Ragam budaya Indonesia muncul dari adanya variasi suku. Suku Serui merupakan salah satunya. Mengusung adat yang unik serta budaya yang menarik, inilah yang menjadi keindahan suku tersebut. Termasuk pakaian tradisionalnya.
Beritaku.id, Budaya – Bangga menjadi bagian dari Indonesia merupakan alasan memperdalam kebudayaan yang ada. Dari Sabang Sampai Merauke semua memiliki keindahan masing-masing dalam ragam adat dan suku. Sudahkah mengetahui keindahan Suku Serui yang seakan tak kasat mata dalam letak geografis?
Oleh Tika (Penulis Budaya)
Asal Muasal Serui
Pada jaman dahulu kala tepatnya saat masa penjajahan, pedagang yang merupakan perantau dari China menetap di wilayah Serui. Sebagian perantau menikah dengan perempuan lokal dan menghasilkan keturunan campuran.
Oleh sebab itu, sesuai sejarah, Serui adalah suku keturunan Tionghoa. Nenek moyang mereka merupakan perantau yang berasal dari daratan China. Mereka sudah menetap sejak jaman Belanda. Nenek moyang tersebut berasal dari Tiongkok Selatan.
Orang-orang Tiongkok tersebut merupakan pedagang yang ingin mencari kehidupan yang lebih baik. Mereka berlayar ke berbagai negara dan sebagian besar masuk melalui Laut Cina Selatan menuju Pulau Natuna. Dari sanalah kemudian mereka menyebar ke berbagai wilayah Indonesia.
Para perantau yang masuk ke Serui umumnya para pedagang yang tidak mampu bersaing di wilayah Makassar. Mereka lalu mengadu nasib ke arah Maluku Selatan dan sebagian akhirnya sampai di Serui, Pulau Yapen Waropen.
Sebagian perantau memutuskan menetap dan menikah dengan perempuan lokal. Keturunan mereka lahir dengan paras berbeda dengan penduduk asli. Perpaduan darah Tiongkok dan Serui menghasilkan keturunan yang berkulit putih berambut lurus atau berkulit putih berambut keriting maupun berkulit sawo matang dan keriting.
Sebutan bagi mereka adalah “Perancis” yaitu Peranakan Cina Serui. Menurut sebagian orang, pada mulanya perkawinan antar perantau dan penduduk asli hanyalah untuk kepentingan bisnis. Agar mendapatkan tenaga kerja murah, para perantau menikahi perempuan setempat. Hal ini masih berlaku di beberapa wilayah di Indonesia.
Pernikahan itu menjadikan perantau sebagai bagian dari suku di sana. Dengan menyandang status tersebut, mereka dapat mencari tenaga kerja yang murah dengan mengatasnamakan suku.
Masalah pernikahan perantau dengan warga asli sebenarnya telah banyak terjadi dan menjadi cikal bakal kemajuan suatu wilayah. Transmigrasi juga memiliki efek samping berupa kemungkinan terjadinya pernikahan lintas suku.
Adat Istiadat Suku Serui
Keindahan Suku Serui tidak hanya dari parasnya namun juga dari adat istiadat yang ada. Contohnya adalah mengenai pernikahan. Mas kawin merupakan kesangupan dari pihak laki-laki untuk membayar pihak wanita. Pemberian gelang batu kepada ketua suku pihak wanita serta pemberian hewan untuk dibagikan kepada banyak ornag menjadi tanggung jawab pihak pria.
Sebelum menikah, terdapat acara meminang. Uang pintu merupakan uang untuk keluarga yang membuka pintu saat pihak laki-laki datang kerumah untuk meminang anak perempuan.
Sedangkan uang susu adalah uang untuk ibu dari perempuan tersebut sebagai tanda penghargaan dan ucapan terimakasih. Simbol ini bermaksud rasa terima kasih karena sudah membesarkan anak perempuannya dengan baik hingga saat ini.
Selain dalam hal pernikahan, suku Serui juga memiliki rumah adat bernama Irorong Kawai yang memiliki kemiripan dengan rumah adat suku bangsa Ansus.
Berbicara mengenai adat istiadat, tentu kepala suku memegang peranan penting untuk mengarahkan warganya. Tidak heran dalam acara apapun tetua ini turut serta dan mendapat posisi terhormat.
