Lapo Tuak salah satu eksistensi Budaya Batak yang masih eksis. Dua kata ini juga menjadi dendang lagu yang sulit hempas dari pikiran. Sebab di sinilah mereka mleepas penat.
Beritaku.Id – Budaya. Nyanyian dari masa ke masa tak seindah lagu ringan tempo dulu yang sarat makna. Indonesia yang kaya akan budaya juga memiliki sebuah lagu pengingat masa. Suku Batak menyebutnya Lapo Tuak.
Oleh Tika (Penulis Budaya)
Pengertian Dan Istilah Lapo Tuak
Istilah untuk sebuah warung kopi di Batak namun tidak sekedar menjual kopi. Tempat ini juga menjual Tuak. Apakah tuak itu?
Ia adalah sejenis minuman beralkohol yang terbuat dari nira kelapa.
Istilah Lapo sendiri bukan selalu identik dengan arena keributan dan mabuk-mabukan. Ia juga merupakan tempat untuk berdiskusi.
Mulai dari permasalahan politik, sosial, ekonomi, bahkan soal nomor togel. namun hal terpenting adalah untuk menjaga tradisi di tengah modernisasi.
Warung lapo ini adalah ruang publik yang berisi keakraban antar penikmat. Sekalipun tidak saling kenal, namun mereka menghasilkan hubungan kekeluargaan.
Berawal dari martarombo yaitu tradisi menerangkan marga, asal muasal, hingga silsilah di area penutur Batak.
Pada mulanya, tuak sebagai minuman yang menghangatkan badan ada untuk melepas lelah pria-pria Batak yang kembali dari sawah.
Lambat laun, semakin menciutnya lahan pertanian, tidak ada lagi tuak gratis. Paragat memiliki tugas untuk mengambil tuak dari pohon aren.
Ia juga yang mengolahnya hingga takarannya sesuai dengan selera. Proses pengambilan atau menyadap tuak dari pohon aren ini adalah maragat.
Profesi Paragat memiliki resiko yang tinggi sebab ia harus menaiki pohon aren yang menjulang tinggi. Pohon itu tumbuh subur di pinggir jurang.
Sebaiknya kita harus menghargai pekerjaan mereka. Merekalah yang menyediakan tetes demi tetes tuak di dalam gelas. Mereka inilah penjaga tradisi dan budaya Batak yang sesungguhnya.
jadi sebaiknya tidak meremehkan profesi mereka.
Bagian-bagian dalam Lapo Tuak
Sebelum mengenal Lapo, ada sebutan bagi tempat berkumpul yang bernama Partokoan. Awalnya, partokoan adalah tempat berkumpul orang-orang kampung di depan pintu gerbang.
Jadi ketika mereaka bekerja dari sawah, mereka berkumpul di depan gerbang itu. Dalam bahasa Jawa hal itu bernama sarasehan.
Mereka membicarakan hampir semua masalah dan mendiskusikannya. Setelah ada penginjilan, tempat berkumpul mereka berpindah ke Lapo.
Sejak itulah, Lapo menjadi tempat berkumpul orang Batak. Baik yang berdomisili di kampung maupun di perantauan. Lapo identik dengan tuak, apa makna dari minuman tersebut?
Di Lapo sebenarnya tidak selalu ada tuak. Tidak sedikit juga yang hanya sekedar ngopi. Jadi, tidak semua lapo ada tuak. Justru dulu hanya sebagai tempat main catur.
Lapo menjadi tempat berkumpul orang Batak dimanapun mereka berada. Bahkan di Jakarta, di Siantar, Medan, yang mana bagi perantau itu sudah menjadi budaya.
Di Lapo tidak harus memesan dan minum tuak. Di rantauan, Orang Batak memiliki nama yaitu martarombo. Ini merupakan tradisi mereka untuk menanyakan silsilah marga.
Hal ini akan membentuk jejaring dan jaringan. Jadi orang Batak tidak akan pernah benar-benar sendiri. Dimanapun mereka berada, pasti memiliki jejaring.
Lapo Tuak skerap memiliki citra negatif bahkan hingga saat ini. Ia adalah tempat orang mabuk-mabukan dan arena keributan.
Padahal, citra yang sebenarnya justru terlalu tendensius dan parsial. Kenyataannya tidaklah demikian. Justru kita akan disambut hangat saat berkunjung ke Lapo.
