BERITAKU.ID, MAKASSAR – Belum lengkap perjalanan ke Makassar, kalau hanya makan pisang epe, tanpa merasakan makanan beratnya kota daeng yakni Sup Konro, atau Sop Konro yang rasanya nikmat.
Berbicara kuliner Makassar, makanan apa yang anda ingat?
Coto, ya rata-rata orang menjawab Coto. Namun tahukah anda, bawah coto punya saudara kembar, yakni Sup Konro
Sup Konro di Makassar ini, identik dengan kelaki-lakian, maksudnya yang banyak menggemari makanan khas ini adalah laki-laki, entah karena makanan tersebut memang banyak tulang-tulang/iga.
Kota Makassar terkenal dengan kekayaan wisata kuliner, salah satunya adalah Sop Konro.
Meskipun tidak sepopuler Coto Makassar yang sudah melegenda di seluruh Nusantara, makanan berjenis sup ini juga menjadi menu favorit bagi para penikmat kuliner di Kota Angin Mammiri.
Kunci dari gurihnya sup ini adalah bumbu yang terbuat dari kacang tanah. Berbeda dengan Gantala jarang yang lebih simpel cara pembuatannya. Sup atau sop Konro membutuhkan beberapa bahan.
Sop Konro, Selain gurih, sup ini juga terasa hangat di mulut karena terbuat dari rempah-rempah seperti merica, cengkeh, pala, dan lainnya.
Sangat cocok untuk menghangatkan badan di musim hujan seperti sekarang.
Asal Muasal Sup Konro
Dibandingkan dengan Coto Makassar yang belum diketahui asal-usulnya, Sup atau sop Konro dapat dirunut latar belakang sejarahnya.
Makanan tradisional asal Sulawesi Selatan ini mulai dikenal sejak tahun 1960-an yang dipopulerkan oleh Pak Hanafing, lelaki yang berprofesi sebagai guru.
Ia memulai usaha Sop Konro sekitar tahun 1962 di bawah sebuah tenda biru di dekat Lapangan Karebosi, Kota Makassar.
Kementerian Pariwisata RI pun ikut menetapkan 10 ikon kuliner di Makassar.
Salah satu kuliner khas Kota Makassar Sup atau biasa disebut juga sop Konro memiliki cerita sejarah tersendiri. Terkait kuliner tersebut, berikut Dinas Pariwisata Makassar berbagi cerita sejarah tersebut.
Begini ceritanya! Kabid Destinasi Pariwisata Makassar Andi Karunrung mengatakan sejak dulu,
Sejak dulu sop konro merupakan hidangan wajib warga saat ada hajatan, baik pernikahan, dan khitanan, atau pesta adat, hal itu diungkapkan oleh Kepala Bidang Destinasi Pariwisata Makassar Andi Karunrung.
Andi Karunrung melanjutkan, dimana ada ritual, warga memotong kerbau yang kemudian mengambil bagian tulangnya lalu dimasak dengan bumbu yang sederhana atau biasa disebut dengan pallu konro atau pallu buku (buku = tulang).
Proses pembuatan kuah pallu (Masakan) konro yang khas terletak pada kacang merah (campe’) yang dimasak hingga lunak lalu dihaluskan kemudian dicampurkan ke dalam kuah.
Bahan inilah yang membuat kuah pallu konro menjadi agak kental dan khas. Selain campe’, penambahan ketumbar memperkuat rasa dan keluak yang bertujuan memberikan warna pada kuah pallu konro yang diadopsi dari bumbu masakan pallu kaloa’.
Bedanya, pada pallu kaloa’ tidak menggunakan kayu manis, cengkeh, dan adas.
Proses memasak konro dilakukan dengan cermat. Pertama air di didihkan, lalu tulang konro dimasukkan hingga mendidih kembali kemudian air ini dibuang seluruhnya.
Sementara itu, di panci yang lain telah dididihkan pula air dan inilah yang akan digunakan untuk seterusnya memasak tulang konro bersama dengan bumbu-bumbunya.
“Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memisahkan tulang dari sisa-sisa kotoran pada saat pemotongan, menghilangkan lemak, dan menghilangkan bau amis,” ujarnya.
Daging sapi populer di Makassar awal tahun 90-an. Dulunya, masyarakat Makassar lebih mengenal daging kerbau dalam membuat makanan berkuah yang berbahan dasar daging seperti coto dan pallubasa.
Namun, dengan populasi kerbau yang sulit menyebabkan harga lebih mahal sehingga pedagang beralih ke daging sapi yang populasinya lebih banyak sehingga mudah didapatkan dan harga lebih terjangkau.
Demikian Ulasan Sop atau Sup Konro makanan khas Sulawesi.