Kekompakan dan kebersamaan, dua hal yang sangat harmoni, yang mana membuat keduanya menjadi bumbu manis dalam setiap kehidupan manusia. Namun di dalamnya juga ada bumbu prahara dan kekacauan, yang terbalut dalam kata mutiara, seolah hal tersebut menjadi gambaran bagi manusia. Jadi, begini penjelasannya.
Beritaku.id, Lifestyle – Kau aku bersama, manautkan telapak menjadi satu genggam. Ulasan senyum terus merekah, hingga akhirnya kita terlena dengan kebersamaan. Lalu muncul percikan api. Membuat kita tak sudi mencari, malah mencaci. Dan akhirnya kita menyesali, kemudian kata maaf pun terhenti, untuk kini, dan nanti.
Oleh Ayu Maesaroh (Penulis Lifestyle)
“bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”, pernahkah kalian mendengar peribahasa tadi? Ya, sejak sekolah dasar, banyak para bapak dan ibu guru kita, memberikan pengenalan tentang berbagai peribahasa dan artinya.
Secara tidak langsung, mereka memberikan hal-hal baik dari mereka, lewat berbagai peribahasa yang mereka bagikan kepada kita.
Hingga pada makna sebuak kekompakan dan kebersamaan. Kedua hal yang sangat penting dalam hidup, untuk
Pentingnya Memlihara Kekompakan dan Kebersamaan, yang mana bermanifestasi pada sebuah kegiatan gotong royong, memperkuat persaudaraan, dan sebagainya.
Baca juga beritaku: 35 Shahabiyah Yang Berkontribusi Dalam Perjuangan Islam
Dan semuanya akan terasa lebih indah dalam menjalani hidup. Berbaur dan berdampingan dengan sesama, Juga dapat membantu mereka yang sedang kesusahan, memberikan solusi yang setidaknya bisa mereka terima, serta bisa mereka pikirkan sebagai tindakan selanjutnya dalam mengatasi masalah yang mereka hadapi.
Namun, begitulah kehidupan sosial manusia, yang kadang membuat kita sendiri merasa aneh dengan hal tersebut. Tidak sedikit orang di sekitar kita, yang kadang lebih memilih untuk tidak bersahabat dengan sebuah kekompakan dan kebersamaan, yang mana sebenarnya sangat penting bagi kehidupan. Maka, bagaimana efeknya?
Efek Dari Prahara dan Kekacauan
Sebuah ketidakbersahabatan, entah dalam hal kekompakan dan kebersamaan akan memberikan hal baru, yang mana kita tidak tahu apakah baik untuk kita, atau malah petaka yang kita dapat dari hal tersebut. Terkadang Allah membuat manusia buta akan hal tersebut.
Hingga pada akhirnya berujung dengan sebuah penyesalan, yang mana tidak bisa mereka perbaiki atas kesalahan yang mereka buat. Ialah sebuah prahara dan kekacauan. yang mana kita tahu bahwa keduanya adalah hal buruk dan tidak pernah ada ujungnya.
Bahkan siapa pun tidak bisa memprediksi kapan sebuah prahara dan kekacauan akan berakhir. Meski berakhir pun akan masih ada percikan kebencian atas prahara yang belum terselesaikan. Jadi, berikut beberapa efek dari sebuah prahara, serta kekacauan yang ada:
Dendam yang Tidak Ada Ujungnya
Kekacauan dan prahara, merupakan kedua hal yang memiliki efek yang cukup beresiko. Kedua hal tersebut juga tidak bisa kita prediksi akan berujung bagaimana, dan kapan akan terselesaikannya. Pasalnya jika ada orang yang telah melewati sebuah prahara dan kekacauan, biasanya mereka akan memupuk dendam, yang pasti tiada ujungnya.
Contohnya saja seperti era sekarang, yang mana begitu banyak pemberitaan tentang dendam dari ISIS, yang ingin memanfaatkan momen ini sebagai aksi “jihad” mereka. Hal tersebut merujuk kepada negara-negara Barat yang tidak jarang menjadi sasaran mereka.
Korban yang Berjatuhan
Siapa yang tidak setuju jika kekacauan akibat sebuah prahara tidak menimbulkan korban? Bahkan prahara dalam lingkup individu, juga bisa menimbulkan korban, entah korban terkena dampak yang ringan, bahkan serius, hingga merenggut nyawa mereka.
