The Last War Rasulullah
Sejarah Perang terakhir Rasulullah (Foto: Wisata Nabawi)

The Last War Rasulullah, 7 Yang Fenomenal Dari Seluruh Peperangan

Diposting pada

The Last War Nabi Muhammad SAW Rasulullah termulia, menjadi buruan banyak orang, sesi perang apa, beliau terakhir mengikuti peperangan?

Oleh: Ulfiana (Kisah Nabi dan Rasul)

Beritaku.id, Berita Islami – Islam mengatur berbagai macam kehidupan seorang manusia termasuk dalam hal berperang.

Di dalam islam terdapat beberapa peperangan yang harus terjadi untuk mempertahankan diri.

Hal ini karena pengikut agama Islam sering mendapatkan perlakuan tidak manusiwai pada awal kemunculannya.

Baca juga beritaku: Battle Of Mohacs: Kemenangan Islam Terbesar Terhadap Eropa 1526 M

Alasan Peperangan Dalam Islam

Ayat yang turun untuk di perbolehkan perang pun baru di turunkan setelah umat Islam terasa benar-benar terdesak. Untuk membela diri karena kekejaman kaum kafir Quraisy.

Yang menyiksa dan menganiaya seorang yang telah mengucapkan kalimat syahadat dan memeluk agama dengan Tuhan yang Ahad.

Umat Islam hanya boleh memerangi kaum yang memeranginya. Jika kaum tersebut telah berhenti untuk memerangi, mereka harus berhenti memerangi kaum tersebut.

Aturan Peperangan Islam

Karena peperangan hanya berlaku kepada orang yang zalim agar tidak terjadi fitnah dan kerusakan. Aturan dalam berperangpun mereka terapkan seperti, tidak menyerang warga sipil, pemuka agama, orang tua, serta wanita dan anak-anak.

Tidak boleh membakar kota, menebang pohon sehingga tandus, serta tidak boleh menghancurkan bangunan dan fasilitas umum.

Ketika Rasulullah SAW masih hidup, ada beberapa peperangan yang beliau ikuti untuk mempertahankan Islam dan membela umatnya yang di zalimi.

Rasulullah tampil sebagai pemimpin dan menjadi contoh bahwa seorang pemimpin harus membuat kaumnya merasa tenang ketika turun ke medan pertempuran.

Adab dalam berperangpun akhirnya bisa di teladani dari Rasulullah yang turun ke medan jihad dan memberi contoh yang makruf serta membuat kaumnya begitu bersemangat menjemput syahid.

Dari awal hingga the last war (peperangan terakhir) Rasulullah.

Semasa hidup Rasulullah terjadi banyak peperangan. Ada yang Rasulullah ikuti dan ada juga yang tidak Beliau ikuti serta mengamanatkannya pada sabahat beliau, serta perang terakhir (the last war) sebelum wafat.

Perang yang diikuti Rasulullah disebut Ghazwah. Yang dalam beberapa riwayat mengatakan jumlahnya adalah 27  kali. Dan peperangan yang tidak diikuti oleh Rasulullah sebut Sariyyah, yang jumlahnya 47 kali.

Baik Ghazwah maupun Sariyyah ada yang kemudian terjadi kontak fisik peperangan senjata ataupun tidak terjadi kontak fisik.

Berikut adalah beberapa peperangan besar yang pernah terjadi sebelum Rasulullah SAW wafat:

Peperangan Bersama Rasulullah

Dahsyatnya Perang dalam Islam (Foto: Penaqalbi)

Berikut terdapat peperangan dengan Rasulullah menjadi pimpinan pasukan secara langsung. Tidak semua dari 27 peperangan akan kita uraikan.

Perang Badar

Perang badar merupakan peperangan yang terjadi di Lembah Badar, yang ada di antara kota Madinah dan kota Makkah.

Peperangan ini terjadi bertepatan pada tanggal 17 Ramadhan tahun 2 H. Perang Badar disebut-sebut sebagai peperangan pertama. Yang begitu besar sehingga disebut Gazwatul Kubro dan Yaumul Furqon.

Perang ini dengan kaum kafir Quraisy yang berjumlah 1300 pasukan yang di pimpin oleh Abu Jahal bin Hisyam dan dengan kaum muslim yang berjumlah 313 pasukan dengan panglima langsung oleh Rasulullah SAW.

Peperangan ini terjadi karena kaum muslimin ingin menghadang kafilah dari Abu Sufyan yang membawa barang dagangan milik kaum muhajirin yang ia rampas secara zalim.

