Zaman terbaik adalah zaman Rasulullah, dengan para sahabat dan kisah teladan mereka memberikan banyak pelajaran kepada seluruh umat.
Beritaku.id, Kisah Islami – Ada banyak sahabat Rasulullah Nabi Muhammad SAW, yang memiliki kisah teladan untuk menjadi pelajaran. Mereka bertemu langsung Rasulullah.
Mendapatkan bimbingan secara langsung. Berikut beberapa sahabat yang kami rangkum dari berbagai sumber.
Kisah Teladan Mush’ab bin Umair
Seorang pemuda yang mengajarkan arti sebuah komitmen, kesabaran serta kezuhudan di dalam memegang tali agama Allah.
Ia adalah Mush’ab bin Umair.
Kepribadiannya kuat, rupawan, keturunan bangsawan.
Selama hidupnya penuh dengan kecukupan. Bahkan tak akan pernah dialami oleh mayarakat Mekkah pada umumnya.
Ketampanan serta kebersihan di dalam berpakaian, tak ayal membuat kaum hawa yang melihatnya terpesona
Harum misk yang tercium hingga ratusan meter menambah kesan glamor yang menyertainya.
Hingga pada suatu saat, tersampaikanlah kabar tentang kenabian Muhammad SAW kepadanya.
Rasa penasaran yang menyelimutinya. Membawa jiwa raganya untuk mencari informasi tentang keberadaan Rasullullah beserta para pengikutnya.
Pada setiap sudut kota ia hampiri, dengan harapan bisa menemukan Rasullulah.
Hingga akhirnya, ia mendapatkan informasi bahwa Rasullullah mengajarkan risalah Islam di rumahnya. Arqam bin Arqam yang kita kenal dengan Baitul Arqam.
Setiap ayat di dalam al-Quran yang Rasullullah sampaikan tidak luput dari perhatiannya.
Hingga hidayah bersemayam di dada Mush’ab bin Umair, ia menyatakan keislamanya dan bergabung dengan barisan Rasullullah SAW beserta para sahabat yang mendahuluinya.
Informasi tentang ajaran Islam menyebar kehampir seluruh pelosok mekkah.
Para pembesar Quraisy murka mendengar berita kenabian Muhammad dan ajarannya.
Sampai akhirnya tindakan intimidasi terhadap Rasullullah dan para pengikutnya mulai ia lakukan.
Petaka Bagi Mush’ab bin Umair
Keislaman Mush’ab bin Umair diketahui oleh ibunya.
Rasa murka menyelimuti Ibunya, karena pengkhianatan yang dilakukan oleh putra tecintanya
Mush’ab bin Umair kemudian di bawa kesebuah tempat, di tempat ini lah penanda nasibnya akan berubah.
Siksaan, pukulan yang ia terimanya (Mush’ab) dari ibunya, tak sedikitpun membuat ia gentar mempertahankan aqidah Islamnya.
Ajaran Islam yang merasuk ke dalam jiwa menjadikan ia sebagai seorang pemuda berjiwa besar.
Kasih sayang ibunya berubah seketika, penuh dengan murka layaknya seekor serigala lapar menerkam mangsanya.
Keyakinan akan janji Allah akan kemulyaan seorang hamba yang beriman, menjadi pondasi di dalam menjalani kehidupannya.
Sampai akhirnya ia berhasil lari dari siksaan Ibunya dan bersama para sahabat untuk hijrah ke habasyah.
Cucuran Air Mata Para Sahabat Menyertai Kehidupan Mush’ab bin Umair
Derai air mata tak sedikit bercucuran dari sahabat, tatkala melihat kehidupan Mush’ab bin Umair setelah berhijrah.
Pemuda yang dulu terkenal dengan ketampanan dan kekayaanya, sekarang berubah menjadi pemuda yang kumal, dengan tambalan yang mengiasai pakaian yang ia kenakan.
Komitmen akan sebuah pilihan hidup ia pertaruhkan untuk mendapatkan tujuan hidup sesungguhnya, yaitu ridho Allah SWT.
Mush’ab Bin Umair Delegasi Pertama Umat Islam
Ia adalah seorang pemuda yang cerdas dengan ketaqwaan yang tinggi.
Hingga Rasullullah SAW menjadikannya sebagai delegasi umat Islam ke Madinah.
Tak sedikit rasa keberatan ia tampakkan, karena apa yang Rasullullah perintahkan adalah sebuah kemulyaan yang harus ia lakukan.
Berkat jasa Mush’ab bin Umair. Islam berhasil diterima oleh penduduk Madinah. Sebagai pondasi awal terlaksannya hijrah Rasullullah bersama para sahabat ke Madinah.
Kematian Mush’ab Bin Umair Sebagai Pertanda Penduduk Langit Rindu Padanya
Penantian panjang akan ujung dari sebuah pengorbanan akhirnya di depan mata.
