Sebagaimana rukun Islam yang pertama, hal itu merupakan pondasi utama dan dasar keimanan seseorang sebagai seorang muslim dengan mengetahui 3 jenis Tauhid: Rububiyah, Uluhiyah Dan Asma Wa Sifat.
Beritaku.id, Berita Islami – Islam sebagai agama terakhir, pemanis sekaligus penyempurna bagi agama-agama Allah yang baik. Merepresentasikan kekuasaan-Nya, bagaimana diri-Nya mengangkat dan berkata “kun fayakun”. Dari hal itu, tercipta sebuah Tauhid, yang menjelma bagai tasbih, selalu dan ada dalam pelukan ummat-Nya.
Oleh: Ayu Maesaroh(Penulis Berita Islami)
Islam adalah penyempurna hidup manusia di muka bumi, serta penyempurna dari semua ajaran Allah yang baik. Dengan rahmat-Nya, Tuhan memberikan segala kenikmatan bagi manusia, atas semua pengorbanan mereka demi agama Alah yang baik.
Hingga pada akhirnya sebuah ketauhidan bermunculan, menjadi topik pembicaraan yang patut untuk diulas, dan menjadi perhatian penting bagi kaum penganut agama di seluruh dunia.
Pada akhirnya merambah kepada negara tercinta. Memprioritaskan sekaligus mempertanyakan, apakah kita para manusia terutama ummat islam, sudah memantapkan diri untuk bertauhid, berjuang demi kebaikan dan kedamaian ummat manusia, dengan mengarahkan mereka kepada jalan yang benar?
Mengingat kita tahu betul bagaimana sebuah Tauhid menjadi prioritas penting dalam agama Islam. Bahkan menjadi urutan paling utama dalam Rukun Islam yang 5, setelah itu baru sholat, dan lainnya. Urutan dari Rukun Islam antara lain:
Rukun Islam:
- Mengucapkan 2 Kalimat Syahadat,
- Mengerjakan Sholat,
- Menunaikan Zakat,
- Melaksanakan Puasa,
- Naik Haji Bagi Yang Mampu.
Tahukah kita semua bahwa Rukun Islam yang pertama adalah mengucapkan Dua Kalimah Syahadat:
AsyhaduAllaIlahaIllallah Wa AsyhaduAnnaMuhammaduRrosulullah.
Saya bersumpah Tiada Tuhan Selain Allah, Dan Saya Bersaksi Bahwa Muhammad Adalah Utusannya
Dengan mengucapkan kalimat sakral sebagai ikrar dan lafads tersebut, maka seseorang telah memasuki pintu dasar sebagai seorang muslim.
Baca juga beritaku: Si Miskin dan Si Kaya, 2 Kisah Islami Yang Menjadi Pelajaran
Pembahasan dari artikel ini adalah pada kalimat Pertama, yakni: Saya bersumpah Tiada Tuhan Selain Allah. Bersumpah untuk mengesakan Allah SWT, tidak ada yang lain menandingi dan tak akan ada yang menyamai kedudukan dan kemuliannya.
Itulah Tauhid, dan hal itu pulalah menjadi dasar kuat pondasi seseorang, dalam menjalankan aktifitas sebagai seorang muslim. Maka pada tulisan ini akan membahas pembagian ketauhidan seseorang.
Pengertian Tauhid
Secara singkat pengertian Tauhid adalah Meyakini hanya ada 1 Allah.
Menurut Muhammad bin Abdul Wahab (1416: 6), Tauhid merupakan suatu ilmu yang pertama kali harus menjadi pelajaran untuk mengetahui hakikat Allah sebagai Maha Pencipta bumi dan seluruh isinya.
Iman Al Junaid Al Baghdadi Memberikan pengertian Tauhid adalah mensucikan Allah SWT yang maha Wadim (tanpa permulaan) dari yang menyukai mahluknya dan seluruh ciptaannya.
Berarti Tauhid adalah totalitas keyakinan seseorang bahwa Allah SWT tunggal tak bersekutu, berdiri sendiri tanpa kerjasama. Dan kedudukan tertinggi serta mulai dari seluruh mahluk yang ia ciptakan.
Landasan Hadist Mengenai Ketauhidan, yang mana pada intinya adalah:
Jangan menyembah (takut) kepada selain Allah SWT, jangan takut kehilangan (harta, pangkat, seseorang), sebab ketakutan berlebihan akan menempatkan hal tersebut sejajar dengan Allah itu sendiri.
Takut kehilangan jabatan misalnya: hal itu bisa membuat syirik atau mempersekutukan yang maha Esa, hingga melakukan perbuatan “menyembah” atasan hanya karena mempertahankan jabatan.