Budaya Dan Tarian Menarik Suku Serui
Untuk menyambut acara-acara besar, Suku Serui akan menyayikan lagu Ano’ai. Nyanian yang tidak menentu nadanya ini dapat dinyanyikan sambil bertepuk tangan, memukul benda, maupun tifa. Tujuannya adalah berterima kasih kepada Sang Pencipta.
Masyarakat Serui percaya bahwa terdapat kekuatan yang melebihi kekuatan manusia di dunia ini. Kekuatan itu berasal dari langit. Bahkan pohon besar, batu besar, dan gua juga mmeiliki sumber kekuatan. Ketika hendak mengambil sesuatu dari sana, mereka harus memberikan pengucapan terima kasih.
Baca juga beritaku: Suku Tercantik Indonesia: 5 Daftar Yang Wajib Diketahui
Terdapat tarian dengan nama Tari Yospan. Tarian ini termasuk dalam kategori tarian Sajojo. Tari Yospan memiliki gerakan yang lincah dan biasanya berlangsung ketika acara-acara besar. Pada zaman sekarang, tarian ini memiliki inovasi yang menambah keunikan tersendiri. Alat musik tradisional Papua turut mengiringi tari Yospan.
Pakaian Dan Keindahan Wanita Suku Serui
Pakaian adat menjadi sorotan keindahan suku Serui. Nama pakaian tersebut adalah Sireuw. Sireuw merupakan pakaian adat untuk perempuan yang berupa anyaman menik-manik dari beberapa tumbuhan. Kemudian secara bebas dan sesuai keinginan, pemilik boleh menghiasnya.
Sireuw terbuat dari manik-manik dan kulit kayu. Kulit kayu tersebut adalah kulit kayu Ganemo yang terdapat di hutan. Saat ini kulit ganemo sudah mulai berkurang. Oleh sebab itu, masyarakat mencari kulit kayu yang lain seperti kulit kayu Semang. Kulit kayu ini memiliki sebutan yang berbeda dalam setiap daerah seperti kulit kayu Mani , Korowe, dan Mewun.
Model dari pakaian tradisional ini adalah seperti rok. Ukurannya cukup pendek dan memiliki pola beragam. Tidak hanya itu, bentuknya seakan meruncing di tengah. Semakin rumit manik-manik dan hiasan yang ada, maka semakin tinggi nilainya.
Fungsi dan Kegunaan Sireuw
Sebagai Alat Tukar
Sireuw memiliki nilai ekonomis yang tinggi dalam tukar menukar. Hanya dengan benda tertentu seperti dengan piring porselen dan sejenisnya, pakaian ini sudah boleh ditukarkan. Bahkan boleh juga menukarnya dengan alat yang terbuat dari logam seperti parang dan kalung perunggu.
Pada jaman dulu sireuw menjadi komoditi yang penting di kawasan teluk Cenderawasih. Selain sebagai alat tukar, pakaian ini juga membuka dan menambah hubungan kelompok yaitu suku dari Biak, Mamberamo, dan Wondama.
Sebagai Mas Kawin
Sireuw juga memiliki fungsi sebagai harta pembayaran mas kawin. Pakaian tradisional ini memiliki posisi yang tak kalah penting dari mas kawin lainnya seperti piring dan guci dari berbagai ukuran. Ini merupakan bentuk penghormatan dari pihak laki-laki ke pihak perempuan.
Sireuw sebagai warisan budaya takbenda Indonesia. Hal ini telah ditetapkan pada tahun 2018. Bersama 7 karya budaya Papua dan 225 karya budaya se Indonesia, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah memberikan ketetapan tersebut.
Terdapat beberapa motif dari Sireuw yaitu motif kerangka manusia, motif Tifa, motif Cenderawasih, motif tulisan tangan, motif buaya, motif bulan bintang, dan lainnya.
Perbedaan di Tengah Kecantikan yang Menyatu
Meskipun terdapat kebudayaan yang berbeda antara China dan Papua tetapi mereka bisa menghargai perbedaan kebudayaan yang ada. Inilah yang menambah keunikan di daerah Serui serta menambah keberagaman yang ada di Indonesia.
Mereka hidup berdampingan dengan damai, saling membantu dan saling menghargai. Semua itu nampak dalam kehidupan sehari-hari. Generasi Perancis yang tinggal di Serui mayoritas berasal dari keluarga besar Toroa.