Ketika kaum muhajirin hijrah ke Madinah, mereka meninggalkan harta bendanya di Mekkah, harta itu kemudian mereka (kaum kafir Quraish) merampasnya untuk mereka jual.

Hal itu membuat kaum Muhajirin merasa marah dan ingin mengambil kembali haknya.

Saat Abu Sufyan mendengar bahwa kaum muslimin sedang bergerak menuju tempatnya, Abu Sufyan meminta bantuan kaum kafir Quraisy untuk menyelamatkan kafilah dagang mereka.

Kaumnya kemudian menanggapinya sehingga mengirimkan pasukan untuk melawan pasukan muslim di Badar.

Peperangan ini berkecamuk dengan hasil akhir kemenangan pasukan kaum muslimin.

Meski dari segi jumlah tidak seimbang, namun Allah memberikan pertolongan kepada kaum muslimin sehingga mereka bisa menang.

Dari pasukan Quraish yang meninggal selama peperangan sebanyak 70 orang termasuk Abu Jahal bin Hisyam, sedangkan dari pihak Muslim sebanyak 14 orang syahid.

Perang Uhud

Kejadian Perang Uhud di bukit Uhud, yaitu gunung yang terletak di dekat Madinah. Perang ini terjadi pada tanggal 15 Syawal tahun 3 Hijriyah.

Pada Perang Uhud dengan kopmposisi Kaum kafir Quraisy yang membawa pasukan berjumlah 3000 bersama sekutunya dan kaum muslimin yang membawa pasukan berjumlah 1000.

Namun di tengah jalan, Abdullah bin Ubay membawa pulang 300 pasukan setelah terhasut agar lebih baik tinggal di Madinah menjaga rumah mereka.

Perang ini terjadi karena kaum kafir Quraisy ingin membalaskan dendam dari kekalahan mereka di Perang Badar.

Sebelumnya, Rasulullah menginginkan agar pasukan kaum muslimin tidak keluar dari Madinah, namun ada beberapa sahabat yang terlalu bersemangat untuk melawan kaum kafir sehingga meminta agar Rasulullah mau mengarahakan pasukan keluar dari Madinah.

Saat perang berlangsung pasukan muslim pada awalnya berhasil memukul mundur pasukan kafir quraisy.

Melihat banyak pasukan yang berlarian mundur meninggalkan ghanimah atau harta rampasan perang.

Para pemanah juga ingin ikut mengambil dan mengamankan ghanimah tersebut sehingga berlarian turun dari bukit dan membiarkan posisi pertahanan dari pemanah kosong.

Pasukan kafir Quraish yang masih belum lari, melihat hal itu dan memanfaatkan situasi untuk menyerang kaum muslim dan mengajak mereka yang berlari mundur untuk kembali.

Akhirnya pasukan muslim justru terdesak akibat serangan kaum kafir Quraisy dan tidak ada pasukan pemanah yang seharusnya menjaga.

Saat Perang Uhud itu di hembuskan kabar bahwa Rasulullah telah wafat sehingga banyak yang merasa sedih dan semangatnya menurun.

Namun diantara mereka ada pula yang justru mengorbankan semangat untuk syahid menyusul Rasulullah sehingga berperang sekuat tenaga mereka.

Saat tau Rasulullah belum wafat, betapa gembira hati orang mukmin sehingga sangat bersemangat untuk melindungi Rasulullah. Dari Perang Uhud itulah 70 orang pasukan muslim syahid termasuk Singa Allah, Hamzah paman Rasulullah SAW.

Perang Khandaq

Perang Khandaq terjadi pada tahun ke 5 Hijriyah. Peperangan Khandaq juga kita kenal sebagai Perang Ahzab. Karena bermacam suku untuk membela Madinah. 

Dari pasukan kafir dan yahudi membawa pasukan gabungan sebanyak 10.000 orang sedangkan untuk pasukan kaum muslimin dan beberapa suku gabungan di Madinah berjumlah 3000 pasukan.

Perang Khandak menggunakan siasat perang yang pernah ada di Persia. Ide ini berasal dari sahabat Rasulullah yang cerdas yaitu Salman Al-Farisi.

Peperangan ini berlangsung selama berminggu-minggu dan akhirnya kemenangan oleh kaum muslim berkat pertolongan Allah SWT.

Perang Khaibar

Perang Khaibar terjadi pada bulan Muharam di tahun ke 7 Hijriyah. Peperangan ini terjadi di Khaibar, yaitu salah satu daerah di Madinah tempat kaum Yahudi Bani Nadhir.

