Kadang kuat dan kadang rapuh, hati memiliki kata untuk mengungkapkan seluruh isinya sebagai penggambaran diri atas isinya termasuk kegundahan.
Beritaku.Id, Lifestyle – Manusia mendapat anugerah berupa perasaan yang sejatinya begitu lembut.
Oleh Ratna Bintari (Penulis Lifestyle)
Terkadang ketika kamu menghadapi keadaan yang begitu menyakitkan, mungkin kamu akan merasa rapuh.
Kamu merasa begitu hancur dan tak tahu harus bagaimana agar bisa kembali berdiri tegak seperti sedia kala.
Pernahkah terbersit dalam pikiranmu, seolah hanya kamu yang begitu menderita hingga tak mampu bercerita.
Lagipula kamu tak tahu kepada siapa harus bicara. Tak perlu malu, karena hal itu merupakan sesuatu yang wajar.
Namun sepertinya tak banyak yang berani memperlihatkan keaslian pribadinya.
Banyak orang yang merekayasa dan mencoba membohongi perasaannya sendiri.
Seolah apa yang mereka perlihatkan hanya lah imitasi dari apa yang benar-benar mereka inginkan.
Meskipun apa yang dia rasakan justru semakin menjauh dari harapan. Tak banyak orang yang peduli dan menasehati.
Hingga lambat laun banyak yang merasa rapuh dan hancur karena keputusan mereka sendiri.
Baca juga beritaku: Kisah Cinta Nabi Yusuf AS dan Siti Zulaikha, Ketampanan Dan Cinta
Kata Untuk Kamu yang Berpura-Pura Tegar, Pada Hati Yang “Remuk”
Kamu sudah begitu hebat melewati hari-harimu selama ini. Tak perlu memungkiri, kamu pasti telah melewati berbagai macam badai kehidupan.
Dari yang hanya seperti angin lalu hingga yang begitu hebat bagaikan tornado.
Saat-saat tersebut mungkin saja membuatmu merasa rapuh. Dan jika yang terjadi memang demikian, merebahlah. Bahkan jika perlu, menangislah.
Senyum yang selalu kamu sunggingkan di wajahmu telah membuat banyak orang mengira kamu tak pernah berduka.
Hingga mereka lupa kamu juga manusia. Mereka tak pernah tahu kamu tak setegar kelihatannya. Kamu hanya seorang ahli dalam hal berpura-pura.
Tahukah kamu? Ketika kamu selalu tertawa di balik tangis yang terus kamu sembunyikan, maka akan semakin sulit bagimu untuk menunjukkan sisi rapuh yang selama ini kamu tutup-tutupi.
Entah apa motivasimu. Yang jelas saat kamu akhirnya memutuskan untuk mengungkapkan kerapuhan jiwamu, orang tak akan mudah percaya. Karena menurut mereka itu bukan dirimu.
Mereka hanya mengenalmu sebagai seseorang yang kuat.
Semakin lama, banyak orang yang akan menceritakan cerita-cerita kerapuhan mereka kepadamu.
Semua itu akibat penilaian mereka terhadap kamu yang tampak tak pernah punya masalah di mata mereka.
Mereka berpikir kamu adalah orang yang paling tepat untuk dimintai solusi.
Perlahan-lahan otakmu akan terasa sangat penuh hingga kamu tak kuat lagi menahan semuanya sendiri.
Kepalamu yang tak seberapa besarnya itu akan dijejali berbagai masalah yang bahkan tak ada hubungannya dengan hidupmu.
Bebanmu begitu berat. Sulit rasanya menanggung bebanmu sendiri dan juga beban orang lain di kedua pundak kecilmu.
Baca juga: Kisah Cinta Ali dan Fatimah: Setelah Tertolaknya 3 Lamaran Orang Kaya
Lelah Itu Bukan Lemah
Ingatlah bahwa lelah bukan berarti lemah, apalagi kalah. Hidup ini milikmu sendiri.
Bukan suatu perlombaan ataupun taruhan. Semuanya kamu yang tentukan.
Tentu saja terlepas dari hal-hal yang menjadi takdir dan rahasia Tuhan.
Apakah kamu takut akan penilaian orang terhadapmu? Tak perlu ragu, orang lain tak berhak menilaimu.
Kamu bebas mengekspresikan segala perasaan dalam jiwamu. Percuma kamu membendung air matamu ketika kamu memang merasa seisi dunia sedang tidak di sisimu.
Lebih baik bagimu untuk menganggap rapuh dalam dirimu sebagai sesuatu yang melengkapimu.
