Indonesia memiliki beragam kesenian musik tradisional yang tersebar di berbagai daerah. Salah satu kesenian musik tradisional yang hingga kini masih lestari ada Musik Jula Juli. Kesenian asal Jawa Timur ini adalah kesenian musik yang mengandung banyak pesan kehidupan di dalamnya.
Beritaku.id, Berita Budaya – Hai… masih membahas seputar budaya di Indonesia lagi nih. Gimana? Masih semangat untuk membaca kan? Oh iya, sebelum mebaca artikel ini siapkan minuman hangat dan beberapa camilan yuk! Biar membacanya semakin seru dan perut tetap aman terkendali.
Oleh: Noi Retno(Penulis Berita Budaya)
Membahas musik, manusia dapat mengekspresikan suasana hatinya atau suatu peristiwa melalui sebuah musik agar dapat kita nikmati oleh siapa pun pendengarnya. Musik sendiri dapat berarti sebagai seni atau ilmu untuk menghasilkan sebuah suara atau nada dengan tempo tertentu dan memiliki kesatuan dan kesinambungan yang kuat.
Segala kalangan dapat menikmati musik, baik itu anak-anak maupun orang dewasa. Jenis-jenis musik juga ada berbagai macam, ada musik daerah, musik POP, musik ROCK, musik Ballad dan jenis-jenis musik lainnya.
Selera masing-masing orang tentunya juga berbeda, ada yang menyukai musik yang menenangkan, ada yang suka musik dengan irama berisik (sebut saja rock, hehe) atau musik yang menyayat-nyatat hati (sebut saja mawar, eh musik ballad mmaksud saya).
Bahkan sekarang banyak musisi dan pakar seni yang mengkolaborakisan berbagai macam jenis musik. Hasilnya pun musik tersebut memiliki nilai jual yang tinggi untuk masyarakat, keunikan dan keselarassan dari komposisi yang tercipta dapat di nikmati dengan nyaman oleh masyarakat.
Pengertian Musik Jula-Juli
Pada artikel ini kita akan membahas seputar musik tradisional Jula Juli. Musik tradisional adalah musik yang hidup di tenggah masyarakat mulai sejak musik tersebut ada secara turun temurun dan terjaga kelestariannya. Musik tradisional biasanya sebagai iringan dari upacara-upacara adat, sebagai hiburan dan sebagai penyambutan untuk seorang tokoh masyarakat di suatu daerah.
Jula Juli, merupakan salah satu musik tradisional asal Jawa Timur yang sampai saat ini masih lestari keberadaanya. Musik Jula Juli adalah salah satu gending di Jawa Timur yang mengambarkan ciri khas atau karakteristik musik-musik yang berada di Jawa Timur.
Musik yang berasal dari Jawa Timmur pada umumnya menggunakan gending sebagai ciri khas dari musik tradisional mereka, sehingga banyak kita jumpai adanya unsur gending dalam musik-musik tradisional yang berasal dari Jawa Timur dan sekitarnya.
Salah seorang seniman asal Jawa Timur yang pernah jaya pada masanya, Kartolo namanya. Bagi masyarakat Surabaya pasti sudah tidak asing lagi dengan tokoh seniman tersebut.
Beliau adalah seorang seniman ludruk, dalam pentas kesenian ludruk yang beliau mainkan akan dia selingi dengan nyanyian-nyanyian kidungan Jula Juli.
Lirik dari kidungan Jula Juli menggunakan bahasa jawa yang ringan dan menghibur. Logat saat menyanyikan kidungan Jula Juli menggunakan logat yang lucu dan kocak, sehingga kidungan Jula Juli mampu mengundang tawa dari penonton. Iringan yang melengkapi kidungan Jula Juli menggunakan gamelan khas ludruk.
Jula Juli merupakan sebuah pantun atau syair yang penyampaiannya dengan lagu ketika pertunjukan ludruk akan di mulai dan saat ada jeda dalam tarian. Lirik dari Jula Juli selain mengundang tawa juga berisi tentang tingkah laku manusia di kehidupan sehari-hari.
Baca Juga Beritaku: Perubahan Zaman, Beberapa Alat Musik Tradisional Terancam Punah
Berbagai Pesan Kehidupan Dalam Musik Jula-Juli
Melalui Jula Juli, seorang seniman akan menyampaikan pesan-pesan dalam kehidupan yang bermakna, beberapa pesan melalui kidungan Jula Juli yaitu :
1. Muda Mudi Yang Ingin Menikah Muda
Pesan yang ingin di sampaikan dari kidungan Jula Juli salah satunya adalah pasangan muda mudi yang ingin menikah pada usia yang muda namun mereka masih suka bermalas-malasan.
