Hutan gugur
Hutan gugur (Foto: insanpelajar.com)

Hutan Gugur: Definisi, Ciri, dan 10 Pohon Khasnya

Diposting pada

Ekosistem di Bumi terdiri dari 7 bioma. Salah satu di antaranya adalah hutan gugur. Tersebar di negara-negara dengan 4 musim, hutan gugur terbagi 2 formasi: lembab dan kering dengan ciri dan 10 pohon khasnya sendiri. Apa sajakah perbedaan kedua formasi itu?

Beritaku.id, Lestari – Allah SWT menciptakan planet Bumi sebagai planet paling sempurna di tata surya. Baik yang kasat mata maupun tidak kasat mata, Bumi dipenuhi berbagai sumber daya alam yang dibutuhkan makhluk hidup. Mulai dari manusia, satwa, tumbuhan, hingga organisme mikro bisa hidup dengan memanfaatkan kekayaan yang terkandung di tubuh Bumi.

Oleh: Riska Putri(Penulis Lestari)

Dari luasnya bait bumi, manusia memanfaatkan mayoritas sumber daya alam yang ada di ekosistem daratan. Salah satunya adalah hutan yang menyebar di berbagai seluk beluk dunia.

Daratan tanpa hutan bagaikan padang pasir yang kehilangan oasisnya. Bayangkan jika planet Bumi tidak di tumbuhi hutan. Bukan hanya akan terasa panas, mungkin makhluk hidup pun tidak bisa bertahan karena kekurangan oksigen.

Beragam jenis hutan mengakar di puspawarna Bumi, salah satunya adalah hutan gugur.

Pengertian Hutan Gugur

Hutan Gugur di Musim Semi. Sumber Pixabay

Planet Bumi tercipta dengan berbagai perbedaan. Tiap-tiap jengkalnya memiliki ciri geografis dan astronomis berbeda. Perbedaan ini kemudian membentuk ekosistem yang unik sesuai ciri geografis regional.

Tiap-tiap ekosistem kemudian menjadi rumah bagi flora dan fauna yang khas. Semua ciptaan-Nya beserta segala keunikan mereka, bersatu secara harmonis dala simfoni alam semesta. Manusia lantas mengkotak-kotakkan ekosistem beserta penghuninya menjadi sesuatu yang disebut “bioma”.

Bioma hutan gugur merupakan salah satu dari 7 bioma yang dikenal manusia. Masyarakat Indonesia mungkin tidak terlalu mengenal jenis satu ini, sebab hutanini berada di wilayah yang mengalami empat musim.

Secara geografis, hutan gugur terletak diantara 30°-40° garis Lintang Utara dan garis Lintang Selatan, pada wilayah yang memiliki iklim sedangl.

Cakupannya antara lain wilayah bagian timur Amerika Serikat, ujung selatan benua Amerika, Asia Tengah, Asia Timur (Republik Rakyat Tiongkok, Jepang, dan Korea), serta Eropa bagian tengah dan Australia.

Umumnya, vegetasi flora yang menghuni hutan gugur tidak terlalu variatif, bahkan bisa bersifat homogen di beberapa tempat. Rata-rata pepohonan yang menyesap saripati tanah bisa tumbuh tinggi, tetapi tidak memiliki rimbunan daun berukuran lebar.

Seperti namanya, pepohonan yang tumbuh di hutan gugur memiliki siklus tahunan menggugurkan daunnya. Jika hutangugur terletak di wilayah beriklim sedang, pepohonannya akan menggugurkan daun di musim dingin. Sementara jika berada pada iklim tropis, siklus gugur terjadi pada musim panas.

Definisi Bioma Hutan Gugur

Peta Persebaran Hutan Gugur di Dunia. Sumber Biology Dictionary

Secara definitif, hutan gugur adalah bioma yang dihuni pepohonan yang memiliki siklus gugur tahunan. Jenis hutan ini juga seringkali disebut dengan nama hutan monsoon (monsoon forest). Keberadaannya memang berkaitan dengan angin muson, yang membawa perbedaan pola iklim dan pola angin setiap setengah tahun.