Jadi siapa saja yang ada di Lapo Tuak? Mereka adalah komunitas orang Batak lengkap dengan pencari nira dan peracik tuak. Mereka akan memberikan kita kehangatan.
Kandungan Dan Khasiat Tuak
Setiap bahan alam pasti memiliki manfaat asalkan peggunaannya tidak berlebihan. Seperti halnya tuak, ia akan memabukan jika mengkonsumsinya dalam jumlah yang banyak.
Namun setelah menguliknya, minuman ini ternyata mempunyai sejumlah manfaat yang baik bagi tubuh. Tuak kaya akan Vitamin, Mineral, Protein, Fosfor, Karbohidrat, Kalsium, Sukrosa, Saponin, dan masih banyak lagi.
Walaupun mengandung karbohidrat, smaa halnya dengan singkong yang berubah menjadi tape, ia tidak akan mengenyangkan.
Adapun manfaatnya bagi tubuh antara lain:
Sebagai Penenang (Obat Tidur).
Tuak ternyata dapat berperan sebagai penenang. Jika mengamlami insomnia, maka cobalah untuk meminumnya.
Mengatasi Sembelit atau Konstipasi.
Sembelit tau konstipasi adalah kondisi kurangnya serat dalam makanan yang kita konsumsi setiap hari. Tuak yang kaya akan serat tentu dapat mengatasi sembelit.
Sembelit dapat teratasi selama mengkonsumsinya dengan dosis yang wajar dan sesuai.
Menurunkan Demam.
Tuak dapat membantu menjaga daya tahan tubuh dan sebagai antipiretik. Ia mampu menurunkan demam pada anak dan dewasa.
Memberikan Kehangatan dan Kesegaran.
Minuman ini bertugas seperti anggur pada bangsa Eropa. Ia dapat memberikan kehangatan jika dalam takaran yang sesuai.
Melancarkan ASI.
Adanya oksidasi pada ibu menyusui dapat mempengaruhi kualitas dan produksi ASI. Kandungan pada tuak dapat membantu proses oksidasi sehingga memperbanyak produksi ASI.
Menghilangkan Stress.
Jika di drama Korea kita kerap menonton pemeran utama yang stress ekemudian meminum sebotol soju, sama halnya dengan tuak.
Ia juga berfungsi menghilangkan stress dan mengembalikan suasana hati seperti semula.
Obat Tradisional Untuk Diabetes.
Diabetes merupakan tingginya kadar gula dalam darah. Tuak memiliki peran yang dapat membantu menurunkan kadar gula darah.
Menjaga Kesehatan Tulang.
Kepadatan tulang memang sangat penting. Kepadatan tulang akan semakin menurun atau rapuh seiring bertambahnya usia.
Dengan mengkonsumsi tuak, maka kesehatan tulang akan senantiasa terjaga.
Menyembuhkan Sariawan.
Sariawan adalah penyakit kekurangan vitamin C. Minuman tuak mengandung vitamin C yang sangat tinggi. Minuman ini cocok bagi penderita sariawan. Minumlah secara secara rutin dengan dosis yang rendah.
Dengan demikian, virus penyebab sariawan akan menjauh dan serta membebaskan dari panas dalam dan bau mulut.
Melancarkan Sistem Pencernaan.
Masalah sistem pencernaan banyak sekali. Berbagai masalah dapat sedikit berkurang dengan rutin mengkonsumsi tuak.
Perlu memperhatikan juga kadar alkohol pada minuman ini. Sebaiknya mengkonsumsinya setelah makan.
Ada baiknya sebelum mengkonsumsi tuuak, kita bertanya kepada pengraciknya. Mereka umumnya sudah hafa mengenai takaran tuak pada kasus tertentu.
Budaya Batak Dalam Meminum Tuak
Tuak adalah sadapan dari mayang enau atau aren. Minuman ini merupakan khas Masyarakat Batak. Ia sangat populer dalam berbagai upacara adat.
Minuman ini juga cocok bagi wanita setelah melahirkan agar segera pulih. Biasanya tuak menjadi minuman bagi laki-laki yang berkumpul di kedai atau lapo pada sore hari.
Aktivitas mereka adalah berbincang-bincang, bermain kartu, menyanyi, menonton televisi, dan bermain catur. Mereka melakukannya sambil minum tuak.