Terkumandangkan lah seruan jihad, sebagai pertanda tercatatnya kisah heroik mush’ab bin Umair.
Perang Uhud adalah bukti telah lahirnya seorang pemuda yang memiliki kecintaan terhadap Allah dan Rasul nya melebihi segalanya.
Dengan gengap gempita Mush’ab bin Umair membawa sebuah panji yang ia acungkan oleh tangan kanannya sebagai cara untuk mengelabui musuh.
Rasa sakit akibat tebasan pedang yang mengenai tangan kanannya, tak menyurutkan semangatnya.
Tangan kirinya pun bernasib yang sama, lepas karena tebasan dari musuh Allah di arah belakang.
Nyawa masih bersemayam di jasadnya, sekuat tenaga ia kerahkan untuk menghalau musuh yang ada di hadapannya, seraya berkata:
“Muhammad adalah hanyalah seorang Rasul yang di dahului oleh para Rasul sebelumnya”
Tebesan pedang mendarat di sekujur tubuhnya, hingga ia tidak bisa menahannya.
Hingga Allah memulyakannya dengan mati syahid dan mendapatkan mahkota syuhada kelak di yaumul Qiyamah.
Derai air mata bercucuran tak terbendung dari para sahabat, tatkala melihat jasad Mush’ab berlumuran darah di bawah tumpukan manusia hina, musuh Allah dan Rasulnya.
Tak cukup kain yang dia kenakan untuk menutupi seluruh badannya, apabila ditarik ke atas kakinya kelihatan, dan apabila ditarik ke bawah kepalanya kelihatan.
Akhirnya Rasullullah SAW memerintahkan kakinya untuk ditutupi oleh rumput.
Penduduk langit menyambut Mush’ab bin Umair pertanda Allah ridho terhadapnya.
Sebuah kisah inspirasi akan pentingnya sebuah prinsif hidup, yang akan menjadi penentu ujung dari kehidupan kita.
Uwais Al-Qarny
Ialah Uwais Al-Qarny seorang pemuda miskin, namun kaya akan bakti kepada Ibunya.
Tinggal di kota Yaman bekerja sebagai penggembala kambing dan kesehariannya hanya ia gunakan untuk berbakti kepada ibunya.
Tak ada yang istimewa dari keadaan dan penampilan fisiknya, orang miskin pada sekujur tubuhnya penuh dengan penyakit belang.
Namun ternyata ialah penduduk langit yang kelak kedatanganya ke kota Mekkah. Dirindukan oleh dua orang Sahabat mulia Umar bin Khatab dan Ali bin Abi thalib
Hajat Ibu Untuk Naik Haji
Bakti kepada ibunya, tak membuat ia abai terhadap hak-hak ibunya.
Seluruh hak ibunya ia tunaikan, sampai akhirnya ibunya menginginkan berhaji ke kota mekkah.
Di balik kekurangannya Allah SWT anugrahkan jiwa besar kepada Uwaish
Hingga terbesitnya sebuah cara menuju ke kota Mekkah dari Yaman
Lembulah yang akan menjadi alat transfortasi untuk menuju Kota Mekkah dari yaman.
Jauhnya jarak yang ia tempuh, tak sedikitpun menyurutkan semangatnya.
Peluh yang keluar pada sekujur tubuhnya, menjadi bukti kemulyaan yang kelak akan ia dapatkan.
Sebab ridhonya seorang Ibu terhadap anaknya akan membuka pintu ampunan dan kasih sayang Allah.
Uwaish sampai di Kota mekkah
Sampailah Uwaish Al-Qarny bersama ibunya di kota Mekkah.
Untaian aktivitas ibadah ia selesaikan satu per satu bersama ibunya.
Lantunan doa ia munajatkan untuk kebaikan Ibunya
“Ya Allah ampunilah dosa ibuku”
Ibunya berkata : “ Kenapa tidak mendoakan untuk kebaikan kamu”
“Cukuplah ampunan Allah untuk ibu, menjadi wasilah Allah akan mengampuni dosa-dosa ku” jawab Uwaish.
Bertemunya Umar Bin Khatab dan Ali bin Abi Thalib dengan Uwaish
Hari penantian panjang Umar dan Ali telah tiba
Rasa bangga dan bahagiapun menghampiri Umar dan Ali RA.
Tatkala melihat seorang pemuda sesuai dengan ciri oleh baginda Rasullullah SAW.
