Tanaman Halia seakan asing terdengar. Ternyata berada di sekeliling kita. Ciri-cirinya sangat umum dengan kegunaan yang sangat banyak.
Tak kenal maka tak sayang, Sudah kenalkah dengan tanaman satu ini? Mari simak bersama-sama karakteristik Halia.
Oleh Tika (penulis lestari)
Nama Lain Dan Istilah Yang Berhubungan Dengan Tanaman Halia
Tanaman Halia merupakan sejenis rimpang. Nama latinnya adalah Zingeber officinale. Masyarakat Eropa menyebutnya ginger. Orang Indonesia menyebutnya dengan jahe.
Di daerah Flores ia bernama Lia. Sedangkan di Ternate orang menyebutnya Goraka, Di Aceh, mereka menyebutnya halia. Tanaman ini tumbuh sangat subur di iklim tropis dan subtropis.
Ada pula yang mengklasifikasikan namanya menjadi Amomum angustifolium Salisb., dan Amomum zingiber L, Ekuador adalah negara penghasil tebesar, Asia kemudian menyusul sebagai penghasil terbanyak kedua.
Mengenal Ciri Tanaman Halia
Memiliki batang yang tegak dengan daun lebar memanjang. Mempunyai akar serabut dengan umbi rimpang mendatar.
Rimpang memiliki cabang yang tidak teratur. Umumnya cabang mengarah vertikal. Kulit Halia berbentuk sisik melingkar dan berbuku-buku dengan warna kuning coklat hingga merah tergantung dari jenisnya.
Daging berwarna kuning cerah, memiliki serat, berbau aromatis, dan mengandung metabolit sekunder. Ukuran rimpang berbeda-beda tergantung varietasnya. Umbinya juga memiliki serat dengan kulit tebal dan beraroma khas.
Batang tersebut merupakan semu dengan ketinggian 30 cm hingga 100 cm. Terdapat seludang dan pelepah-pelepah. Bagian luar mengilap dan umumnya mengandung air.
Bunganya malai dengan dua jenis kelamin. Satu benangsari dengan tiga putik. Bunga itu tumbuh di ketiak Halia. Sedangkan daunnya berselingan dengan tulang daun.
Bagian bawah daun berwarna hijau muda dan memiliki bulu halus.
Mengenal Kegunaan
Terdapat tiga jenis tanaman Halia. Kegunaannya tentu berbeda-beda.
1. Jenis Badak atau Gajah
Ukurannya besar sesuai namanya. Rasanya tidak terlalu pedas dengan daging agak kuning hingga putih.
Masyarakat internasional menyukai jenis ini untuk minuman dan lainnya.
2. Jenis biasa
Berukuran normal dengan daging kekuningan. Rasanya lebih menyengat sehingga kerap untuk bumbu masakan. Memiliki kandungan minyak atsiri yang lebih banyak.
3. Jenis merah
Cocok untuk campuran atau bahan dasar produk Farmasi. Kulitnya berwarna merah dengan ukuran rimpang yang kecil.
Ia juga memiliki kandungan minyak atsiri yang paling besar.
Habitat Dan Persebaran Tumbuh
Tumbuh subur di daerah tropis. Dengan ketinggian 0 hingga 1500 m di atas permukaan laut, Halia tumbuh meluas. Suhu tanah adalah berkisar 25oC hingga 30OC.
Kelembaban 80% dengan curah hujan 2500 hingga 3000 mm per tahun. PH 5,5 hingga 7 dengan kondisi tanah tidak boleh tergenang air.
Di Indonesia, sebaran utama Halia adalah Sumatera Utara. Kemudian lanjut ke Bengkulu dan area Jawa. Pada akhirnya, daerah Jawa lah yang menguasai pertumbuhan Halia.
Cara Perawatan Dan Penggunaan
Sebagai tanaman di daerah tropis, jahe memiliki perawatan yang tidak sulit. Ia membutuhkan air setiap hari. Pemupukan hanya perlu dilakukan di awal tanam.
Boleh menggunakan pupuk kandang maupun pupuk kompos. Namun tanaman ini sangat disukai gulma. Oleh sebab itu, sebaiknya melakukan penyiangan setiap dua minggu sekali.
Ketika ingin menanamnya di lahan kering maupun polibag, maka perhatikan beberapa hal berikut:
a. Memilih Benih
Pastikan mendapatkan benih jahe yang baik. Jangan memilih rimpang yang keriput. Sebaiknya juga mencari jahe dengan ukuran besar.