Perang ini memiliki komposisi oleh 1800 pasukan muslim yang langsung di pimpin oleh Rasulullah dan 1400 pasukan dari Bani Nadhir.

Kejadian perang ini berlangsung dengan penyebab pengkhianatan Bani Nadhir yang ingin membunuh Rasulullah.

Penentangan saat perang Khandaq dan provokasi mereka kepada Bani Quraedah agar memerangi kaum muslimin yang pulang dari perjanjian Hudaibiyah.

Peperangan berlangsung dengan kaum muslimin yang mengepung benteng Khaibar dan membuat pasukan Bani Nadhir di dalamnya keluar satu persatu meninggalkan kota sehingga hanya tersisa sedikit pasukan.

Akhirnya pasukan muslim berhasil menaklukan benteng tersebut dan mengusir penduduknya keluar karena pengkhianatan mereka.

Untuk kaum Fadak disekitarnya. Mereka meminta damai dan mewajibkan untuk membayar Jizyah kepada kaum muslimin.

Fathul Makkah

Fathul Makkah terjadi setelah Kaum Musyrikin melanggar perjanjian Hudaibiyah. Sebagaimana sebelumnya sudah ada perjanjian antara mereka untuk melakukan gencatan senjata selama 10 tahun.

Kaum Musyrikin menyerang salah satu daerah yang telah berpihak pada Kaum Muslimin.

Daerah yang diserang. Adalah daerah Bani Kuzaah yang berpihak pada Kaum Muslimin, dan yang menyerang adalah Bani Bakar yang mendukung Kaum Musyrikin.

Bani Bakar memporak-porandakan daerah tersebut, sedangkan seharusnya di dalam perjanjian Hudaibiyah tak ada yang boleh mengangkat senjata saat perjanjian itu masih berlangsung.

Abu Sufyan dikirim oleh Kaum Kafir Quraisy untuk mencoba memperbaiki keadaan itu pada Kaum Muslimin, namun sesampainya di Madinah, tak ada yang mempedulikannya dan ia pulang dengan tangan yang hampa.

Tahun 8 Hijriyah, tepatnya pada tanggal 10 Ramadhan, sebanyak 10.000 kaum muslimin berbondong-bondong ke Mekkah.

Mereka datang dengan damai, tanpa ada pertumpahan darah saat pembebasan kota Mekkah dari kaum musyrikin.

Tak ada perlawanan dari kaum Musyrikin Mekkah dan mereka menerimanya.

Sesampainya di depan Kakbah, semua berhala yang mengelilingi Ka’bah di hancurkan dan Ka’bah steril dari berhala.

Sehingga bisa digunakan. Untuk haji dan umroh tanpa ada yang menyembah berhala.

Perang Hunain

Perang Hunain oleh Kaum Tsaqif dan Hawazin. Yang khawatir daerahnya akan ikut diserang oleh Kaum Muslimin. Setelah Fathul Makkah sehingga mereka mengajak kaum yang lain untuk menyerang kaum muslimin terlebih dahulu.

Saat Kaum Muslimin mengetahui informasi demikian, Rasulullah akhirnya menyiapkan 12.080 pasukan yang terdiri dari 10.000 pasukan Madinah. 2000 pasukan kaum Mualaf setelah Fathul Makkah dan 80 pasukan dari Kaum Musyrik.

Jumlah pasukan yang begitu besar dari peperangan sebelumnya itu membuat sebagian kaum Muslimin menyepelekan peperangan tersebut dan berpikir jumlah mereka lebih banyak sehingga pasti menang.

Hal itu membuat persiapan mereka menjadi kurang.

Saat di Hunain pasukan Muslimin tak menyangka akan terserang dengan hujan batu yang dilempar oleh pasukan musuh sehingga mereka benar-benar kacau dan banyak yang ingin melarikan diri.

Hanya beberapa sahabat Rasulullah yang bertahan bersama Rasulullah saat itu terjadi.

Kemudian paman Nabi memanggil pasukan yang melakukan Bai’atur Ridwan dan pasukan tersebut menyambut seruan itu dan kembali maju ke medan pertempuran dengan hati yang lebih baik.

Pasukan yang kembali berkumpul itu terus maju berjuang sampai akhir sampai akhirnya pasukan musuh yang mundur dan melarikan diri.

Perang Thaif

Perang Thaif terjadi setelah Perang Hunain. Pasukan Muslimin mencari sisa-sisa Pasukan Musrikin agar tidak menggalang pasukan baru untuk membalas dendam di Thaif.

