Urutan perang dalam menegakkan akidah Islam, Allah menganjurkan untuk menolak kejahatan dengan cara yang baik dan sabar menghadapi musuh, perang adalah jalan terakhir untuk membela diri dan mempertahankan agama.
Beritaku.id, Berita Islami – Perang merupakan permusuhan antara dua negara meliputi agama, suku, dan bangsa. Perang dalam kamus bahasa Indonesia juga merupakan pertempuran dengan menggunakan senjata.
Oleh: Tika Yanti (Penulis Kisah Rasul dan Sahabat)
Kondisi ini mencakup perkelahian dan ini merupakan cara untuk mengungkapkan permusuhan dari sisi ideologi.
Islam merupakan agama yang mencintai kedamaian. Namun bukan berarti ketika seseorang memojokkan Islam, kaum muslimin tetap diam. Asas perdamaian tentu tetap menjadi landasan ajaran Islam.
Bahkan dalam sabdanya, Nabi Muhammad memerintahkan sahabatnya untuk tidak mengharapkan bermusuhan. Jika memang harus menemui musuh maka Nabi menyuruh untuk bersabar.
Ayat-ayat tentang perang muncul saat umat muslim teraniaya. Allah memerintahkan untuk memerangi orang-orang yang memerangi Islam namun tidak boleh melampaui batas.
Allah menganjurkan untuk menolak kejahatan dengan cara yang baik dan sabar menghadapi musuh. Faktanya memaafkan musuh dan membiarkannya juga merupakan firman Allah dalam surat A Maidah ayat 13. Tujuan perang adalah membela diri dan mempertahankan agama.
Jika demikian maka tidak masalah untuk berperang apalagi untuk membebaskan manusia dari perbudakan. Aktivitas ini menjadi jalan terakhir jika tidak menemukan solusi lainnya.
Hukum perang ada dua yaitu fardhu kifayah apabila memerangi orang-orang dalam negeri sendiri jika mereka tidak mau menerima seruan islam dan tidak mau membayar jizyah.
Hukum kedua adalah Fardhu ‘ain apabila orang-orang kafir menyerang negara umat Islam. Maka kaum muslimin wajib mempertahankan negaranya.
Dalam hal ini Islam juga mengatur batasan-batasan perang seperti tidak menyerang wanita, rohaniawan, al-asif, orang-orang lanjut usia, dan anak-anak. Islam tidak memperbolehkan menawan musuh dalam waktu lama hanya untuk mendapatkan tebusan sebanyak-banyaknya.
Apalagi jika musuh tersebut belum mendapatkan tindakan. Musuh juga harus mendapatkan perlakuan manusiawi selama menjadi tawanan.
Sejarah Perang dalam Islam
Nabi Muhammad lahir di Mekah. Saat beliau menjadi Nabi, beliau memfokuskan pada pembinaan moral masyarakat Arab.
Mereka menyembah berhala, suka meminum khamr, memandang rendah derajat manusia, suka berjudi, dan suka berselisih.
Awalnya Nabi Muhammad menyampaikan dakwah secara sembunyi-sembunyi hingga lama kelamaan dakwah tersebut menjadi terang-terangan. Beliau kemudian hijrah ke Madinah.
Sebelum menjadi agama yang meluas seperti saat ini, Islam dahulunya merupakan minoritas.
Para pemimpin Quraisy selalu mencoba mengalahkan umat muslim sehingga perang kerap terjadi.
Adanya kecemburuan dari Abdullah bin Ubay terhadap Nabi Muhammad menjadi pemicu perang.
Ia menghasut kaum Quraisy untuk mengusir umat muslim dari Madinah. Sebelum hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad juga kerap mendapatkan perbuatan tidak menyenangkan di Mekah.
Namun saat itu permusuhan yang terjadi masih berupa perlawanan tertutup.
Perang demi perang terus terjadi. Awalnya Nabi Muhammad melarang umatnya berperang di bulan Muharram.
Ternyata desas desus itu menjadi pembicaraan banyak orang sehingga menjadi kesempatan bagi kaum Quraisy dan Mekah untuk membinasakan umat muslim.
Wahyu Tentang Perang Pada Bulan Muharram
Akhirnya Allah menurunkan wahyu yang menyatakan tidak mengapa melakukan perang di bulan Muharram jika itu demi tetap berada di jalan Allah.
Lambat laun orang-orang Mekah semakin menganiaya umat muslim. Mereka merampok dan mengusir umat muslim dari rumah-rumah mereka.
Tentu saja lama-kelamaan umat muslim mulai merasa jengah dan menyusun strategi untuk melakukan penyergapan hingga terjadilah perang Badar.
Perang ini merupakan salah satu perang yang memiliki nilai sejarah dalam Islam karena merupakan puncak kejayaan agama Islam.
Tidak sampai disitu, kaum Quraisy membalas kekalahan.