Akan lebih baik ketika memilih langsung dari tanamannya. Dengan demikian, maka pilihlah yang memiliki daun hijau segar. Sebaiknya tidka mencrinya di pasar.
b. Simpan benih
Sebelum meletakkannya di tanah, sebaiknya sirami dulu beberapa hari hingga muncul tunas.
c. Gemburkan tanah dan siapkan media
Siapkan tanah yang gembur yang sudah berisi pupuk. Letakkan tunas jahe dan tutup kembali. Pastikan jika meletakkannya di polybag, terdapat lubang-lubang udara.
Cek seminggu sekali untuk memastikan tanaman tumbuh dengan baik dan tidak busuk.
d. Rawat dengan baik
Lakukan penyiraman setiap hari. Pastikan ia mendapat sinar matahari yang cukup. Jangan lupa menyiangi gulma yang muncul.
e. Siap memanen
Ketika daun telah nampak tua dengan batang semu yang tinggi kurang lebih satu meter, maka halia siap panen. Caranya adalah dengan mengambil batangnya dan memotong umbi.
Semakin tua usianya, maka kandungan minyak atsirinya semakin banyak. Untuk bumbu memasak, lakukan pemanenan saat usia 4 bulan.
Untuk obat dan jamu sebaiknya saat berusia 9 hingga 12 bulan. Hindari memanen saat musim hujan. Tingginya kadar air membuat kandungan atsiri tidak maksimal.
Perbedaan Tanaman Halia dan jahe
Halia adalah jahe. Nama Halia berasal dari Aceh. Di daerah lain Halia ini disebut jahe maupun jae. Jadi tidak ada perbedaan antara keduanya.
Jahe adalah salah satu tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Ia berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina. Bahkan, orang-orang menyebutnya berasal dari India.
Oleh karena itu China dan India disebut-sebut sebagai bangsa yang pertama kali memanfaatkan jahe baik sebagai bahan minuman, bumbu dapur, dan obat-obatan tradisional.
Penyakit Yang Menyerang Tanaman Jahe
Berikut adalah beberapa penyakit yang dapat menyerang pertumbuhan Jahe:
a. Penyakit layu bakteri
Adapun gejala dari penyakit ini adalah saat helaian daun bagian bawah melipat dan menggulung. Lambat laun
terjadi perubahan warna. Daun yang awalnya berwarna hijau menjadi kuning dan mengering.
Tunas batang menjadi busuk dan akhirnya mati. Rimpang tersebut berwarna gelap dengan bebrapa bagian yang busuk. Nampak lendir berwarna putih susu hingga kecoklatan jika dipotong.
Penyakit layu bakteri menyerang tanaman jahe pada umur 3-4 bulan. Hal yang menyebabkannya adalah faktor suhu udara yang lembab ditambah adanya genangan air di sekitar tanah.
Cara mengendalikannya adalah dengan mengkarantina tanaman jahe yang terkena penyakit. Lakukan jaminan kesehatan bibit, kendalikan bakteri dengan pengolahan tanah yang baik, serta gunakan fungisida.
b. Penyakit Busuk Rimpang
Ketika tanman jahe memiliki luka, maka ia akan membusuk seiring berjalannya waktu. Daun bagian bawah menjadi layu dan akhirnya mati.
Cara mengendalikannya adalah dengan mmeilih bibit yang sehat, melakukan pola tanam yang baik, dan menggunakan fungisida.
c. Penyakit bercak daun
Penyakit ini adalah penyakit menular dengan bantuan angin. Ia masuk melalui luka pada rimpang maupun tanpa luka.
Adapun gejalanya adalah adanya bercak pada daun berukuran 3-5 mm. Kemudian bercak-bercak itu berubah warna menjadi abu-abu.
Pada bagian tengahnya terdapat bintik-bintik berwarna hitam dan busuk basah di bagian pinggir.
Cara mengendalikannya adalah dengan penyemprotan di bagian daun yang memiliki bercak.
d. Gulma
Gulma yang dimaksud adalah gulma kebun seperti rumput teki, ageratum, gulma berdaun lebar
lainnya,dan alang-alang.
Adapun cara pengendaliannya adalah dengan cara organik maupun anorganik. pada pengendalian organik, sebaiknya menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan.