Saat pasukan Musyrikin yang lari tersebut melihat pasukan Muslimin yang mulai memasuki kota Thaif. Mereka menghujani pasukan tersebut dengan panah sehingga banyak sahabat Rasulullah yang terluka. Dan sebanyak 12 orang meninggal dunia.

Pasukan Muslimin. Yang dipimpin Rasulullah. Saat mengetahui hal itu kemudian langsung mengepung mereka dalam bentengnya selama 18 hari.

Mereka kemudian meninggalakan benteng itu dan Rasulullah berdoa kepada Allah agar semoga Allah memberikan rasa takut pada Kaum Tsaqif dan membuat mereka menjadi orang yang mau menyerah.

Setelah beberapa hari, datanglah utusan dari kaum Hawazin yang mengatakan ingin menyerah kepada pasukan Muslimin.

Rasulullah kemudian menawarkan pada utusan tersebut sebanyak 2 pilihan yaitu apakah menginginkan kembali harta rampasan perang atau menginginkan kembalinya tawanan perang. Utusan itu memilih di kembalikannya tawanan perang.

Peperangan Yang Tidak di Hadiri Rasulullah

Perang Mu’tah

Perang Mu’tah terjadi pada tahun 8 Hijriyah. Pertempuran ini terjadi di Desa Mu’tah.

Hal ini terjadi karena di bunuhnya utusan Nabi Muhammad SAW untuk Raja Hirah Haris Al-Ghassani yang menolak ajaran Muhammad SAW.

Pembunuhan utusan merupakan sebuah pelanggaran besar pada aturan perang.

Pasukan Islam Dalam Peperangan (Foto: Umpan)

Rasulullah kemudian mengirimkan pasukan yang akan di pimpin oleh Zaid bin Haritsah.

Namun, pasukan Hirah di bantu oleh pasukan Romawi sehingga menyulitkan kaum muslimin yang akhirnya banyak sahabat yang gugur termasuk Zaid bin Haritsah.

Pasukan muslim tersebut kemudian di serahkan komandonya kepada Khalid bin Walid yang kemudian menggunakan taktik menarik pasukan untuk ke Madinah.

Kemampuan Walid yang berhasil menarik pasukan muslim dari pengepungan yang di lakukan oleh musuh  justru membuat kagum penduduk di sekitar wilayah itu yang kemudian tertarik untuk masuk Islam.

Selain itu ada peperangan kecil yang tidak di ikuti oleh Rasulullah namun di rencanakan Beliau ketika masih hidup. Peperangan tersebut kita sebut Sariyah.

Berikut daftar Sariyah atau pasukan kiriman yang pernah terjadi semasa Rasulullah masih hidup:

  1. Sariyah Hamzah bin Abdul Muthalib
  2. Sariyah Ubaidah bin Harist
  3. Sariiyah Abdullah bin Jahsy
  4. Sariyah Bani Asad
  5. Sariiyah Raji
  6. Sariyah Biru Ma’unah

Perang Terakhir (The Last War) Bersama Rasulullah

Adapun Perang terakhir (The Last War) bersama Rasulullah, baik secara langsung menghadiri peperangan maupun saat ia masih hidup namun tidak turun secara langsung, yakni:

Perang Tabuk

Perang Tabuk berlangsung pada tahun 9 Hijriyah di bulan Rajab. Pertarungan ini terjadi setelah 6 bulan Pasukan Muslimin kembali dari Thaif.

Rasulullah ikut dalam peperangan ini dan memimpin pasukan.

Kita sebut Tabuk karena terjadi di tempat yang memiliki Mata Air Tabuk, yang lokasinya ada di utara tanah Hijaz.

Saat itu daerah Tabuk tersebut merupakan daerah termpat berdiam Kaum Qudha’ah yang masuk dalam kekuasaan Kerajaan Romawi.

Perang ini berlatarbelakang karena Kaum Muslimin mendengar adanya informasi bahwa Kerajaan Romawi telah mengumpulkan pasukan yang akan di gunakan untuk menyerang Kaum Muslimin.

Pasukan itu terdiri dari gabungan beberapa suku seperti Judzam, kristen arab serta suku Lakhm.

Kaum muslimin yang mendengar informasi tersebut dari sumber terpercaya bergegas menyiapkan pasukan sebelum mereka mendapatkan serangan oleh pasukan gabungan dari Romawi tersebut.

Jumlah pasukan dari Kaum Muslimin tersebut adalah 30.000 pasukan yang kita kenal dengan sebutan Jaisyul Usrah.