Tauhid sebagai dasar utama dan pondasi keimanan, dengan menyebut pondasi, maka posisinya dalam struktur bangunan berada pada bagian bawah dan menopan struktur bangunan diatasnya.
Hal itu sangat jelas dengan menyebutkan syirik merupakan dosa besar.
Pembagian Tauhid
Dalam penempatan dan pembagiannya, Tauhid terdiri dari 3, yakni:
- Tauhid Rububiyah
- Tauhid Uluhiyah,
- Asma Wa Sifat
Tauhid Rububiyah
Dalam menyembah Tuhan, manusia sudah wajib untuk membersihkan hati dan merelakan diri, hidup dan mati mereka kepada-Nya. Tiada Tuhan selain diri-Nya, dan tiada yang lain yang harus disembah oleh manusia melainkan Allah SWT.
Itulah ibarat dari Tauhid Rububiyah. Kita sebagai makhluk Allah, selalu mengesakan dan menyembah kepada-Nya. Tanpa ada dusta apalagi dengan hal yang lebih keji dari itu. Menyekutukan adalah kata yang menjadi tanda merah sebagai umat Islam.
Baca juga beritaku: Pembukaan MC Pengajian, 5 Susunan Acara Formal & Informal Islami.
Tauhid Rububiyah adalah pondasi dasar atas keimanan manusia, guna terus berjalan dan belari pada poros yang sudah menjadi ketetapan sang Ilahi. Hingga dalam Al-Qur’an pun tercantum, yang artinya:
Ingatlah, menciptakan serta memerintahkan, hanyalah hak Allah..
Qs Al-A’raf; 54
Tauhid jenis ini, biasanya diimplementasikan dengan cara tidak melakukan hal-hal yang berbau syirik, menyekutukan Allah, dengan kata lain menyembah selain Allah SWT. Juga tidak melakukan beberapa “ritual”, dan sebagainya.
Namun ruang ritual adalah masuk dalam pelanggaran Tauhid Uluhiyah. Sementara Rububiyah adalah percaya ada Allah Dzat ada dan menciptakan bumi beserta seluruh isinya.
Tauhid Uluhiyah
Lalu jenis Tauhid selanjutnya adalah Uluhiyah, yang juga hampir sama maknanya dengan sebelumnya. Tauhid ini mengharah pada proses menyembah. Jika Rububiyah mengakui ada, maka Uluhiyah adalah proses menyembah. Inilah ruang ibadah (Hablumminallah).
Yang mana pada intinya, tauhid ini meneguhkan hatu bahwasannya tidak ada Tuhan yang bisa manusia sembah, apalagi memohon ampunan dan segalanya, kecuali Allah SWT.
Ia merupakan Penguasa dunia, yang mana ibarat kata kita memejam satu menit saja, maka Allah dapat mengubah segalanya, sesuai dengan apa yang Allah kehendaki.
Begitu besar kekuatan yang Allah miliki. Ia dapat memilih siapa yang pantas berada pada surga dengan segala gelimang kesejahteraannya, lalu memilih siapa yang harus dihujam dengan seribu siksaan serta api selalu menemani mereka setiap detiknya di neraka.
Bahkan dalam Al-Qur’an telah tercantum yang artinya:
Hanya kepada-Mu lah ya Allah kami menyembah, dan hanya kepada-Mu lah ya Allah kami meminta..
Qs. Al-Fatihah: 5
Dalam mengimplementasikan tauhid ini bisa dilakukan dengan cara beribadah, berdo’a memohon keselamatan dalam dunia dan akhirat, terus bertawakkal kepada Allah, dan sebagainya. Yang mana pada intinya, meminta hanyalah kepada Allah, bukan kepada pihak lain, apalagi sampai melaksanakan kegiatan berbau syirik.
Asma Wa Sifat
Pondasi dasar untuk keimanan selanjutnya adalah Tauhid jenis Asma Wa Sifat. Yang mana jenis ini adalah tauhid dengan mengesakan Allah, tiada kesempatan bagi para ummat Muslim yang menyekutukan Allah.
Selalu berserah diri, dan menyadari diri bahwa tiada Zat yang lebih berkuasa dan memiliki kekuatan lebih, selain Allah SWT. Tuhan Maha Agung dan Maha Perkasa. Tiada yang bisa menaklukan-Nya, bahkan dengan kekuatan terbesar pun.
Namun yang membedakan dengan jenis tauhid yang lain, adalah berdoa dan berserah diri dengan menyertakan nama-nama Allah yang baik, ialah Asmaul Husna.
Baca juga beritaku: Kalimat Penutup Islami: Pidato, Ceramah, 3 Organisasi Mahasiswa
Dalam Al-Qur’an sudah tercantum beberapa nama-nama Allah yang baik, antara lain:
Dia lah Allah, Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Dia lah Yang memiliki nama-nama yang baik. Apa yang ada di langit dan di bum, bertasbih kepada-Nya. Dia lah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana..