Pesan ini tersampaikan dalam penggalan lirik dalam kidungan Jula Juli. “Cilik-cilik akal rabi, ditarik blonjo kumat ayanne”.
Maksud dari penggalan lirik tersebut adalah anak muda yang sudah ingin segera menikah tapi saat istri meminta untuk mencukupi kebutuhan belanja berpura-pura kambuh dari epilepsi yang di deritanya. Pesan tersebut penyampaiannya dengan kalimat gurauan namun memiliki pesan yang mendalam untuk kaum muda yang ingin segera menikah.
Sebelum memasuki jenjang pernikahan sebaiknya mempersiapkan segala hal yang perlu, seperti bekerja agar segala kebutuhan pokok dapat tercukupi.
2. Orang Tua Yang Menggoda Perempuan
Pesan dalam lirik kidungan Jula Juli yang tak kalah jenaka adalah orang tua yang suka menggoda perempuan dalam penggalan lirik “Tuku wesi neng pasar loak, moleh awan lek lewat dupak. Wong saiki ngga peduli wis anak-anak, kepingin gudo perawan sampek ketatap becak.”
Penggalan lirik tersebut memiliki arti “Beli besi di pasar loak, pulang siang kalau lewat dupak. Orang sekarang tidak peduli sudah punya anak, ingin menggoda gadis sampai terbentur becak”.
Dari penggalan lirik tersebut penyair ingin menyampaikan pesan bahwa sebagai orang tua harus memberikan contoh kepada anaknya, jangan suka menggoda anak gadis sembarangan. Harus ingat anak dan istri.
3. Bujangan Yang Bebas
Lirik yang tak kalah menarik adalah “Ngingu ternak yo nang Jombang, tuku kendi yo neng Semarang. Pancen enak dadi bujangan, neng endi-endi ngga nok seng ngelarang” yang artinya “Punya ternak di Jombang, beli kendi di Semarang. Memang enak jadi bujangan, kemana-mana tidak ada yang melarang”.
Pesan dari penyair adalah menjadi bujangan masih memiiliki kebebasan main kemana pun tanpa ada yang melaran (anak dan istri).
4. Anak Laki-Laki Harus Bekerja Agar Mempunyai Harga Diri
Dalam lirik “Ngombe sinom cek segere, mangan peyek barek lombok. Wong sek enom nyambuto gawe, cek ngga di inyek barek wong wedok” yang artinya “Minum sinom memang segar, makan peyek sama lombok. Orang masih muda harus punya pekerjaan, agar tidak direndahkan wanita”.
Penyair ingin menyampaikan bahwa harga diri seorang laki-laki terlihat dari seberapa besar perjuangannya dalam bekerja menghidupi keluarga. Hal tersebut dilakukan agar tidak dipandang rendah oleh wanita yang akan dinikahinya nanti.
5. Anak Perempuan Yang Ingin Dilamar
Dalam kidungan Jula Juli juga terdapat lirik yang menceritakan tentang seorang anak perempuan yang ingin segera di lamar, yaitu dalam lirik berikut “Ngemah kedele karo semongko, lungguh ndodok mblusuk nok kamar. Bocah wedoke yo semono ugo, durung iso cewok kok njaluk di lamar”.
lirik tersebut memiliki arto “Makan kedele dengan semangka, duduk jongkok di pojokan kamar. Anak perempuan belum bisa membersihkan kotorannya sendiri tapi sudah minta di lamar”. Anak perempuan yang belum bisa mandiri dan sudah ingin segera menikah mendapat sindiran dalam kidungan Jula Juli melalui lirik tersebut.
Pesan yang disampaikan dari potongan syair tersebut adalah sebelum minta dilamar, perempuan harus bisa mandiri dalam urusannya sendiri dan memilikii kesiapan dalam mengurus rumah tangga.
6. Nenek-Nenek Yang Tidak Sadar Umur
Jenaka yang mengundang dari potongan syair “Yu yu yu mbak yu opo peno yo gak kliru wong untune kari mek telu, gawe gelungan sak rodane bemo” yang artinya “Yu yu yu mbak yu apa kamu tidak salah, giginya saja tinggal tiga, kok pakai konde sebesar roda bemo”.