Keluarga ini memiliki marga Tan dan tersebar ke beberapa kota disekitar Serui. Selain marga Tan, ada pula marga Wairara, Tesar, Imbiri, dan lainnya. Generasi kedua dan ketiga biasanya masih menggunakan marga mandarin yang bercampur lokal. Namun kini generasi tersebut menggunakan marga lokal yang ditambah marga ibunya.
Tidak menutup kemungkinan di masa mendatang akan terjadi lintas perkawinan yang semakin menambah keragaman. Namun semua itu tetap bergantung pada keputudan Kepala Suku.
Serui dan Julukan Kota Kembang
Tidak hanya kota Bandung yang mendapat julukan kota Kembang, Serui pun demikian. Memiliki wanita-wanita berparas cantik, membuatnya layak menjadi Kota Kembang lainnya di Indonesia.
Wanita-wanita di Serui tidak hanya cantik namun juga tahan banting. Mereka rata-rata dibesarkan dalam kehidupan yang keras. Oleh sebab itu, kerasnya dunia bukan hambatan bagi mereka meraih cita-cita.
Wanita Serui akan menjadi seorang ibu yang baik sekaligus guru bagi anak-anak mereka. Alasannya adalah karena tingginya adat istiadat yang masih mereka junjung hingga saat ini.
Perawakan sipit dengan rambut lurus, berkulit sawo matang tidak ubahnya seperti para artis Amerika Latin. Ketika banyak orang mendambakan kulit eksotis dengan rambut keriting, masyarakat suku Serui mendapatkannya secara gratis. Indonesia memiliki Hollywoodnya sendiri.
Baca juga beritaku: Pengertian Budaya Maritim: 10 Wisata Spektakuler Indonesia
Karena letak, jarak dan cara tempuh ke kota ini sulit maka tidak heran jika kota ini masih jarang terjamah oleh wisatawan lokal ataupun mancanegara.
Padahal di kota ini justru banyak destinasi wisata yang masih sangat alami dan menakjubkan. Contohnya adalah Pantai Mariadei, Pantai Mioka, Sarawandori, Air Terjun Mantembu, Tanjung Lobang dan beberapa pulau kecil yang biasa menjadi persinggahan perahu nelayan.
Keindahan Suku Serui Pada Tato
Wanita-wanita di Pulau Yapen, lebih tepatnya Suku Serui umumnya menggunakan tato untuk menarik kaum Adam. Popularitas itu kian memudar terutama di Kota. Padahal itu merupakan tradisi nenek moyang yang perlu dilestarikan.
Banyak wanita yang belum menikah pada jaman dulu menggunakan tato di lengan maupun punggung. Maknanya pun berbeda-beda. Ada yang ingin menunujukkan bahwa mereka adalah wanita pekerja keras, maupun ada pula yang ingin menunjukkan kecantikannya.
Di tempat lain, wanita-wanita menuliskan tato untuk mengenang rekan-rekan yang sudah meninggal. Hal itu sebagai pertanda jika mereka merasa sangat kehilangan.
Memang kebanyakan kaum hawalah yang menggunakan tato daripada kaum lelaki. Lelaki menggunakannya di kaki sebagai pertanda mereka harus bekerja keras. Simbolnya pun beragam mulai dari ikan hingga buaya.
Cara menuju ke hunian suku Serui dapat melalui jalur darat dan laut. Jalur laut memakan waktu 6 jam dan memang lebih cepat melalui jalur udara. Akan tetapi biaya kesana tidaklah sedikit. Mulai dari singgah ke Pulau Biak baru kemudian lanjut ke Serui. Semua sebanding dengan keindahan yang akan nampak setelah tiba.
Indonesia dengan segala ragam budayanya memiliki banyak harta karun tersembunyi. Itulah yang perlu digali dan menjadi daya tarik baru. Suku-suku yang ada sebaiknya tetap terjaga kelestariannya. Hal ini merupakan PR sepanjang masa bagi generasi muda.
Papua bagai negeri tak terjamah. Tidak jarang luput dari perhatian padahal memiliki potensi yang besar. Pada jaman dulu banyak guru berasal dari Papua, namun kali ini justru sebaliknya. Mengembalikan Papua sebagai tempat pendidikan nyatanya tidak semudah membalikkan telapak tangan.
semoga artikel ini menambah wawasan dan kecintaan terhadap keanekaragaman Indonesia.