Karena merupakan pasukan yang terhimpun saat masa sulit akibat kekurangan cadangan makanan serta berlangsung saat musim panas yang begitu terik.

Ketika Pasukan Muslim sampai di daerah Tabuk, mereka sama sekali tak menemui Pasukan Romawi yang di kabarkan sehingga tidak terjadi pertumpahan darah karena perang.

Adanya Pasukan Muslim untuk Perang Tabuk ini membuat citra dari umat muslim menjadi begitu besar dan kuat bagi masyarakat di Jazirah arab maupun di luar itu.

Mereka tidak lagi bisa meremehkan kekuatan Islam yang ada sehingga kaum jahiliyah maupun kaum munafik tak lagi memiliki harapan bahwa  Islam akan hilang. Bagi masyarakat di luar Arab, mereka juga mulai memperhitungkan kekuatan Islam yang dimiliki oleh Kaum Muslimin.

Perang Terakhir Sebelum Wafatnya Rasulullah

Adapun The Last War Rasulullah sebelum ia wafat adalah Perang berikut ini.

Perang Wadi Al- Qura

Perang Wadi Al-Qura adalah perang terakhir yang di rencanakan oleh Rasulullah dengan mengangkat Usamah bin Zaid sebagai Panglima Perang.

Pada perang ini berlangsung di daerah Wadi Al Qura dan di lakasanakan di Tahun 7 Hijriyah saat Bulan Muharram.

Saat itu, muncul Nabi palsu dan mulai ada pemberontakan dari daerah perbatasan.

Saat itu Rasulullah sudah dalam kondisi yang sakit, sehingga Beliau mengirim pasukan untuk menangani masalah tersebut.

Penunjukkan Usamah bin Zaid menuai pertanyaan dari beberapa sahabat, karena peperangan itu di ikuti oleh banyak sahabat Rasulullah.

Yang sudah senior dan terkemuka seperti Abu Bakar As-Shidiq dan Umar bin Khatab, sedangkan umur Usamah bin Zaid saat itu baru mencapai usia 18 tahun. Yang dianggap belum memiliki banyak pengalaman.

Panglima Perang Terakhir Yang Fenomenal

Baik sahabat yang menerima maupun sahabat yang merasa keberatan, berkumpul di Masjid Nabawi untuk membicarakan masalah pengangkatan tersebut.

Umar bin Khatab menyampaikan hal itu kepada Rasulullah sehingga, meski dalam kondisi yang sedang tidak sehat, Rasulullah pergi ke majlis tersebut untuk menemui para sahabat.

Dalam kondisi sakit Rasulullah mengatakan bahwa Usamah bin Zaid adalah anak dari orang yang sangat ia sayangi.

Dan terkenal sebagai pemimpin pasukan perang yang sangat piawai dan berpengalaman, serta pantas untuk memimpin pasukan.

Mereka adalah orang yang baik, dan juga meraka adalah sebaik-baik manusia yang ada di antara kaum muslimin.

Seluruh sahabat yang mendengar hal tersebut langsung bergabung dengan pasukan di bawah kepemimpinan Usamah bin Zaid.

Usamah bin Zaid pun kemudian meminta restu dari Rasulullah untuk memberangkatkan pasukan menuju medan jihad.

Selang beberapa lama pasukan menuju medan perang, terdengar kabar bahwa Rasulullah telah pergi meninggalkan dunia dan kembali kepada kekasihnya.

Hal itu membuat seluruh pasukan muslim berhenti dan menangis. Mereka lemas mendengar kabar duka tersebut dan tak kuat hati menginginkan bertemu.

Panglima Pasukan kemudian segera memutar pasukannya untuk kembali agar bisa bertemu Rasulullah terakhir kalinya sebelum tubuh beliau terkubur di dalam bumi.

Pasukan itu kemudian di berangkatkan kembali oleh Khalifah pertama Abu Bakar As-shidiq dengan panglima yang sama yaitu Usamah bin Zaid untuk melaksanakan perintah terakhir Rasulullah.

Dalam waktu 40 hari pasukan tersebut berhasil menduduki Yaman dan kembali membawa begitu banyak ghanimah atau harta rampasan perang.

Itulah perang yang terjadi di masa Rasulullah masih hidup sekaligis sebagai The Last War.

Ada peperangan yang benar-benar terjadi kontak fisik maupun ada peperangan yang bersifat penyerbuan dan pengiriman pasukan. Semua hal itu dilakukan untuk membela kaum muslimin dan menegakkan aqidah yang baik menurut Islam.

Sumber: Republika