“Apakah Anda dari Yaman?” tanya Umar kepada Uwaish
“Benar, saya dari Yaman”
“Apakah Anda memiliki tanda putih yang ada di tengkuk mu, bekas penyakit belang?” Tambah Umar
“Benar” jawab Uwaish
“Kalau begitu mohon doakan kami atas suatu kebaikan dan mohonkanlah ampunan, karena sesungguhnya Rasulullah SAW telah memerintahkan kepada kami.” Punkas Umar
Penjelasan Umar tentang perintah Rasullulah telah menghilangkan kebingungan yang ia alami.
Hingga akhirnya untaian doa Uwaish panjatkan untuk ampunan dan kebaikan dua sahabat yang mulia ini.
Kisah yang syarat akan teladan bagi setiap insan yang menginginkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Baca juga: Siapa Penemu Susunan Lafadz Adzan Bilal Bin Rabah?
Hanzalah Bin Amir
Kisah teladan selanjutnya ialah Hanzalah bin amir, seseorang yang rela meninggalkan pujaan hatinya demi kecintaan kepada Allah dan Rasulnya.
Kala itu Hanzalah adalah manusia yang paling bahagia, karena impiannya meminang sang pujaan hati akan terwujud.
Jamilah binti Abdullah adalah wanita yang cantik, sholehah yang berhasil dia nikahi
Pada pagi hari ia menunaikan akad untuk menjalin tali suci bersama sang pujaan hati, dan keesokan harinya harus berjihad bersama Rasulullah dan para sahabat.
Bermadu Kasih, Dan Perintah Jihad Fisabililah
Maksud hati ingin membahagiakan Istri tercinta, hanzalah meminta izin kepada Rasullullah SAW untuk bermalam bersama sang pujaan hati, Rasul pun mengizinkan.
Suasan hening mewarnai kebersamaan dua insan yang sedang bermadu kasih, curahan sayang mereka curahkan atas ridho Allah
Tak lama dari itu terdengar suara syup-sayup, yang semakin keras terdengar tentang suruan jihad melawan pasukan abu sofyan kala itu.
Hanzalah pun bergegas menyambut seruan yang mulia itu, doa dari sang pujaan hati terlontarkan untuk keselamatan dan kemulyaannya
Pertemuan dua insan yang mulia malam itu, menjadi pertanda apakah pertemuan awal atukah pertemuan perpisahan?
Hanzalah Syuhada Yang Dimandikan Para Malaikat
Tak sedikitpun rasa sedih yang ia tampakkan, walaupun harus mengakhiri kebersamaan dengan sang Istri.
Tebasan pedangnya menghujam leher siapapun yang berani menghadangnya.
Sampai akhirnya, kemenangan kaum muslimin hampir di depan mata menjadi sirna tatkala kemaksiatan terjadi.
Rasa rakus akan kenikmatan dunia, menjadi penyebab kalahnya kaum muslimin.
Hanzalah menghembuskan nafas terakhir sebagai syahid, dalam kondisi yang masih junub.
Bulir-bulir air menetes di atas kepalanya sebagai pertanda, ia telah di mandikan oleh para malaikat.
Kisah yang menginsirasi akan kuatnya keyakinan akan janji Allah dan Rasulnya melebihi kecintaan terhadapnya.
Kisah Sahabat Teladan: Khalid Bin Walid
Ialah khalid bin Walid yang kelak di kenal sebagai “Pedangnya Allah yang Menghunus”
Panglima perang yang tak terkalahkan, keterunan bani Makhzum, ayahnya Walid bin Mughirah adalah orang kaya
Berwatak keras, karismatik bertubuh sigap layaknya seorang komandan pasukan kavelari yang tak terkalah.
Sayatan pedang memenuhi sekujur tubuhnya menandakan panglima perang yang tidak bisa di remehkan.
Hidayah Islam belum merasuk ke dalam jiwanya hingga rasa benci terhadap Rasulullah dan ajarannya menjadi alasan kemenangannya di perang Uhud.
Hidayah Merasuk Kedalam Jiwa Khalid
Sebelum menjadi teladan, ia lalui dengan kisah Kebencian yang ia tanam. Namun berubah menjadi kecintaan yang luar biasa terhadap Rusullullah dan ajaranya.
Hidayah merasuk kedalam jiwanya sesaat setelah perang uhud .
Rasa syukurpun terucap dari lisan Rasullullah, karena Khalid akan menjadi panglima perang kaum muslimin yang tak terkalahkan.
Sikap Tawadhu Di Tengah Popularitas
Kepiawaian dalam bertempur, tak urung untuk menjadikanya sebagai panglima perang.
Tercatat, tak ada pertempuran pun yang ia pimpin mengalami kekalahan.
Sampai akhirnya ia mendapatkan puncak popularitas dan mendapatkan julukan “Pedangnya Allah yang Menghunus”
Popularitas tak menjadikan ia menjadi pribadi yang angkuh dan sombong.
Sampai suatu saat, jabatan panglima perang harus rela ia lepaskan, setelah Umar bin khatib Amirul Muminin mengambil kembali dari gengamannya.