Tuak tangkasan memiliki hubungan dengan adat. Air tuak tidak bercampur dengan raru dan memiliki rasa manis. Tuak na tonggi dalam bahasa Batak Toba adalah sebutan bagi tuak manis.
Cara membuat tuak dengan menyadap airnya. alat penyadapnya adalah paragat. Agat adalah semacam pisau untuk membantu menyadap tuak dan merupakan bahasa Batak Toba.
Tandan melalui proses pemukulan berulang-ulang. Proses ini menggunakan alat dari kayu yang bernama balbal-balbal. Hal ini berlangsung beberapa minggu dan kemudian mayangnya dipotong.
Membungkus ujung tandan tersebut dengan obat dari kapur sirih atau keladi tumbuk selama dua sampai tiga hari. air tuak datang dengan lancar setelah proses ini selesai.
Proses menyadap tuak sebanyak dua kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari. Pagi hari mereka mengumpulkan tuak di rumah paragat. Mereka akan mencoba rasanya kemudian paragat memasukkan tuak tersebut ke dalam bak tuak.
Ia terbuat dari sejenis kulit kayu yang bernama raru. Tujuannya agar tercipta rasa yang cocok. Para paragat memiliki resep masing-masing. Pada raru inilah terjadi proses peragian.
Resep yang berbeda-beda itu merupakan”rahasia perusahaan”. Oleh sebab itu, siapa pun bisa berhasil sebagai paragat.
Rata-rata paragat adalah keturunan dari Paragat sebelum-sebelumnya.
Lagu Batak Tentang Lapo Tuak
Begitu banyak seniman berasal dari Batak. Mereka memilii ciri khas tersendiri dalam bernyanyi. Tidak sedikit komposer yang menciptakan lagu dengan mengangkat adat istiadat daerah tersebut.
Salah satunya adalah seniman dan komponis kondang Nahum Situmorang. Beliau banyak menciptakan lagu-lagu ketika menghabiskan waktu nongkrong di lapo.
Salah satunya adalah lagunya yang berjudul Lisoi. Lagu itu menggambarkan bagaimana lapo menjadi tempat spesial untuk melepas penat.
Doongan sa par ti naonan, o parmitu
Doongan sa pang kila laan, o lotutu /
Arsak rap mangka lu pahon, oo parmitu
Tole marap mangandehon, oo lotutu
arti liriknya adalah :
Teman yang bersatu dalam kesedihan
Teman dengan satu perasaan, oh peminum
Kesedihan mari sama-sama kita lupakan
Mari kita bersama-sama menyanyi
Lisoi lisoi lisoi lisoi, lisoi.
Pergeseran Budaya Lapo Tuak
Budaya nongkrong di Lapo Tuak untuk beberapa kota besar memang sudah sangat jarang. Hubungan sosial menurut masyarakat Batak Tba berlandaskan kepada marga.
Memang untuk di Batak sendiri hal ini mungkin masih berlaku, namun di persilangan mobilitas, tentu telah terdapat perubahan.
Baik itu perubahan sosial maupun ekonomi. Bahkan juga kebudayaan itu sendiri. Penyederhanaan dan pergeseran kebudayaan menjadi sangat mungkin terjadi.
Sekedar nongkrong mungkin bukan lagi menjadi prioritas. Adanya individualisme semakin merebak seiring modernisasi. Ketakutan akan berita-berita negatif juga memberi pengaruh.
Tidak heran jika banyak yang akhirnya memilih berkumpul di rumah saja dan menjaga jarak dengan seseorang yang tidak dikenal.
Ketika jaman dulu biasa saja berkumppul di Lapo dan bernyanyi dengan orang tak dikenal, saat ini justru momen ini tidak menjadi harapan setiap orang.
Itulah pentingnya koordinasi dan pengaturan terkait acara kumpul-kumpul di Lapo. Walaupun eberapa daerah tetap tidka melarang konsumsi tuak, sebaiknya pihak Lapo membatasi penjualan tersebut.
Dengan demikian kemungkinan tidak akan terjadi pergeseran budaya yang signifikan. Bahkan para peracik tuak tetap dapat mempertahankan resep leluhur mereka.
Demikian artikel mengenai Lapo Tuak. Semoga membuat kita menjadi semakin mencintai adat Indonesia. Menjelajah budaya Indonesia tidak akan habis dalam sehari.
Namun penting bagi kita untuk mengetahuinya sebagai seorang bangsa yang populer dengan ragam budayanya.