Mereka tidak menerima beberapa hal dalam diri nabi seperti sifat-sifat kenabian Muhammad.
Menurut Mereka menganggap semua itu hanyalah keinginan Nabi Muhammad untuk menguasai Mekah dan Madinah.
Mereka tidak mempercayai ajaran pembalasan akhirat serta menganggap Islam menghalangi rejeki para pembuat patung.
Sedikit-demi sedikit Islam mulai berkembang setelah Umar bin Khatab memberi perlindungan. Dakwah Nabi menjadi leluasa setelah datangnya Umar.
Seolah tidak kehilangan akal, kaum Quraisy mencoba merencanakan pembunuhan nabi Muhammad.
Akan tetapi itu tidak menyurutkan tekad umat muslim beribadah hingga akhirnya penduduk Madinah terbagi menjadi tiga kelompok yaitu kaum Anshar, kaum Muhajirin, dan kaum Yahudi.
Kaum Anshar adalah penduduk asli Madinah yang menolong Nabi Muhammad dari kaum Quraisy. Kaum Muhajirin merupakan penduduk Mekah yang pindah ke Madinah demi mempertahankan Islam.
Kedua kaum ini hidup berdampingan dengan kaum Yahudi. Lambat laun Nabi Muhammad berhasil menyatukan seluruh kaum dan menggalang rasa kesetiaan atas dasar kekerabatan.
Rasulullah juga berhasil menerapkan persamaan hak bagi kaum muslim dan Yahudi dalam hal kepentingan umum.
Baca juga Beritaku: Battle Of Mohacs: Kemenangan Islam Terbesar Terhadap Eropa 1526 M
Daftar Peperangan bersama Rasulullah
Dalam Islam terdapat beberapa kali perang dengan urutan lengkap, Pada zaman Rasulullah terdapat kurang lebih dua puluh tujuh perang.
Perang Waddan
Daftar urutan pertama kali terjadi dalam sejarah Islam pada tahun 2H atau 623 Masehi, Perang Waddan memberikan kesan tersendiri bagi umat muslim. Sebanyak tujuh puluh orang sahabat Muhajirin terlibat ketika segerombolan Quraisy Mekah melewati wilayah Waddan dan kerap mengambil harta kaum Muhajirin. Perang ini selesai melalui perjanjian damai.
Perang Buwath
Peperangan Buwath adalah perang kedua yang terjadi di bulan Rabiul Awal tahun 2 H. Tidak terjadi kontak senjata walaupun kaum muslim berjumlah 200 orang dan Quraisy berjumlah 100 orang dan mereka membawa 2500 ekor unta.
Perang Badar
Selanjutnya adalah perang Badar pertama pada bulan Rabiul awal di tahun yang sama. Tindakan Kirz bin Jabir dengan melakukan penyerangan terhadap peternakan penduduk. Yang mendasari perang ini namun nabi tidak berhasil menemukannya.
Perang terbesar pun terjadi di bulan Ramadhan di tahun yang sama. Seribu orang Mekah menyerbu 313 kaum muslim. Pemimpin mereka adalah Abu Jahal yang menewaskan 22 orang sahabat nabi. Sebanyak 70 orang musyrik Mekah tewas dan 70 lainnya mengalami luka-luka. Kaum muslimin memenangkan perang tersebut.
Perang Usyairah
Perang Usyairah pada bulan Jumadil Akhir di tahun yang sama dan tidak terjadi kontak senjata. Pertempuran berakhir dengan perjanjian damai di jalur khafilah dagang. Perjanjian tersebut melibatkan kabilah Bani Mudlij dan para sekutu Bani Dhamrah.
Perang Bani Qainuqa’
Pengkhianatan Yahudi membuat adanya perang Bani Qainuqa’. Mereka menyerah setelah nabi mengepungnya selama lima belas hari. Perang ini terjadi di bulan Syawal.
Perang Bani Sulaim
Urutan perang berikutnya, Dua bulan kemudian terjadi perang Bani Sulaim dengan umat Islam. Tanpa melakukan apapun mereka telah pergi saat kaum muslimin tiba di Qarqorat al kidr.
Perang As Suwaiq
Berlanjut dengan pembalasan dendam yang belum selesai, Abu Sufyan memimpin perang as suwaiq. Ia bernadzar untuk tidak membasahi kepalanya karena merasa junub sebelum ia bisa memerangi Nabi Muhammad.
Perang Ghathafan
Tahun berganti dan terjadi perang Ghathafan di bulan Rabiul Awal yang tidak melibatkan kontak senjata.
Perang Uhud
Perang selanjutnya di bulan Syawal yaitu perang Uhud. Abu Sufyan memimpin dengan 3000 pasukan. Ia berhasil memenangkan perang sehingga berlanjut menjadi perang Hamraul Asad. Pada perang tersebut kaum Mekah melarikan diri setelah kaum muslimin datang apalagi karena kaum muslim tidak merasa terpuruk akibat kekalahan perang sebelumnya.