Rasa hormat dan taat ia perlihatkan kepada Amirul Muminin, tak sedikitpun terbesit di dalam hatinya untuk mempertahankannya.
Karena khalid memandang, Allah lah tempat segala tujuan hidupnya.
Impian Khalid Yang Tak Terwujudkan
Impian Khalid untuk mati syahid di medan jihad, tak kunjung menghampirinya.
Luka sayatan pedang yang berbekas pada sekujur tubuhnya nyaris tidak menjadi wasilah bagi Allah untuk mencabut nyawanya.
Rasa iri menyelelimutinya tatkala menyaksikan syahidnya para sahabat.
Sampai akhirnya azal menghampirinya jauh dari kondisi yang dia harapkan.
Terbaring lemas karena sebuah penyakit di tempat tidur menjadi wasilah bagi Allah untuk mencabut nyawanya.
Umar bin Khatab Amirul Muminin merasa sedih. Karena kepergian Khalid tanpa di sertai dengan jabatannya sebagai panglima perang yang belum ia berikan kembali kepada Khalid.
Baca juga beritaku: Ayah Panglima Terakhir Rasul, Di Jamin Surga Dengan 10 Sahabat
Abdurrahman Bin Auf
Seorang sahabat yang terkenal karena kedermawannya, termasuk sepuluh sahabat yang diberikan kabar akan masuk syurga.
Mendapatkan hidayah dua hari setalah Abu bakar memeluk Islam.
Kecintaannya terhadap Allah dan Rasulnya membuat ia menginfakkan sebagian hartanya untuk jihad fisabillillah.
Kemampuannya dalam berniaga tak ayal dia mendapat julukan sebagai “si tangan emas”
Hijrahnya Abudurrahman bin Auf ke Kota Madinah
Kerasnya siksaan yang dialami Rasullullah SAW bersama para sahabat oleh kafir Quraisy, mengakibatkan hijrahnya Rasullullah ke Kota Madinah.
Persaudaraannya dengan Sa’ad bin Rabi Al-anshari, mengawali kisah sukses Abdurrahman bin Auf di Madinah.
Sa’ad bin Rabi adalah sahabat Anshar yang kaya raya, ladangnya luas dan memiliki lebih dari satu istri.
Persaudaranya dengan Sa’ad bin Rabi, mendapatkan tawaran sepetak ladang untuk usaha dan salah satu Istri yang bisa ia nikahi.
“Dimanakah letak keberada pasar di kota ini ?” tanya Abdurrahman bin Auf setelah mendapatkan tawaran dari Sa’ad bin Rabi.
Ia merintis usaha kecil-kecilan di pasar, sampai akhirnya menjadi saudagar.
Infaq Fisabillillah Abdurrahman Bin Auf
Sikap kedermawanan Abdurahman bin Auf tak bisa dinafikan lagi.
Dia rela menginfakkan sebagian bahkan seluruh hartanya di jalan Allah.
Perang tabuk sebagai bukti akan kedermawanan Abdurrahman bin Auf
Perang yang kedua kalinya antara kaum muslimin dengan kekaisaran Binzantium Romawi timur.
Tak sedikitpun para sahabat yang berdiam diri tanpa berkontribusi, harta, tenaga, pikiran bahkan nyawa dipertaruhkan.
Dengan keyakinan yang kuat Abdurrahman bin Auf menginfakkan sebagian besar hartanya,
Rasullullah bertanya
“Apa yang antum tinggalkan untuk istrimu”
“Aku tinggalkan harta buat istriku lebih sebanyak dan lebih baik dari yang kusambangkan.
Selepas wafatnya ia mewasiatkan 400 dinar bagi setiap orang yang ikut perang badar, 50 dinar dan 1000 kuda untuk di jalan Allah SWT.
Masuk ke Syurga Dalam Keadaan Merangkak
Pesan Rasullullah kepada Abdurahman, bahwa akan masuk syurga, ia terima sesaat pulang dari perniagaan bersama 700 kendaraan niaganya.
Namun terselip duka karena ia akan masuk syurga dalam keadaan merangkak.
Ia bertanya-tanya apa yang menyebabkan masuk syurga dalam keadaan merangkak?
Hingga akhirnya ia infakkan seluruh harta niaganya di jalan Allah, hingga ia bisa masuk syurga dalam keadaan berdiri.
Terselip pelajaran di balik kisah ini, bahwa kekayaan yang kita dapatkan harus membuat kita lebih bersyukur, sehingga Allah berikan harta yang terbaik.
Demikianlah kisah dan sifat teladan para sahabat yang bisa menjadi sumber pelajaran buat muslim.
Baca juga: Kisah Haru Sahabat Rasulullah, Pengantin Baru Hingga Tercincang