Kisah Mengenal Abu Bakar As-Siddiq
Mengenal Abu Bakar As-Siddiq

Mengenal Abu Bakar As-Siddiq, Secara Singkat Yang Pertama Memeluk Islam

Diposting pada

Beritaku.Id, Kisah Islami – Mengenal Abu Bakar lebi dekat. Dimana Abu Bakar ash-Shiddiq dikenal sebagai khalifa pertama yang meneruskan perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam memimpin ummat islam.

Abu Bakar merupakan manusia terbaik setelah Nabi Muhammad SAW dari golongan umat Rasulullah. 

Ibnu ‘Umar RA berkata: “Kami pernah memilih orang yang terbaik di masa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Kami pun kemudian memilih Abu Bakar, setelah itu Umar bin Khattab, selanjutnya ‘Utsman bin Affan RA (HR. Al-Bukhari)

Kisah Sahabat Yang Lain : Sahabat Humoris Rasul, Nuaiman Masuk Surga Sambil Tertawa

Beliau juga orang yang paling pertama beriman kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, menemani Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan membenarkan perkataannya. Hal ini terus berlanjut selama Rasulullah tinggal di Mekkah, walaupun banyak gangguan yang datang. Abu Bakar menjadi kelompok pertama menemani Rasulullah ketika hijrah.

Setelah Rasulullah Nabi Muhammad SAW beliau yang terpilih menjadi khalifah Islam untuk pertama kalinya pada tahun 632 hingga tahun 634 M.

Memiliki keistimewaan dari sahabat yang lain, sebab dia menjadi khalifah Dan merupakan satu di antara empat khalifah yang diberi gelar Khulafaur Rasyidin atau Khalifah yang diberi petunjuk.

Mengenal  Keturunan Abu Bakar

Mengenal Keturunan Abu Bakar, diaman ini memiliki Nama lengkap. Abu Bakar memilihi nama lengkap ‘Abdullah Ibn ‘Utsman Ibn Amir Ibn Amru. Ibn Ka’ab Ibn Sa’ad Ibn Tayyim Ibn Murrah Ibn Ka’ab Ibn Lu’ay Ibn Ghalib Ibn Quraisy.

Bertemu nasabnya dengan nabi pada kakeknya Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai, dan ibu dari abu Bakar adalah Ummu al-Khair salma binti Shakhr bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim. Dengan demikian ayah dan ibunya sama-sama dari kabilah Kaum Bani Taim.

Mengenal Abu Bakar merupakan ayah dari Aisyah yang merupakan istri Nabi Muhammad SAW.

Namanya sebelum masuk islam yakni Abdul Ka’bah yang bermakna ‘hamba Ka’bah’. Dan ketika masuk Islam sebagai golongan paling awal namanya diubah oleh Rasulullah Nabi Muhammad SAW menjadi Abdullah bermakna ‘hamba Allah.

Selain itu Nabi Muhammad SAW juga memberinya gelar Ash-Shiddiq yang artinya ‘yang berkata benar dan membenarkan’

Setelah beliau membenarkan dan mempercayai peristiwa Isra Mi’raj yang diceritakan oleh Nabi Muhammad SAW kepada para pengikutnya tentang kejadian Isra Mi’raj

Dan dari hal itulah ia kemudian lebih dikenal dengan nama “Abu Bakar ash-Shiddiq”.

Abu Bakar ash-Shiddiq adalah garis keturunan Bani Taim, yang juga sub-suku bangsa Quraisy.

Dan menurut beberapa catatan sejarawan Islam ia bekerja sebagai seorang pedagang. Sosok hakim dengan kedudukan tinggi dalam memutuskan perkara. Seseorang yang terpelajar, serta dapat dipercaya sebagai orang yang jujur dan bisa menafsirkan mimpi.

Masa Abu Bakar Mengenal Nabi

Saat Nabi Muhammad SAW menikah dengan Khadijah Binti Khuwailid. Ia berpindah dan hidup bertetangga dengan Abu Bakar As-Siddiq.

Sejak saat itulah mereka saling berkenalan. Usia mereka berdua sama dan keduanya merupakan seorang pedagang dan ahli dalam berdagang.

Abu bakar memeluk Islam oleh ajakan nabi. Dan tidak hanya sampai disitu, setelah masuk Islam ia meneruskan dakwah islaminya kepada Utsman bin Affan. Thalhah bin Ubaidillah. Zubair Ibn Awwam, Sa’ad Ibn Abi Waqas dan beberapa tokoh penting dalam perjuangan Islam lainnya.