Kemudian, salah satu ciri distingtif yang membedakan hutangugur dan jenis lainnya adalah keberadaan musim kering yang panjang. Musim kering ini bisa di mulai dari pertengahan musim panas, dan berlangsung hingga akhir musim dingin atau awal musim semi.

Hal inilah yang menjadi alasan ragam pepohonan hutan gugur menjatuhkan dedaunannya ke tanah pada waktu tertentu. Meskipun tersiram banyak cahaya matahari, terutama di musim panas, akar-akar pohon mengalami kesulitan dalam mencari air di dalam tanah.

Kurangnya air menyebabkan dedaunan tidak mampu melakukan fotosintesis dengan baik. Karena tidak bisa berfotosintesis, kuantitas cadangan nutrisi pun sewajarnya mengalami penurunan. Maka, pepohonan menggugurkan daunnya untuk mengurangi kebutuhan penggunaan nutrisi.

Baca Juga Beritaku: Hutan Musim: Karakteristik, Persebaran, dan 8 Pohon Ciri Khasnya

Pentingnya Siklus Gugur

Siklus ini merupakan hal yang sangat penting dalam menjaga keberlangsungan kehidupan pepohonan penghuni hutan gugurr. Selain itu, ciri definitif lainnya adalah fluktuasi suhunya yang sangat ekstrim.

Ketiadaan dedauanan membuat angin musim dingin bisa berlalu lalang dengan bebas. Tanpa adanya resistensi, angin musim dingin dengan seketika bisa membuat suhu di hutaan gugur anjlok hingga -30° C. Sebaliknya, saat musim panas, siklus gugur akan menyebabkan suhu tiba-tiba melonjak hingga lebih dari 30° C.

Berkenaan dengan jenis tanahnya, hutan gugur memiliki dua jenis struktur tanah yaitu alfisol dan ultisol. Struktur alfisol merupakan tanah yang kaya akan sumber-sumber nutrisi hasil proses penguraian dedaunan oleh cacing tanah.

Sementara itu, jika dibandingkan dengan alfisol, struktur ultisol memiliki kandungan unsur hara yang lebih sedikit. Struktur ultisol biasanya mendominasi hutan-hutan gugur yang terletak di wilayah beriklim tropis. Jenis struktur satu ini selalu mengalami degradasi dari waktu ke waktu. Meskipun demikian, manusia kerap memanfaatkan struktur ultisol untuk dijadikan lahan pertanian.

Persamaan dan Perbedaan Formasi Lembab dan Kering

Pohon Willow di Musim Gugur. Sumber Pixabay

Gugurnya dedaunan pada pucuk-pucuk tinggi selama sekurang-kurangnya 4 bulan membuka tajuk yang menyelimuti hutan gugur. Pepohonan menjadi telanjang, tinggal cabang dan ranting saja yang tabah menanti musim semi.

Ketelanjangan pepohonan ini membuka celah bagi serat-serat cahaya sang surya untuk leluasa masuk hingga ke lantai bumi. Cahaya yang membawa kehangatan merasuk kedalam tanah, merangsang semak-semak, rerumputan, dan perdu untuk tumbuh di lapisan bawah hutan.

Angin muson turut memberikan pengaruh, membawa perubahan iklim musiman dan intensitas hujan yang merendah maupun meninggi. Semesta mengkombinasikan faktor-faktor tersebut, memadukan satu sama lain menjadi 2 macam formasi hutan gugur.

Hutan Gugur Lembab

Formasi ini terbentuk di wilayah-wilayah dengan curah hujan tahunan cenderung tinggi, sekitar 1.500-4.000 mm. Berkat intensitas hujan yang lebih tinggi, formasi hutan ini memiliki masa kering berkisar antara 4 hingga 6 bulan saja.

