terkenal dengan sebutan VOC.
Untuk mengendalikan perdagangan rempah di daerah kekuasaan Kesultanan Banten dan Cirebon. Ekonomi menjadi landasan kebringasan Belanda dengan menggunakan bendera VOC dalam menguasai kerajaan tersebut.
Baca juga beritaku: Kepulauan Jawa, Masuknya Islam Hingga Penjajahan Belanda
Syiar Islam Dan Perluasan Kekuasaan
Dominasi tidak akan terjadi tanpa kekuasaan, maka untuk meningkatkan atau menambah dominasi, maka kekuasaan harus melakukan perluasan.
Sebelum menjadi kesultanan yang berdiri sendiri, Banten merupakan bagian dari wilayah Kesultanan Demak dan Cirebon.
Mulanya kerajaan Islam di pesisir barat Pulau Jawa tersebut muncul setelah Syarif Hidayatullah melakukan syiar tentang jihad di daerah pedalaman. Bersama dengan Pangeran Walangsungsang.
Sikap persahabatan dan kekeluargaan yang sangat hangat membuat beliau diterima di kalangan rakyat dan petinggi Wahanten Pesisir. Daerah kekuasaan milik Sang Surosowan, anak dari Prabu Jayadewata.
Syarif Hidayatullah atau kerap kita kenal dengan nama lain Sunan Gunungjati memiliki peran yang sangat penting dalam berdirinya Kesultanan Banten.
Tidak berhenti di situ saja, beliau juga berusaha untuk memperluas daerah kekuasaan kerajaan Islam tersebut hingga ke Lampung.
Dengan memberikan pertolongan pada Ratu Galuh dari Kerajaan Pugung dan mengajar Islam di sana sejak tahun 1525.
Sunan Gunungjati juga memperistri anak kedua Ratu Galuh dan anak pertamanya.
Baca juga: Kejayaan Majapahit Menjadi Kerajaan Besar Agraris Dan Faktor Kontoversi Kekuasaan
Fatahillah Dan Pembagian Wilayah Banten
Keberhasilan Fatahillah, seorang wakil Sultan Cirebon dalam menaklukkan Sunda Kelapa di bawah kekuasaan Portugis pada tahun 1527.
Memberikan nilai tambah bagi dua kerajaan Islam, yaitu Banten dan Cirebon sendiri.
Setelah tercapainya perjanjian damai antara Cirebon dan Kerajaan Pajajaran tahun 1530 dan terbentuknya Kesultanan Banten tahun 1552. Membuat Sunan Gunungjati memutuskan pembagian wilayah kekuasaan.
Sunan Gunungjati membagi wilayah untuk Kesultanan Banten dan Cirebon. Setelah melalui kesepakatan bahwa sungai Citarum merupakan pembatas keduanya.
Kesultanan Cirebon berhak atas wilayah sebelah timur sungai Citarum sampai sungai Cipunegara.
Kemudian Kesultanan Banten berhak atas wilayah sebelah barat sungai Citarum sampai Sungai Angke. Wilayah milik Kesultanan tersebut terkenal dengan nama Jayakarta.
Baca juga: Kisah Cinta Ratu Bilqis dan Nabi Sulaiman, 2 Kerajaan Bertaut
Perluasan Wilayah Kekuasaan Banten
Sultan pertama di kerajaan Islam Banten adalah Maulana Hasanuddin. Putera pertama Sunan Gunungjati sekaligus pendiri Istana Surosowan.
Sama seperti ayahnya, Sultan Hasanuddin juga melakukan perluasan wilayah kekuasaan ke Lampung dan mengadakan kontrak dagang dengan Sultan Munawar Syah. Seorang raja di Malangkabu atau Kerajaan Inderapura.
Setelah Maulana Yusuf, putra Sultan Hasanuddin, naik tahta pada tahun 1596 perluasan wilayah berhasil hingga ke pedalaman Sunda.
Cara yang beliau lakukan adalah dengan menduduki Pakuan Pajajaran pada tahun 1578.
Lengsernya beliau membuat tampuk kekuasaan Kesultanan Banten turun ke Maulana Muhammad, putera Maulana Yusuf.
Pada masa pemerintahan Sultan Maulana Muhammad ekspansi masih terus berlangsung.