Namun istri beliau Qutaylah binti Abdul Uzza dan anaknya Abd Rahman bin Abu Bakar menolak memeluk Islam. Sehingga Abu Bakar As-Shiddiq merelakan menceraikannya dan berpisah dengan anaknya.

Tetapi istrinya yang lain, Ummu Ruman, menjadi Muslimah.

Saat Rasulullah Nabi Muhammad SAW dalam peristiwa hijrah ke Madinah (622 M), Abu Bakar adalah satu-satunya orang yang menemaninya.

Setelah beberapa saat Hijrah, Nabi Muhammad SAW menikah dengan anak Abu Bakar yakni Aisyah, sehingga ikatan kekeluargaannya makin erat.

Masa wafatnya Nabi Muhammad SAW dan saat diangkatnya Abu Bakar menjadi Khalifah pertama

Selama masa sakitnya Rasulullah hingga menjelang wafatnya. Abu Bakar dimandat untuk menjadi imam salat menggantikannya.

Banyak yang menafsirkan hal ini sebagai suatu indikasi, Abu Bakar yang akan menggantikan posisinya sebagai pemimpin.

Bahkan waktu setelah Nabi SAW dinyatakan meninggal dunia. Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai sahabat Nabi yang paling tabah dalam menghadapi meninggalnya Rasulullah Nabi Muhammad SAW ini.

Setelah kematian Nabi Muhammad SAW, dilakukanlah musyawarah di kalangan para pemuka kaum Anshar dan Muhajirin di Madinah. Yang akhirnya menghasilkan kesepakatan penunjukan Sayyidina Abu Bakar As Siddiq SAW sebagai pemimpin baru umat Islam atau khalifah Pertama Islam pada tahun 632 M.

Namun tidak semua puas, hasil musyawarah tersebut menjadi perdebatan dan menjadi sebuah (sumber) perpecahan pertama dalam umat Islam.

Pecahnya Sunni Syi’ah

Saat itu umat Islam menjadi terbelah dalam kotak menjadi kaum Sunni dan Syi’ah.

Kaum Syi’ah ambisi bahwa Ali bin Abi Thalib (menantu nabi Muhammad) yang menjadi pemimpin. Dan dipercayai oleh mereka bahwa ini adalah keputusan Rasulullah sendiri.

Sementara kaum sunni berpendapat bahwa Rasulullah Nabi Muhammad SAW menolak untuk menunjuk penggantinya.

Kaum sunni berargumen bahwa Rasulullah, sangat mengedepankan musyawarah untuk penunjukan pemimpin umat.

Sementara muslim syi’ah berpendapat bahwa nabi dalam hal-hal terkecil seperti sebelum dan sesudah makan, minum, tidur, dan lain-lain, tidak pernah meninggal umatnya tanpa hidayah dan bimbingan apalagi masalah kepemimpinan umat terahir.

Banyak hadits yang menjadi rujukan mereka baik dari kaum Sunni maupun Syi’ah. Tentang siapa khalifah paling berhak sepeninggal rasulullah.

Serta jumlah pemimpin Islam yang dua belas. Terlepas dari kontroversi dan kebenaran pendapat masing-masing kaum tersebut.

Ali Bin abi thalib sendiri secara resmi (formal) menyatakan kesetiaannya (berbai’at) dan tunduk kepada Abu Bakar As Siddiq dan dua khalifah setelahnya (Umar bin Khattab dan Usman bin Affan).

Kaum sunni menggambarkan pernyataan ini sebagai pernyataan yang antusias dan Ali Bin Abi Thalib menjadi pendukung setia dari kepemimpinan Sayyidinda Abu Bakar dan Umar Bin Khattab

Sementara itu dikalangan kaum syi’ah menggambarkan bahwa Ali melakukan baiat tersebut secara formalitas. Mengingat ia berbaiat setelah meninggalnya Fatimah istrinya. Dan berbulan bulan lamanya dan setelah itu ia menutup diri dari kehidupan publik.

Perang Ridda

Masa kepemimpinan awal dari Abu Bakar As Siddiq telah terjadi beberapa masalah. Sangat mengancam persatuan diantara umat Islam saat itu. Beberapa suku Arab dari daerah Hijaz dan Nejed melakukan pembangkangan dan menolak khalifah yang baru dan sistem pemerintahan yang ada.