Hutan Gugur Kering

Sebaliknya, di wilayah-wilayah dengan curah hujan tahunan kurang dari 1.500 mm, kita akan menjumpai formasi hutan gugur kering. Pada kondisi ini, musim kering berlangsung lebih lama, setidaknya selama 6 bulan setiap tahunnya.

Perbedaan kedua formasi ini hanya terdapat pada intensitas hujan dan durasi masa keringnya saja. Seperti sepasang anak kembar identik, keduanya memiliki lebih banyak persamaan daripada perbedaan.

Contohnya, ragam vegetasi yang menghuni formasi lembab maupun kering cenderung sama. Perbedaan ragam vegetasi ditentukan oleh jenis-jenis pohon endemik tertentu belaka.

Selebihnya, kedua formasi hutan gugur biasa menaungi pohon sakura, bambu, pakis, palem, oak, eucalyptus, momiji, hingga pohon nasional Kanada yaitu pohon maple.

Sedangkan keragaman hayati fauna yang hidup di hutan gugur, adalah hewan-hewan yang memiliki siklus hibernasi atau migrasi tahunan. Beberapa di antaranya adalah bajing, rakun, burung kiwi, dan tasmania.

Baca Juga Beritaku: Akar Hutan Mangrove: Pengertian, Bentuk, Tipe Dan Jenis

Ciri Khas Hutan Gugur Lembab dan Kering

Beruang Tengah Berhibernasi. Sumber Unsplash

Ciri khasnya tentu saja ada pada siklus luruh daun tahunannya. Dan, seperti dikatakan sebelumnya, kedua formasi hutan gugur memiliki lebih banyak persamaan daripada perbedaan. Hal tersebut berarti keduanya memiliki ciri khas yang sama pula.

Namun, perbedaan iklim diantara keduanya, ternyata berbuah pada dominasi jenis vegetasi yang berbeda. Meskipun jenis-jenis tumbuhan yang sama bisa hidup dikedua formasi, spesies tumbuhan tertentu lebih mendominasi salah satu formasi saja.

Contohnya, pohon tipe kanopi seperti walnut dan maple, mendominasi formasi lembab. Sementara di hutan gugur kering, pepohonan kecil seperti dogwoods dan redbush shadbush lebih mendominasi. Tanaman semak seperti azalea dan huckleberries juga lebih umum ditemukan di formasi kering daripada formasi lembab.

Sedangkan tanaman rempah seperti timun India, lebih mudah ditemui di hutan gugur lembab. Terlepas dari perbedaan tersebut, kedua formasi memiliki kesamaan ciri khas dalam hal vegatasi yang hidup di lantai dasar hutan.

Lumut

Salah satunya adalah lumut, sejenis tumbuhan nonvaskular yang memegang peran ekologis penting dalam kelestarian bioma hutan gugur.

Tanaman berukuran kecil ini tumbuh menyerupai karpet hijau yang menyelimuti lantai hutan. Mereka berkembang lebat di daerah yang lebih lembab, dan lebih tipis di daerah yang lebih kering.

Keberadaan lumut berperan dalam mencegah erosi tanah akibat hujan saat musim kering beranjak meninggalkan hutan. Selain itu, ketahanannya terhadap cuaca ekstrim membuat lumut bisa tetap hidup di musim dingin.

Sifat tahan banting ini membuatnya berfungsi menjadi sumber panas selama musim dingin, menjaga agar akar-akar yang tabah tidak membeku, mati, lalu luruh bersama salju.

Selain lumut, kedua formasi hutan gugr juga menjadi rumah bagi lichens. Tidak seperti lumut, lichens bukanlah sejenis tanaman. Lichens adalah hasil dari hubungan simbiosis antara alga dan jamur yang mengakar di celah-celah pepohonan.

Keberadaan lichens berfungsi sebagai pengurai dedaunan dan tumbuhan lain yang telah mati, teronggok tanpa daya di atas tanah gembur. Tetapi, kematian-kematian itu tidak akan berakhir sia-sia.

Berkat lichens yang menguraikan komponen-komponen mereka, merubahnya menjadi unsur hara yang di simpan di dalam tanah.