Qs. Al-Hasyh: 22-24
Oleh karena itu, penting bagi ummat Muslim untuk benar-benar memperhatikan saat akan menyuarakan nama-nama Allah yang baik saat akan berdoa. Hingga pada nantinya kebaikan menghampiri mereka.
Perbedaan Tauhid Rububiyah, Uluhiyah Dan Asma Wa Sifat
Namun terlepas dari hal tersebut, tidak jarang banyak yang menanyakan, bagaimana dengan perbedaan dari ketiganya? Sementara pada intinya ketiga pondasi dasar atas keimanan tersebut, memiliki garis besar ialah menyembah dan mengesakan Allah.
Ya, memang bebar hal tersebut adanya demikian, namun perbedaan terletak pada prefer, atau lebih kepada implementasi dari ketiganya tersebut.
Yang mana jika Tauhid dari Rububiyah, lebih prefer untuk menghindarkan diri dari perbuatan syirik, atau menyekutukan Allah. Hal tersebut merujuk kepada dosa besar, yang dapat menjadi alasan untuk manusia mendapatkan siksaan yang sangat berat di akhirat nantinya.
Sementara dengan jenis tauhid yang Uluhiyah, adalah jenis yang implementasinya lebih fokus kepada berdoa, bertawakal, dan meminta apapun kepada Allah. Seperti tindak lanjut dari jenis tauhid sebelumnya, lebih mudahnya demikian.
Hal tersebut juga ditindak lanjuti dengan tauhid jenis Asma Wa Sifat, yang mana berdoa kepada Allah secara sungguh-sungguh. Dengan menyertakan nama-nama Allah yang baik, ialah Asmaul Husna.
Dan perlu untuk digaris bawahi bahwasannya saat dalam penyampaian Asmaul Husna, sebelumnya harus mengerti dan paham dulu bagaimana pengucapan yang benar, agar nantinya berkah dari pengucapan tersebut bisa tersampaikan kepada kita.
Pondasi Dasar Keimanan adalah Tauhid
Hingga pada titik kesimpulan, bahwasanya tauhid adalah pondasi dasar yang benar-benar penting dalam menjaga keimanan serta ketakwaan kita terhadap Allah SWT.
Allah adalah Zat yang mempunyai kekuasaa diatas penguasa di dunia ini. Dengan hanya menyebut “kun fayakun”, maka terjadilah apa yang Allah rencanakan bagi ummatnya yang zolim, tidak mau tunduk kepada Allah, dan mengingkari atas semua nikmat yang telah manusia tersebut rasakan.
Tidak ada kata “segan” bagi mereka yang melenceng dengan dalih bahwasannya hal tersebut adalah hal yang sudah biasa, dan dipandang sebelah mata. Sungguh, celaka bagi mereka (ummat Islam) yang pemikirannya demikian.
Dan tiada kata “maaf” dengan mudah bagi mereka. Padahal Allah telah memberikan perintah lewat firman-Nya dalam sebuah kitab suci. Dan diperitahkan kepada mereka untuk membaca dan mengerti.
Yamg mana bertujuan agar ummat Muslim di dunia terus bertawakal, dan terus mengingat Allah dalam setiap perbuatan dan tindakannya.
Penutup
Tauhid Rububiyah adalah Mengakui Ada, Uluhiyah adalah menyembah dan beribadah kepadanya, sementara Asma Wa Sifat adalah nama-nama yang baik buat Allah.
Dengan kapasitas ke mahaan yang ia miliki dan sering kita pelajari dengan Asmaul Husnah. Dari hal itu meneguhkan kita bahwa pondasi utama berislam adalah Tauhid dengan mengucapkan Kalimat Syahadat.
Itulah beberapa pembahasan mengenai pondasi dasar keimanan, yang menjadi bekal kita agar selamat di dunia, maupun di akhirat nantinya.
Sebenarnya Allah tidak meminta apapun, bahkan hal yang mungkin terbilang “aneh” sekalipun. Allah hanya mau kita setia kepada-Nya. Bukti cinta tidak semata-mata hanya berasal dari lidah tak bertulang semata.
Sebuah langkah dan tengadah tangan yang selalu siap menerima uluran mesra dari-Nya. Hingga pada akhirnya bermuara kepada keberkahan yang ada.
Sekian ulasan kali ini, semoga menginspirasi.
Daftar Pustaka:
- https://kumparan.com
- https://id.wikipedia.org
- https://ponpes.alhasanah.sch.id
- https://www.cnnindonesia.com
- Siswapedia
- jurnal Konsepsi Tauhhid karya Itha Miftahul Ulum
- Haditsarbain.com