Ajarkan Budaya
Budaya Papua memakai koteka bagi warga Papua (Foto : Beritaku)

Hari Suroto: Ajarkan Budaya Ini di SD, Pada 10 Kabupaten Pegunungan

Diposting pada

BERITAKU.ID, BUDAYA – Ajarkan Budaya Peninggalan leluhur menjadi ciri setiap detik waktu dalam menafsirkan masa depan yang melestarikan budaya yang patut dijaga, Senin (31/7/2019).

Keresahan mulai menghampiri salah seorang akademisi di Bumi Papua, sebab budaya yang sangat kencal dulunya, tiba-tiba haris ini mencair, akibat gilasan zaman.

Pengajar jurusan antropologi Universitas Cendrawasih, Jayapura, Hari Suroto, berharap pemerintah di wilayah pegunungan tengah, mau melestarikan koteka dengan cara di ajarkan budaya ini di sekolah.

Koteka adalah pakaian untuk menutup kemaluan laki-laki dalam budaya sebagian penduduk asli Pulau Papua, harus ada pelestarian buadaya.

Koteka terbuat dari kulit labu air, Lagenaria siceraria. Isi dan biji labu tua dikeluarkan dan kulitnya dijemur. Secara harfiah, kata ini bermakna “pakaian” berasal dari bahasa salah satu suku di Paniai

“Salah satu cara untuk melestarikan koteka adalah dengan mengajarkannya di sekolah-sekolah mulai dari tingkat dasar hingga tingkat menengah di daerah Pegunungan Tengah Papua,” kata Hari Suroto.

“Ajarkan Budaya Koteka” Foto pramugari dengan warga pedalaman Papua di pesawat (Sumber : Tribun)

Ajarkan Budaya Koteka di 10 Kabupaten Pegunungan

Wilayah Pegunungan tengah Papua meliputi sepuluh kabupaten yaitu Jayawijaya, Puncak Jaya, Pegunungan Bintang, Tolikara, Yahukimo, Nduga, Yalimo, Lani Jaya, Mamberamo Tengah, dan Puncak.

Budaya yang perlu pelestarian ini, harus ada upaya ajarkan budaya pada generasi pelanjut, sebab ada kemungkinan punah.

Hari, yang juga penelti di Balai Arkeologi Papua, menyebutkan, koteka dapat dimasukkan sebagai bahan ajar muatan lokal di sekolah-sekolah yang ada di daerah pegunungan tengah Papua. Untuk mendukung ini maka perlu dibuat buku muatan lokal koteka serta perlu disusun kurikulum muatan lokal koteka.

“Dengan di ajarkan budaya ini pada generasi muda, diharapkan agar budaya koteka tidak hilang karena jumlah pemakai koteka di Papua semakin menurun,” ujarnya.

Walaupun, kata dia, penggunaan koteka sebagai pakaian tradisional semakin berkurang, tetapi saat ini suku-suku di pegunungan tengah Papua masih banyak yang menanam labu air (Lagenaria siceraria) sebagai bahan koteka.

“Labu ini masih ditanam oleh suku Dani, suku Mee, suku Amungme, Suku Lani, Suku Yali dan Suku Mek,” katanya.

Generasi muda di pegunungan tengah Papua saat ini, menurut dia, sebagian tidak berkoteka dari usia balita hingga dewasa bahkan sebagian dari mereka tidak mengetahui tentang budaya berkoteka yang merupakan warisan nenek moyang.

Hari menambahkan, pada masa mendatang dikhawatirkan labu pembuat koteka hanya akan menjadi sayur untuk dikonsumsi, sebagai obat tipes atau obat sakit tenggorokan, serta koteka dijual sebagai souvenir. “Diperlukan langkah konkrit untuk melestarikan koteka yakni dengan diajarkannya di sekolah-sekolah,” katanya.

Kondisi arus zaman yang semakin gencar hari ini, menjadi pertimbangan khusus untuk program Ajarkan Budaya koteka kepada masayarakat, terutama generasi pelanjtu di Papua.