Flora dan Fauna pada Hutan Gugur

Festival Bunga Sakura. Sumber Unsplash

Karena kondisi iklimnya yang sukar, variasi tumbuhan yang bisa hidup di hutan gugur lebih sedikit daripada yang hidup di hutan tropis. Misalnya, hutan-hutan gugur yang ada di Nusa Tenggara dan Maluku. Rimbanya dominan oleh genus akasia seperti pohon pilang dan klampis.

Diantara persebaran genus akasia, spesies pepohonan lainnya turut meramaikan suasana. antara lain adalah pohon kemiri, sengon, terisi, siwalan, sonokeling, kesambi, walikukun, dan asam jawa.

Selain di Indonesia, pohon-pohon tersebut juga mendominasi hutan gugur di wilayah Asia Tenggara lainnya, seperti India dan Burma.

Di Asia Timur, pepohonan khas hutan gugur menjadi simbol negara asalnya. Contohnya adalah pohon sakura, yang menjadi bunga nasional negeri matahari terbit, Jepang.

Sementara di Korea Selatan dan Republik Rakyat Tiongkok, pohon plum (terutama plum merah muda), mendapat daulat sebagai bunga nasional kebanggan bangsa.

Hal ini juga terjadi pada pohon maple, yang merupakan pohon nasional Kanada. Saking banyaknya pohon Maple di negara tetangga Amerika Serikat itu, salah satu kotanya, Quebec, memegang dominasi pasar sirup maple di seluruh dunia.

Selain itu, hutan gugur juga biasa menjadi rumah bagi berbagai jenis pohon dedalu atau gandarusa, antara lain adalah:

  1. Dedalu tangis
  2. Dedalu putih
  3. Willow kambing
  4. Dedalu tiongkok
  5. Dedaluhitam
  6. Dedalu Ungu
  7. Salix x sepulcralis
  8. Dedalu teluk
  9. Dedalu badam
  10. Eared willow

Berbanding terbalik dengan vegetasinya, keragaman hayati hutan gugur justru lebih banyak dari hutan tropis. Bahkan, variasi biomassa mamalia yang bermukim di hutan gugur bisa melampaui hutan tujan tropika, terutama pada hutan gugur di Asia dan Afrika.

Aneka spesies monyet membangun kerajaannya di dahan-dahan pohon peluruh daun, bertetangga dengan bajing dan jelarang malabar yang berlompatan lincah dari dahan ke dahan. Sementara itu, lantai hutan menjadi panggung bagi rusa, kucing hutan, dan berbagai hewan pengerat.

Berbagai spesies burung turut menyemarakkan suasana dengan kaokan dan nyanyian merdu meningkahi bebunyian hutan. Ketika saatnya musim kering datang, hewan-hewan mamalia memasuki siklus hibernasinya.

Sedangkan, burung-burung perlahan melebarkan sayap untuk bermigrasi, sekadar untuk menyamankan diri maupun mengikuti insting musim kawin tahunan.

Hutan menjadi sepi, hanya suara angin yang terdengar sendu di antara dahan-dahan gundul. Hutan musim gugur memasuki masa sunyi, dengan tabah menanti keramaian yang dibawa musim semi.

Baca Juga Beritaku: Hutan Sabana: Ciri, Flora, Fauna, dan 12 Terindah di Indonesia

Daftar Pustaka

  1. Whitmore, Timothy Charles. 1984. Tropical Rain Forest of the Far East. London: Clarendon Press.
  2. Monk, Kathryn A., Yance de Fretes, dan Gayatri Reksodiharjo-Lilley. 2000. Ekologi Nusa Tenggara dan Maluku. Jakarta: Prenhallindo.
  3. Whitten, Tony, R.E. Soeriaatmadja, dan S.A. Afiff. 1999. Ekologi Jawa dan Bali. Jakarta: Prenhallindo.
  4. ilmugeografi.com
  5. ilmugeografi.com