Saat itu beliau berusaha untuk menguasai Palembang pada tahun 1596, sebagai target sultan Banten dengan mendaratkan kapal pada bandar kota Palembang.
Terpilihnya Palembang bertujuan untuk mempersempit kekuasaan dan usaha Portugis di Nusantara. Sayangnya ekspansi yang dilakukan Sultan Maulana tidak berhasil.
Kesultanan Banten Menjadi Kota Bandar Ternama Dunia
Masa kejayaan pemerintahan di Kesultanan Banten terjadi semasa Sultan Ageng Tirtayasa menjabat sebagai pemimpin.
Letaknya yang strategis membuat Kesultanan Banten berkembang pesat menjadi sebuah pusat penyebaran agama Islam dan perdagangan internasional.
Masa kejayaan ini berlangsung sekitar tahun 1651 sampai 1682.
Termasuk ke dalam kerajaan martitim, Kesultanan Banten juga menjadikan komoditas lada sebagai penopang ekonominya.
Komoditas ini dari kerajaan Lampung yang mana merupakan wilayah kekuasaan kerajaan Islam tersebut.
Monopoli perdagangan lada yang oleh pemerintah menjadikan Banten sebagai pusat niaga penting masa lampau, sebagai kota bandar terkuat pada kawasan asia.
Keberadaan masyarakat yang majemuk dan multi-etnis membuat Kesultanan Banten terbiasa hidup di atas perbedaan.
Kedatangan para pelaku ekonomi dari bangsa Persia, India, Vietnam, Tiongkok, Jepang, Filipina dan Siam, membuat Banten bekerja sama dengan orang Inggris, Denmark dan Tionghoa dalam pengaturannya.
Selama masa kejayaannya, Kesultanan Banten juga berhasil memiliki armada laut yang kuat.
Mengambil contoh armada milik Eropa, Banten sudah berhasil memperkerjakan banyak orang berkulit putih dari negeri tersebut untuk bekerja padanya.
Kerajaan Tanjungpura atau Sukadana berhasil terduduki pada tahun 1661 berkat kehebatan armada laut tersebut.
Tidak hanya itu saja, Dengan demikian Kesultanan Banten berhasil keluar dari kekacauan hasil rekayasa VOC atas blokade kapal-kapal dagang menuju pelabuhannya.
Kekuasaan Banten Yang Masih Terasa
Kita bisa mengetahui sejarah tentang kejayaan Kesultanan Banten dari buku atau literatur lain. Sementara itu, untuk secara fisik dapat terlihat dari sisa peninggalan kesultanan tersebut.
Bahwa kerajaan tersebut pernah menjadi kampiun dan salah satu kekuatan besar yang pernah mendiami nusantara.
Kesultanan Banten memiliki banyak bukti peninggalan, baik berupa bangunan, sisa reruntuhan maupun benda-benda bersejarah yang tersimpan di museum.
Pada masa kini, maka kejayaan dan masa emas Kesultanan Banten bukanlah sekadar kenangan. Juga bukanlah sebuah halusinasi. Sebab kejayaannya adalah sangat realistis.
Kajian ilmiah bisa terlaksana berkat adanya peninggalan fisik, bahkan peninggalan tersebut bisa menjadi tempat wisata.
Sementara pondasi kuat dari sebuah pemerintahan moderen di wilayah administratif Provinsi Banten menggunakan dasar nilai agama. Serta budaya yang terwaris dari para leluhur setempat.
Sehingga pemaparan awal bahwa nuansa Islam pada daerah tersebut adalah nuansa yang masih ada hingga saat ini dan teradopsi dalam sistem pemerintahan dan kemasyarakatan.
Meskipun dahulu Kesultanan Banten berkuasa hingga ke Kerajaan Pugung di Lampung. Dan Kerajaan Inderapura atau Sukadana di Kalimantan barat.
Provinsi Banten secara administratif terdiri dari empat kabupaten dan empat kota saja.
Adapun kabupaten dan kota yang termasuk ke dalam Provinsi Banten adalah Serang, Pandeglang, Lebak, Tangerang, Kota Serang, Kota Tangerang Selatan, Kota Tangerang dan Kota Cilegon dengan luas wilayah sekitar 9.160,70 kilometer persegi.
Meski demikian, Provinsi ini masih mempertahankan identitas leluhur yang melekat.