Caranya adalah dengan memilih bibit tanaman yang sehat dan bebas penyakit. Memanfaatkan pula musuh-musuh alami dan menggunakan varietas unggul.
Gunakan tenaga manusia dan pilih teknik-teknik yang menunjang seerti tumpang sari dan rotasi tanaman. Dapat pula menggunakan insektisida, pestisida, dan herbisida alami yang ramah lingkungan.
Harapannya adalah tidak adanya residu toksis ada tanman panen dan tanah.
Beberapa tanaman sebagai pestisida alami dan digunakan dalam pengendalian hama antara lain adalah:
1) Tembakau (Nicotiana tabacum)
Tanaman ini mengandung nikotin yang efektif meracuni perut serangga. Ia cocok untuk menghabisi
serangga kecil misalnya Aphids.
2) Piretrum (Chrysanthemum cinerariaefolium)
Piretrum mengandung piretrin. Ia merupakan insektisida sistemik yang menyerang urat
syaraf pusat serangga.Caranya adalah dengan menyemprotkan pada serangga.
Sangat efektif pada serangga seperti lnyamuk, alat rumah, kutu, lalat buah, dan hama gudang.
3) Tuba (Derris elliptica dan Derris malaccensis)
Kandungannya adalah rotenone. Ia efektif untuk menghindari srangga melalui hembusan maupun semprotan.
4) Neem tree atau mimba (Azadirachta indica)
Pohon ini mengandung azadirachtin. Sangat cocok untuk membasmi serangga penghisap seperti wereng. Ia juga efektif mengusir serangga pengunyah seperti hama penggulung daun (Cnaphalocrocis medinalis).
Kanudngan pada pohon ini juga efektif untuk menanggulangi serangan virus GSV, RSV, dan Tungro.
5) Bengkuang (Pachyrrhizus erosus)
Bengkuang mengandung rotenoid yaitu pakhirizida pada bijinya. Kandungan itu berfungsi sebagai insektisida dan larvasida.
6) Jeringau (Acorus calamus)
Bagian rimpang pada Jeringau mengandung komponen utama asaron. Pada penggunaannya, asaron sangat cocok untuk pembasmi cendawan, racun serangga dan hama gudang Callosobrocus.
Untuk jenis hama, tanaman jahe memiliki beberapa hama favorit seperti:
a. Ulat penggesek akar yang menyerang tanaman jahe bagian akar. Lambat laun tanman jahe menjadi kering dan mati.
b. Kumbang yang kerap merusak tanah dan daun.
c. Kepik yang menyebabkan daun tanaman menjadi berlubang.
Ciri Dan Manfaat Jahe
Telah ada sejak jaman nenek moyang, jahe memiliki sejuta manfat. Mulai dari mencegah masuk angin, menyegarkan tenggorokan, hingga mengobati radang.
Jahe termasuk dalam rempah-rempah ‘jamu’ dengan sejuta manfaat. Kandungan utamanya adalah minyak atsiri. Rasa pedasnya berasal dari senyawa fenolat yang terdiri atas berbagai komponen.
Jahe kering lebih pedas daripada jahe segar karena kandungan shaogol lebooh banyak. Kandungan ini terdapat pada ekstraksi jahe segar yang telah dehidrasi.
Adapun manfaat jahe yang lebih uas antara lain:
a. mengatasi segala masalah gastrointestinal
Bagi orang-orang yag kerap mabuk perjalanan, meminum secangkir jahe hangat efektif mengurangi mabuk. Dmeikian halnya bagi pasien pasca operasi.
Bahkan ibu hamil yang mengalami hiperemesis juga disarankan meminum jahe hangat. Minuman ini juga dapat mengurangi pusing akibat vertigo dan lainnya.
b. sebagai obat
Begitu banyak olahan jahe untuk tonikum, nyeri sendi, dan obat batuk.
c. sebagai obat struk
Kandungan gingerol pada jahe efektif meluruhkan sumbatan darah. Dengan demikian, seseorang dapat terhindar adari penyakit struk dan penyumbatan pembuluh darah jantung.
d. menurunkan tekanan darah
Hormon adrenalin meningkat setelah mengonsumsi jahe. Hal ini berpengaruh pada percepatan aliran darah. Ia juga membantu jantung menjadi lebih cepat memompa darah.
Sedangkan kandungan minyak atsiri pada jahe berfungsi sebagai penyedap masakan dan penambah selera.
Sudah siap menggunakan jahe dalam kehidupan sehari-hari?