Kamu perlu memeluknya erat untuk dapat sepenuhnya mencintai dirimu. Kamu butuh menyepi. Mungkin kamu butuh istirahat.
Rebahlah hingga rapuh yang kau rasakan masuk ke dalam alam mimpi. Hingga mungkin saat kamu kembali membuka kedua matamu setelah bangun dari tidur yang begitu lelap, rapuh yang kau rasakan itu telah digantikan oleh rasa sembuh.
Jika suatu saat rapuh itu kembali, tak perlu khawatir, karena ia bagian dari dirimu. Tentu saja, kamu lah satu-satunya orang yang bisa mengenali kapan ia muncul dan bagaiman kamu akan menghadapi rasa rapuhmu.
Tak perlu dengan berpura-pura tegar, karena sesuatu yang pura-pura biasanya bukan hal yang bertahan lama.
Dengan kamu menikmati kerapuhan yang ada padamu, berarti kamu sedang mencoba memahami dirimu lebih dalam lagi.
Dengan begitu, kamu akan berkembang dan semakin dekat dengan versi terbaikmu.
Baca juga: Ketegaran Jiwa Salman Al Farisi, Pada Cinta Yang Berubah Arah
Tak Ada Perempuan yang Benar-Benar Kuat
Untuk kamu perempuan yang sedang tidak baik-baik saja. Matamu memancarkan apa yang kau rasakan dalam hati.
Binar mata tak akan berhasil membohongi orang-orang yang mengerti dirimu.
Tak perlu menampik bahwa bagaimanapun keadaannya, tak ada perempuan yang benar-benar kuat karena pada hakikatnya perempuan tetap lah makhluk yang begitu perasa.
Katanya perempuan harus bisa menyelesaikan urusannya sendiri. Nyatanya laki-laki tak suka dengan perempuan yang terlalu mandiri, karena membuat kehadiran mereka merasa tak berarti.
Alih-alih memaksakan dirimu untuk selalu menjadi kuat. Akan lebih baik jika sekali dua kali kamu meminta pertolongan di saat-saat yang memang tak bisa kamu tangani sendiri.
Apakah kamu takut tak ada tangan yang terjulur untuk membantumu bangkit?
Padahal kamu akan tahu siapa orang yang benar-benar peduli padamu di saat kamu jatuh.
Percayalah akan selalu ada orang yang setia berada di sisimu, baik di kala suka maupun duka.
Jika kamu terus berpura-pura kuat, kamu tak akan berhasil mengenali orang-orang yang hanya memanfaatkanmu dengan terus berada di sekelilingmu.
Bertanya Pada Hati Kecilmu
Coba tanyakan pada hati kecilmu, apakah kamu benar-benar yakin kamu sekuat itu?
Apakah benar kamu tak berharap untuk diselamatkan oleh seseorang?
Bukankah impian tiap perempuan adalah menjadi ratu dalam hidup seseorang?
Mungkinkah kamu terus menjalani hidup yang penuh dengan kepura-puraan?
Sampai kapan?
Benarkah kamu tak ingin ada orang yang memeluk dirimu saat terpuruk?
Hidup tentu tak akan selalu berjalan dengan lurus, pasti ada naik dan ada pula turun. Fluktuatif.
Begitu pula dengan hidupmu. Pasti ada titik terendah dalam hidup yang mungkin membuatmu berpikir bahwa kamu tak akan bisa naik lagi.
Kamu terlalu lelah untuk mendaki sendiri setelah ingat apa saja yang telah kamu lalui hingga sampai di titik ini.
Tengoklah ke atas. Kamu akan melihat siapa yang ada disana dan menawarkan bantuannya untukmu. Siapapun yang kamu lihat, jagalah hubungan baik dengannya.
Orang itu menjadi asset berharga bagimu. Dan hubungan yang terjaga dengan baik seolah menjadi simbiosis mutualisme.
Seseorang akan membantumu naik kembali, dan apabila suatu saat penolongmu yang jatuh, kamu pun bisa mengisi posisi yang dulu pernah terisi olehnya.
Tak ada yang salah dengan perempuan kuat. Kalau pun kamu merasa benar-benar kuat, mungkin kamu memang perempuan yang sangat istimewa.
Tapi jika kamu hanya berpura-pura kuat, maka hentikanlah sekarang juga. Hela nafasmu perlahan.
Teriakkan apa yang mengganjal dalam hatimu. Biarkan pipi itu basah oleh air mata yang jatuh perlahan.
Ulurkan tangan dan lihat siapa saja yang akan menyambutnya dengan senang hati. Meminta pertolongan bukan merupakan suatu hal yang melanggar hukum, kan?