Beberapa di antaranya menolak membayar zakat walaupun tidak menolak agama Islam secara utuh. Beberapa yang lain kembali memeluk agama dan tradisi lamanya yakni penyembahan berhala.

Suku-suku tersebut mengklaim bahwa hanya memiliki komitmen dengan Nabi Muhammad dan dengan kematiannya komitmennya tidak berlaku lagi.

Berdasarkan hal ini Abu Bakar menyatakan perang terhadap mereka yang dikenal dengan nama perang Riddah.

Dalam perang Ridda peperangan terbesar adalah memerangi “Ibnu Habib al-Hanafi” yang lebih dikenal dengan nama Musailamah al-Kazab (Musailamah si pembohong), yang mengklaim dirinya sebagai nabi baru menggantikan Nabi Muhammad.

Pasukan Musailamah kemudian dikalahkan pada pertempuran Akraba oleh Khalid bin Walid.

Sedangkan Musailamah sendiri terbunuh di tangan Al Wahsyi, seorang mantan budak yang dibebaskan oleh Hindun istri Abu Sufyan karena telah berhasil membunuh Hamzah.

Singa Allah dalam Perang Uhud. Al Wahsyi kemudian bertaubat dan memeluk Islam serta mengakui kesalahannya atas pembunuhan terhadap Hamzah.

Al Wahsyi pernah berkata, “Dahulu aku membunuh seorang yang sangat dicintai Rasulullah (Hamzah) dan kini aku telah membunuh orang yang sangat dibenci rasulullah (yaitu nabi palsu Musailamah al-Kazab).”

Selama dua tahun masa kepemimpinan Abu Bakar, masyarakat Arab di bawah Islam mengalami kemajuan pesat dalam bidang sosial, budaya dan penegakan hukum.

Selama masa kepemimpinannya pula, Abu bakar berhasil memperluas daerah kekuasaan islam ke Persia, sebagian Jazirah Arab hingga menaklukkan sebagian daerah kekaisaran Bizantium.

Ekspedisi Penaklukan Di Utara

Setelah masalah dalam negeri, barulah Abu Bakar mengirim kekuatan ke luar Arabia.

Khalid bin Walid dikirim ke Iraq dan dapat menguasai wilayah al-Hirah pada tahun 634 M.

Ke Syria dikirim ekspedisi di bawah pimpinan empat panglima yaitu Abu Ubaidah ibnul Jarrah, Amr ibnul ‘Ash, Yazid bin Abi Sufyan dan Syurahbil.

Sebelumnya pasukan dipimpin oleh Usamah bin Zaid yang masih berusia 18 tahun. Untuk memperkuat tentara ini, Khalid bin Walid diperintahkan meninggalkan Irak, dan melalui gurun pasir yang jarang dijalani, ia sampai ke Syria.

Abu Bakar memerintahkan para jenderal Islam melawan kekaisaran Bizantium dan Kekaisaran Sassanid.

Khalid bin Walid menaklukkan Irak dengan mudah sementara ekspedisi ke Suriah juga meraih sukses.

Penyusunan kitab suci Al Qur’an

Abu Bakar juga berperan dalam pelestarian teks-teks tertulis Al Qur’an. Setelah kemenangan yang sangat sulit saat melawan Musailamah al-kadzab dalam perang Riddah, banyak para penghafal Al Qur’an yang ikut tewas dalam pertempuran. Umar kemudian meminta Abu Bakar untuk mengumpulkan koleksi dari Al Qur’an.

Dibentuklah sebuah tim yang diketuai oleh sahabat Zaid bin Tsabit, mulailah dikumpulkan lembaran-lembaran al-Qur’an dari para penghafal al-Qur’an dan tulisan-tulisan yang terdapat pada media tulis seperti tulang, kulit dan lain sebagainya, setelah lengkap penulisan ini maka kemudian disimpan oleh Abu Bakar.

Setelah Abu Bakar meninggal maka disimpan oleh Umar bin Khaththab dan kemudian disimpan oleh Hafsah.

Anak dari Umar dan juga istri dari Nabi Muhammad. Kemudian pada masa pemerintahan Usman bin Affan teks teks Al Qur’an tersebut menjadi dasar penulisan teks al-Qur’an yang dikenal saat ini.

Wafat

Abu Bakar wafat pada tanggal 23 Agustus 634 di Madinah karena sakit yang dideritanya pada usia 61 tahun. Abu Bakar dimakamkan di rumah putrinya Aisyah di dekat Masjid Nabawi, di samping makam Nabi