Perang Badar III
Berlanjut kembali kepada perang Badar III. Abu Sufyan masih memimpin dengan pasukan lebih banyak yaitu 2000 orang dan 50 pasukan berkendara. Namun Abu Sufyan mengurungkan niatnya untuk menyerang karena mengetahui kesiapan kaum muslim.
Baca juga Beritaku: Ayah Panglima Terakhir Rasul, Di Jamin Surga Dengan 10 Sahabat
Perang yang Membuat Kalah Umat Islam
Umat muslim tidak selalu menang dalam perang. Ada kalanya mereka mengalami kekalahan.
Dari sekian banyak urutan perang, kaum muslim (umat Islam) mengalami kekalahan sebanyak dua kali yaitu pada perang Hunain dan perang Uhud.
Allah membahas kedua perang ini dalam Al Qur’an agar umat islam dapat memetik pelajaran dari kejadian tersebut.
Kekalahan Pertama, Perang Uhud
Nabi Muhammad memberi perintah kepada pasukan di Jabal Rumah untuk tidak turun saat menang maupun kalah saat perang Uhud terjadi.
Namun sebagian pasukan tidak mengikuti arahan Nabi Muhammad. Padahal tujuan Nabi Muhammad adalah agar pasukan musuh tidak mengambil alih posisi para pemanah yang sangat strategis tersebut.
Pasukan muslim terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa mereka akan menang setelah melihat banyaknya kaum Quraisy yang gugur.
Sebagian pemanah tersebut tergiur dengan harta milik kaum Quraisy. Mereka meninggalkan harta dan barang bawaan mereka dan memilih kabur.
Ini menjadi kesempatan bagi Khalid Ibnu Walid untuk menyuruh pasukannya menaiki bukit.
Serangan balik yang tidak terduga serentak menimbulkan kepanikan sehingga umat muslim mulai bingung hendak melakukan perlawanan kemana.
Tujuh puluh pasukan Nabi gugur dan Nabi Muhammad pun mengalami luka. Nabi akhirnya dipapah oleh salah seorang sahabat untuk menaiki kuda hingga selamat dari pertempuran tersebut.
Allah memberikan kekalahan dan menuliskannya pada Al Qur’an agar tidak mengucapkan kata-kata sombong setelah kemenangan besar di perang Badar.
Merekalah yang menyebabkan musibah kekalahan pada perang Uhud. Jadi kekalahan bukan karena jumlah pasukan musuh lebih banyak melainkan karena kesalahan mereka. Allah pun segera membuktikan firmanNya.
Perang Hunain
Hal ini ternyata benar terjadi saat perang Hunain. Pasukan muslim berjumlah tiga kali lipat dari pasukan musuh tetapi kalah pada putaran pertama.
Perang tersebut juga mengikutsertakan wanita dan anak-anak. Rasa banggalah yang menyebabkan kekalahan. Selain itu beberapa pasukan Nabi juga melakukan kemusyrikan dengan mempercayai pohon Zati Anwath.
Mereka merasa dengan jumlah yang banyak maka kekuatan mereka tidak ada tandingannya. Allah sangat membenci sikap Ujud.
Dengan demikian umat muslim seharusnya menyadari bahwa rasa tunduk kepada Allah merupakan yang paling penting.
Nabi Muhammad telah mengkhawatirkan serangan balasan akibat kekalahan kaum Quraisy pada perang Badar.
Datanglah surat dari paman nabi yang menyebutkan bahwa sebanyak lebih dari tiga ribu pasukan Quraisy berangkat ke Madinah. Nabi hanya memiliki waktu dua minggu untuk menyiapkan diri.
Nabi menyarankan untuk keluar dari Madinah setelah bermusyawarah dengan para kaum muda. Mereka menginginkan kemenangan seperti pada perang Badar.
Terkumpul sebanyak seribu pasukan namun sesaat sebelum perang, Abdullah ibnu Ubayy memilih mundur bersama 300 orang pasukannya.
Akhirnya ia mendapat sebutan munafik karena telah berkali-kali menghianati Nabi. Namun dengan kekalahan tersebut, Nabi Muhammad tidak kecewa.
Beliau justru mengajak umatnya untuk bertobat dan kembali memompa semangat umat muslim. Nabi Muhammad menyampaikan bahwa perang adalah untuk menegakkan agama Allah.
Tidak boleh ada unsur lainnya seperti mengharap kemenangan maupun memperoleh harta yang banyak sebagai tujuannya.
Selalu ada makna atas kemenangan maupun kekalahan dalam perang. Kembali lagi kita umat muslim harus mengingat bahwa sebisa mungkin kita harus sabar dalam menghadapi musuh.
Umat muslim juga senantiasa menjauhi permusuhan. Islam merupakan agama yang memberikan kedamaian dan penuh akan rasa damai.