Baca juga beritaku: Silsilah 25 Nabi & Rasul: Asal Usul, Lokasi Dakwah Dan Sejarah Singkat
Kita tidak pernah tahu bagaimana ujungnya. Pasalnya manusia memiliki naluri, nafsu, yang jika kita sulut dengan api sedikit, maka kobaran yang timbul, bisa jadi menjelma si jago merah raksasa, serta memberanikan mereka untuk berbuat hal yang melampaui kemampuan atau kapasitas mereka.
Nilai-nilai yang Dibangun, Hancur Seketika
Dalam sebuah prahara di masyarakat, pasti sebelum itu ada sebuah nilai-nilai kehidupan, yang mana sudah menjadi tradisi, ketentuan, serta komponen yang sangat penting untuk mereka indahkan. Baik dari pemimpin mereka, perangkat pempin mereka, serta dari mereka sendiri.
Tetapi, seakan hal tersebut bisa runtuh hanya dengan sekejap mata melalui tiga kata, yakni “kekacauan dan prahara” yang kadang dibuat oleh manusia itu sendiri. Padahal mereka mengerti, bahwasannya hidup bermasyarakat memang harus bisa menyatukan ego masing-masing, saling bekerjasama, untuk mencapai tujuan masyarakat yang diinginkan.
Perpecahan yang Terus Menerus Timbul
Prahara dan kekacauan, tidak sedikit dari hal tersebut menimbulkan kesenjangan, baik kesenjangan sosial, atau bidang lain yang berkaitan dengan kehdupan manusia.
Hal tersebut bermuara pada perpecahan antar satu orang dengan orang yang lain, kelompok satu dengan yang lain, bahkan hingga cangkupan warga, yang mana mereka tidak mau lagi untuk saling perduli. Rasanya akan sulit dan sakit untuk kembali berbaur, bahkan untuk melihat pun tak sudi.
Bukankah Tuhan suka dengan sebuah perdamaian, bahkan Allah memuliakan hal tersebut untuk mereka ummatnya yang senantiasa memelihara perdamaian antar satu dengan yang lain.
Pribadi yang Sedikit Berubah
Semua dari hal tersebut, pasti salah satunya berujung dengan perubahan kepribadian dari setiap individu yang mengalami kekacauan atas prahara yang menjadi sengketa. Sayangnya, perubahan tersebut akan terjadi begitu lama, dan entah kapan semua bisa kembali normal.
Hati bagai batu, yang harus lambat laun kita kikiskan, sebagai tanda untuk berdamai pada waktu, dan pada kehendak Tuhan, yang rasanya begitu menyesakkan. Butuh waktu yang sangat lama, jika kita melihat dari satu sisi. Dan itu akan terus larut, bahkan kebih mengeras jika kita bandingkan dengan batu-batu yang lainnya.
Baca juga beritaku: Mukjizat Nabi Ilyas: Kisah dan Keistimewaannya dalam Berdakwah
Oleh karena itu, sangat penting untuk kita menjaga sebuah kekompakan dan kebersamaan, yang mana hal tersebut tidak bisa manusia ganti dengan hal lain.
Karena dari sana, kita mengerti bagaimana rasanya memahami orang lain, mengerti bagaimana pemikiran dan sikap mereka, rasa gotong royong yang mungkin tidak ada pada tempat lain, dan sebagainya.
Kalimat Puitis Tentang Kekompakan Dan Kebersamaan
Begitu indah rasanya sebuah kebersamaan, dan hal tersebut terbalut dengan kekompakan yang tiada tergantikan dengan apapun. Jadi, kalian bisa mengungkapkan semua rasa tersebut, melalui sebuah frasa, mendeskripsikan bagaimana bahagianya tentang kebersamaan yang terbangun dengan begitu indahnya.
Berikut contoh pengungkapan tentang kekompakan serta kebersamaan yang bisa kalian sampaikan kepada orang-orang yang berjasa, selalu memelihara keduanya bersama kalian.
Mengharu biru, menoreh warna pelangi. Kadang dunia seperti itu. Ceria, dengan tawa kita, mendung karena seteru kita. Menangisi segala perbuatan, menyadari sebuah kesalahan, merengguh kembali kepingan-kepingan kenangan yang pernah tergambar.