Maksud dari penggalan syair tersebut adalah perempuan yang sudah berumur hendaknnya menghias diri sesuai dengan umurnya, jangan berhias yang berlebihan dan tidak sesuai dengan umur.
Baca Juga Beritaku: Theater Tradisional Indonesia Termasuk Ciri-Ciri dan Contohnya
Sebaran Jula Juli Pada Beberapa Daerah
Surabaya merupakan wilayah persebaran kidungan Jula Juli pertama kali. Namun dengan seiring perkembangan jaman kidungan Jula Juli dapat menyebar ke seluruh Jawa. Salah satu persebarannya adalah keturunan Madura yang mempunyai impian untuk menjadi masyarakat Jawa, mereka berekspresi melalui kidungan Jula Juli yang dapat mewakili keinginan-keinginan mereka.
Saat ini kidungan Jula Juli tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, bukan hanya di daerah Jawa Timur dan sekitarnya saja. Kidungan Jula Juli dapat kita jumpai di berbagai daerah di seluruh wilayah Indonesia, sebab kidungan Jula Juli termasuk salah satu kebudayaan daerah dari Indonesia yang harus tetap lestari dan di gunakan dalam berbagai pementasan kesenian.
Hubungan Ludruk dan Jula Juli
Munculnya kidungan Jula Juli mempengaruhi hubungan antara pencipta dengan masyarakat yang menikmatinya, pada dasarnya kidungan Jula Juli memilikii penekanan yang cukup jelas pada tembang macapat. Hal tersebut agar tembang macapat dapat di kenal oleh masyarakat luas.
Salah satu cara adalah menempatkan atau menyisipkan kidungan Jula Juli pada tarian ludruk. Pementasan ludruk pada umumnya akan berawal dengan kidungan Jula Juli sebagai pengantar dari ludruk. Kemudian pada jeda tarian ludruk biasanya juga akan ada selingan dengan syairan-syairan Jula Juli yang dapat mengundang galak tawa para penonton.
Jenis Musik Jula Juli
Dalam kidungan Jula Juli terdapat 3 (tiga) jenis parikan, yaitu :
1. Lamba
Lamba adalah parikan panjang yang berisi pesan. Biasanya pemain ludruk akan menyanyikan beberapa syair panjang yang berbentuk pantun panjang dengan logat yang lucu dan di lagukan. Syair tersebut mempunyai pesan-pesan kehidupan bagi masyarakat.
2. Kecrehan
Kecrehan adalah parikan atau pantun pendek yang kadang-kadang berfungsi sebagai sindiran kepada seseorang. Melalui syairan, pemain ludruk dapat menyisipkan sindiran untuk penonton. Sindirannya adalah berupa sindiran pesan kehidupan yang harapannya dapat membuka pikiran masyarakat dan sadar.
3. Dangdutan
Dangdutan adalah pantun yang dapat berisi kisah-kisah lucu. Banyak kita jumpai saat ini para seniman membuat berbagai kisah-kisah lucu sebagai pesan untuk masyarakat yang dikemas kedalam sebuah musik dangsutan. Hal tersebut agar masyarakat mudah menerima pesan yang ingin di sampaikan dan pembawaan dari pesan tersebut terkesan santai.
Baca Juga Beritaku: Musik Tarling: Aliran Tua Yang Jarang Kita Dengar
Pada Acara Apa Jula Juli Dipentaskan
Kidungan Jula Juli umumnya dipentaskan dengan adanya pementasan tari ludruk, dimana Jula Juli akan membuka pementaran ludruk.
Dan pada saat jeda dalam tarian ludruk biasanya Jula Juli juga akan tersisipkan. Pementasan Jula Juli biasanya diiringi dengan musik gaelan khas ludruk.
Pementasan ludruk yang dibarengi dengan pementasan Jula Juli biasanya dimankan oleh seorang laki-laki atau waria brandon, hal tersebut dimaksudkan agar pesan dan cerita yang akan disampaikan kepada penonton lebih menjiwai.
Sebab ludruk sendiri mengisahkan perjuangan seorang pangeran dalam sebuah peperangan. Untuk itu agar dalam menggambarkan cerita yang sesuai maka pemilihan pemain perlu perhatian khusus.
Selesai sudah pembahasan singkat kita seputar kesenian khas Jawa Timur, yaitu Ciri Khas dan jenis Musik Jula Juli yang dapat kita sampaikan pada artikel ini. Bertemu lagi dengan kita di artikel-artikel berikutnya ya. Salam.