Untuk Kamu yang Berpura-Pura Bahagia
Lepaskan topeng yang melekat di wajahmu. Senyum itu tak nyata. Tawamu hampa tak ada rasa. Apa benar kamu bahagia?
Bukankah jika memang bahagia harusnya aura kebahagiaan juga memancar ke sekitarmu?
Pura-pura bahagia nampaknya menjadi trend di zaman serba modern ini. Semua yang kamu perlihatkan pada dunia hanya cuilan-cuilan kebahagiaan saja.
Kamu ingin memamerkan bahwa kamu hidup dengan bahagia. Tapi bagaimana jika sebenarnya itu hanya kamuflase saja?
Kamu tak benar-benar merasa bahagia. Kamu hanya khawatir tampak sengsara karena melihat teman-temanmu yang lain bahagia dalam setiap momen yang mereka bagikan di media sosial.
Atau kah mereka juga sama, pura-pura bahagia?
Apa pernah kamu berpikir seperti itu?
Siapa manusia yang bisa tahu isi hati asli setiap manusia?
Ketahuilah, kamu hanya membuang-buang energimu. Daripada terlalu sibuk berpura-pura bahagia, mengapa kamu tak coba buat bahagiamu sendiri?
Bahagia layaknya suatu kebutuhan primer bagimu. Untuk mencapainya kamu sendiri yang harus cari caranya.
Banyak jalan menuju Roma. Begitu kata peribahasa. Begitu juga dengan jalan menuju bahagia. Ada banyak sekali cara untuk bahagia, dari yang sederhana hingga yang begitu kompleks dan terlihat sangat sulit terlaksana.
Sebelum merintis jalan menuju bahagia yang sesungguhnya, ada aturan khusus yang wajib kamu patuhi. Kamu harus bisa bersikap bodo amat terhadap pendapat orang tentangmu. Anggap saja itu kerikil kecil yang cukup kamu hindari saja saat melewatinya. Jangan sampai kerikil kecil itu justru mempersulit langkahmu dan membuatmu memutuskan untuk putar balik saja. Menyerah.
Apa yang terdengar menggiurkan dari pura-pura bahagia? Sepertinya tidak ada. Berpura-pura tak akan menjadikanmu lupa kalau kamu sedang berpura-pura. Karena bagaimanapun keadaannya, otak tak akan bisa membodohi hati. Akal tak bisa menutupi rasa. Bahkan tiap kata yang keluar saat berbicara pun bisa dirasakan maknanya.
Jangan Iri Dengan Orang Lain
Jangan pernah iri dengan kebahagiaan orang lain. Ikut lah bahagia karenanya. Bahagia yang tulus, bukan hanya terpaksa.
Seperti yang sebelumnya kita jelaskan, orang pun akan tahu apakah kamu benar-benar turut bahagia atau hanya berpura-pura sebagai bentuk formalitas saja.
Bayangkan kamu sedang berada di suatu tempat yang begitu indah yang selalu ingin kamu kunjungi. Sedangkan kamu melihat di seberangmu ada orang yang sedang tertawa bahagia sambil menikmati makanan yang ia sukai.
Apakah kemudian kamu akan pergi ke seberang untuk ikut makan dengannya?
Atau kah kamu akan fokus menikmati apapun yang bisa kamu lakukan di tempat favoritmu itu?
sepertinya jawabannya sudah sangat jelas. Semua orang sepertinya akan memilih opsi kedua: menikmati tempat favoritnya. Tanpa peduli apa yang dimakan orang lain di seberang jalan.
Nah seperti halnya bahagia. Kamu tidak akan punya waktu untuk memikirkan. Apa yang sedang dilakukan oleh orang lain jika kamu sendiri sudah menemukan cara untuk membahagiakan dirimu sendiri.
Tak ada lagi yang namanya khawatir mengenai bagaimana cara orang lain bahagia.
Kamu paham benar bahwa cara yang orang lain lakukan untuk bahagia belum tentu memberikan efek serupa jika kamu praktekkan dalam hidupmu.
Temukan bahagiamu sendiri dan jangan gantungkan kebahagiaanmu pada orang lain.
Maka kenali dirimu sendiri. Hindari menjadi seseorang yang berpura-pura tegar karena takut akan penilaian orang lain.
Kamu perlu terlihat kuat, namun jangan pernah segan meminta pertolongan atau mengulurkan bantuan kepada orang lain.
Dan jangan hanya memakai topeng kebahagiaan jika kamu tak mau terjebak dalam bayang kepura-puraan. Bahagialah dengan sebenar-benarnya bahagia.