Dan kita sadar. Semua adalah bumbu pahit yang tidak seharusnya kita tuang dalam adukan keceriaaan, yang susah payah kita buat dengan segala jerih payah sendiri. Hingga akhirnya mencoba untuk menyngkirkan, mencoba kembali dari awal, dengan mensejajarkan langkah, menautkan genggaman. Kebersamaan, kekompakkan, akan terkenang.
Baca juga beritaku: Nabi Hud dan Kaumnya Serta 3 Mukjizat Dalam Al-qur’an
Itulah sepenggal contoh dari kalimat-kalimat puitis, yang bisa kalian jadikan referensi, agar jika nantinya kalian harus tampil, kalian sudah memiliki gambaran frasa apa saja yang akan kalian lontarkan kepada mereka, yang menjadi penting untuk kalian.
Meski begitu, penggambaran bukanlah dari satu sisi mata uang saja. ADa sisi lain yang memiliki cerita, dengan frasa yang sudah tersusun sedemikian rupa. Hingga pada akhirnya, mereka menjelma bersatu, menjadi satu kesatuan definisi untuk sisi ini, yakni “prahara dan kekacauan”,
Kata Mutiara Tentang Prahara Dan Kekacauan
Begitulah nyatanya prahara dan kekacauan. Satu hal yang tidak bisa menyatu, bahkan merengkuh satu sama lain pun, tak sudi. Rasanya memang benar. Api yang berkobar, akan terus begitu, dan tidak bisa berubah. Masa yang telah lalu memberikan bekas arang yang sangat panas.
Dan, penggambaran dendam akan kekacauan adalah demikian, bekas yang selalu panas. Dan entah sampai kapan akan padam dan kembali seperti dahulu. Rasanya akan semakin hari semakin panas, atas prahara yang mereka buat sendiri.
Hingga pada muaranya, manusia bosan dengan semua dendam yang ada, mencoba untuk berdamai dengan ketentuan Sang Pencipta Semesta. Ingin rasanya berjabat tangan, namun satu sisi tidak sudi bahkan enggan untuk tegur sapa lagi.
Baca juga beritaku: Kisah Nabi Luth dan Laut Mati, Kehilangan Keluarga dan Kaum
Ya, benar. Prahara dan kekacauan tidak akan pernah pada hingga masa menentukan. Betapa keruh dan dalamnya sebuah lubang hingga yang ada di dalamnya sulit untuk keluar. Rasanya, muncul rasa pahit yang keluar sampai dengan kerongkongan.
Seperti sudah tutup kata maaf, dan tidak berlaku lagi semua jabatan tangan yang lalu pernah ada. Prahara, dengan segala caci makian dan umpatan. Seoalah lengkap rasanya dendam yang terpendam antara satu pihak dengan lainnya.
Penutup
Itulah beberapa ulasan mengenai sebuah kekompakan dan kebersamaan, yang mana erat kaitannya dengan prahara serta kekacauan. Pada dasarnya manusia memiliki naluri untuk terus berseteru dan menciptakan prahara baru. Namun kita adalah makhluk Tuhan dengan segala keistimewaan.
Yang mana bahkan malaikat sekalipun, Allah menyuruh mereka untuk tunduk kepada kita. Karena kita bisa paham mana yang baik dan mana yang buruk untuk kita. Mana yang harusnya terjadi, dan mana yang bisa kita tunda. Hal tersebut membutuhkan pemikiran dan kematangan yang sangat serius dalam pengambilan keputusan.
Oleh karena itu, ada baiknya kita terus mempertahankan sebuah hubungan baik itu kekompakan maupun kebersamaan yang kita jalin dengan orang lain. Karena kita tidak pernah tahu akan seperti apa kedepannya. Kita tidak pernah tahu bagaimana hati seseorang yang kita sakiti.
Bisa jadi mereka akan tetap sayang dan terus berada di sisi kita. Namun jika tidak, kita bisa apa? Bukankan akan lebih sulit jika semua dampak praharadan kekacauan tersebut, kita jalani dengan sendirian. Hidup kita tidak akan sama dengan sebelumnya. Bahkan lebih buruk dari yang kita bayangkan.
Jadi, pertanyaan selanjutnya adalah, apakah kita bisa melewati semuanya dengan hati yang lapang dan menerima semua keadaan jika nyatanya terlanjur menyakiti hati orang lain? Sekian ulasan kali ini, semoga bermanfaat.
Daftar Pustaka